Keislaman

Perspektif Islam dalam Menyikapi Quarter Life Crisis

4 Mins read

Apakah aku bisa menjadi orang sukses dikemudian hari ya? Bagaimana dengan masa depan ku nanti kalau saat ini pekerjaan saja aku belum punya!

Itulah beberapa ungkapan yang dirasakan oleh generasi sekarang “Gen Z” yang diterpa secara konstan oleh berbagai dinamika kekhawatiran akan masa depannya. Dengan kemajuan global, telah membawa transformasi yang signifikan atas kehidupan yang dijalani oleh setiap generasi.

Salah satu contoh timbulnya perasaan khawatir, cemas, dan takut pada dirinya. Walaupun secara fundamental itu semua merupakan bagian dari emosi kenormalan, namun apa yang terlihat pada Gen Z saat ini emosi tersebut merespon sensasi yang berlebihan hingga menimbulkan gejala-gejala tertentu seperti anxiety disorder “gangguan mental yang tidak terkontrol.”

Beranjak dari persoalan ini, tentunya akan membawa seseorang pada masa-masa kritisnya atau keadaan ini sering kali kita kenal dengan quarter life crisis. Secara implisit, quarter life crisis biasanya dialami oleh Gen Z yang telah berusia kisaran 20-30 tahun dimana fase ini merupakan masa transisi seorang remaja menuju fase dewasa awal.

Oleh karenanya, quarter life crisis sering juga disebut dengan krisis seperempat abad. Dalam uraian Robbin dan Wilner, quarter life crisis “QLC” merupakan bentuk overthingking atas masa depan yang disebabkan oleh banyaknya opsi serta perasaan takut, cemas, tidak yakin terhadap siklus kehidupan di masa depan baik itu perihal karier, relasi ataupun pasangan.

Bukan hanya itu, tekanan sosial, perubahan hidup yang signifikan, ketidakpastian akan mendapatkan karier dan mengklaim bahwa standar kebahagiaan hanya sebatas keberhasilan materialistis. Ciri-ciri ini membuat orang yang terjebak oleh quarter life crisis umumnya akan mudah terkena stress yang kemungkinan bisa menimbulkan depresi.

Hingga kini, fenomena tersebut masih terlihat eksis dikalangan remaja yang baru memasuki tahap dewasa awal. Kendati merupakan hal yang orisinal, tetapi tak menutup kemungkinan jikalau perlunya tindakan untuk meminimalisir gangguan-gangguan seperti ini marak terjadi di kalangan Gen-Z.

Baca...  Sumber Penafsiran Al-Qur'an: Komponen Penting Memahami Makna Ayat Suci

Fakta inilah yang menjadi ontologis Islam mengambil peran dalam mengatasi permasalahan quarter life crisis dengan berlandaskan pada Al-Quran yang menjadi satu-satunya pedoman bagi umat Islam untuk mengatasi berbagai persoalan dalam hidup baik internal maupun eksternal.

Islam menyikapi keadaan seperti ini dipandang sebagai bentuk melemahnya kadar keimanan dan keyakinan seseorang yang implikasi jangka panjangnya ialah kekhawatiran, kecemasan dan keraguan yang persis di alami pada orang dengan gangguan quarter life crisis. Sebagaimana di tuliskan dalam QS. Al-Isra, ayat 31 :

“Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh dosa yang besar.”

Ayat ini berusaha mengiatkan bahwa Allah SWT telah menetapkan segala materi yang telah menjadi qodar setiap ciptaannya. Melalui ikhtiar dan memasrahkan segala yang terjadi kepada Allah STW, niscaya hal semacam kekhawatiran, cemas, dan gelisah hanyalah sebatas problematik singkat yang lambat laun pasti akan berakhir.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah mengehendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” QS. Ar-Ra’d: 11.

Sebenarnya Islam telah menawarkan berbagai pandangan holistik untuk menyikapi segala dimensi persoalan mengenai hidup. Termasuk solusi menghadapi fase-fase kritis seperti quarter life crisis yang menjangkit kaum Gen-Z.

Pertama, Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 45 ; “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat”. Ayat ini menjelaskan bahwasanya apapun bentuk terpaan masalah yang dihadapi, mintalah pertolongan kepada Allah SWT dengan cara sabar dan sholat.

Sabar mampu mengajarkan pada hati untuk tetap ikhlas dalam merima segala qodar Allah SWT. Bersamaan, kita tidak terlalu memikirkan suatu eksistensi yang sifatnya nisbi. Sabar juga memungkinkan kita untuk mengambil tindakan-tindakan yang lebih bijak dalam menghadapi berbagai distorsi kehidupan.

Baca...  Menjelajahi Kisah-kisah Yang Ada di dalam Alqur’an

Selain bersabar, diwajibkan bagi kita untuk memohon jalan keluar melalui sholat. Karna dengan sholat dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dimana hal tersebut menimbulkan ketenangan pada jiwa yang menjadi pertahanan tersendiri saat mengalami quarter life crisis.

Kedua, terdapat dalam Qs. Al-An’am: 134 “Sesungguhnya apa pun yang dijanjikan kepadamu pasti datang dan kamu tidak mampu menolaknya”. Ayat ini mengajarkan untuk senantiasa selalu meletakkan keyakinan kepada Allah SWT, bukan terhadap entitas yang sifatnya dinamis.

Sejatinya Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya dan Dia selalu bersama ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, hendaknya kita selalu berpikir positif terhadap apa yang kita rencanakan dan berpegang tegus atas iktikad kita kepada Allah SWT.

Namun apa yang terjadi malah sebaliknya, orang yang mengalami quarter life crisis secara general mereka menaruh harapannya terhadap hasil atau materialis yang ia rangkai sendiri melalui konsep pikiran, upaya ini tentu dapat memicu terbentuknya anomali yang dimana bila harapan tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang direncakan, maka prospek terjadinya rasa khawatir, takut, dan gelisah semakin tinggi.

Ketiga, direfleksikan pada QS. Ibrahim: 7; “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.

Hadirnya ayat ini mencoba untuk menerangkan sebetulnya jika seorang hamba mampu mensyukuri akan nikmat yang telah diberikan, maka sejatinya Allah akan menambah nikmat tersebut dengan berlipat-lipat ganda. Tanpa harus bersikeras memikirkan prudensi-prudensi yang ontologisnya tidak kita ketahui.

Perspektif lain, bersyukur juga mampu dijadikan sebagai sistem imun bagi diri sendiri. Sebab permasalahan qurter life crisis tidak selamanya datang dari faktor internal semata. Tetapi didukung oleh faktor lingkungan dan respon individu terhadap lingkungannya. Salah satu contoh sering kali membanding-bandingkan diri terhadap pencapaian orang lain.

Baca...  Berita Hoaks dalam Perspektif Alquran

Hal tersebut merupakan suatu perbuatan yang fatal karna dapat memicu penjustifikasian, baik terhadap diri sendiri yang menilai tidak memiliki kemampuan apa-apa atau kronisnya lagi bersuudzon terhadap Allah yang menganggap tidak adil dalam menentukan qodar bagi setiap hambanya.

Akan tetapi, permasalahan quarter life crisis yang marak terjadi pada Gen-Z saat ini, tidak bisa semerta-merta memandangnya sebagai bentuk gejala negatif. Alasannya terpaut pada perkembangan zaman yang semakin progresif membuat keinginan untuk memiliki opsi dalam hidup makin membeludak.

Wajar saja bila generasi sekarang lebih mudah terkena gejala-gejala kecemasan, kekhawatiran, serta rasa takut berlebihan akan masa depan mereka. Oleh karena itu yang perlu dilakukan ialah dengan mengontrol perasaan-perasaan negatif dengan cara beriktikad kepada Allah SWT, bersabar akan sesuatu yang dimohonkan, senantiasa menjaga sholat demi ketenangan jiwa dan lebih mensyukuri atas apa yang dimiliki saat ini.

8 posts

About author
Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram
Articles
Related posts
KeislamanTafsir

Mengenal Muhammad Shahrur dan Tafsir Kontekstualnya

4 Mins read
Ajaran Islam menunjukkan bahwa tidak ada batasan waktu atau ruang, yang membuat mempelajari Islam menjadi sulit atau memerlukan kajian yang harus dipahami…
KeislamanKisah

Memetik Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir

4 Mins read
Salah satu nabi yang memiliki anugerah tubuh kuat dan gagah adalah Nabi Musa AS, beliau berasal dari kaum Bani Israil dan merupakan…
KeislamanPendidikan

Sumber Pengetahuan yang Sebenarnya

4 Mins read
Pada hakikatnya manusia sebagai mahkluk theomorfis mempunyai sesuatu yang agung didalam dirinya, yaitu akal—kehendak yang bebas (free will) dan kemampuan berbicara. Akal…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Sejarah

Membedah Historiografi Sejarah Diponegoro Melalui Buku Martin Bossenbroek

Verified by MonsterInsights