Nilai-nilai pendidikan karakter adalah suatu kebutuhan yang berlangsung terus-menerus untuk meningkatkan kesadaran individu, pembentukan karakter berkontribusi pada masa depan yang lebih baik.
Dengan cara mengembangkan dan menguatkan karakter setiap individu. Menurut para pemikir Islam seperti Al-Ghazali, pendidikan karakter adalah sebuah sikap internal yang membimbing seseorang menuju kebaikan, dengan bertindak benar berdasarkan prinsip yang jelas dan mematuhi perintah Allah serta Rasul-Nya.
Pendidikan karakter melibatkan beberapa tahapan, seperti metode, tujuan, dan pada akhirnya, menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman dalam Al-Qur’an pada al-Mujadalah ayat 11:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila terdapat pernyataan untuk kalian: “Berlapang-lapanglah di dalam majlis,” maka lapangkanlah, karena Allah akan memberi kemudahan untuk kalian. Dan jika dikatakan: “Berdirilah,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman di antara kalian dan juga orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.
Tafsir Al-Misbah
Bagaimana tuntunan cara berkarakter baik atau berakhlak mulia, cara menjalin hubungan harmonis kepada sesama manusia. di jelaskan dalam tafsir al-Misbah bahwa, Berbicara di tengah orang lain dapat merusak hubungan sesama kelompok, ditekankan dalam tafsir tersebut orang berbicara sendiri Ketika di dalam majelis ilmu.
Maka keberkahan pahala dan cahaya Allah akan hilang, Dalam ayat tersebut juga menyangkut adab dalam satu majlis, cara menjalin hubungan harmonis di krtika di suatu tempat majlis ilmu. Allah mengatakan, Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu oleh siapa pun.
Berlapang dada dan bersungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri, untuk memberi tempat orang lain dalam majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan untuk duduk, apabila di minta kepada kamu agar melakukan itu maka lapang dada.
Dalam ayat tersebut Allah memberikan jalan kepada semua manusia yang berusaha ke jalan yang benar, dan Istiqamah dalam kebaikan tersebut, di katakan: Berdirilah kamu ke tempat lain, dimaksud adalah untuk duduk di lokasi yang ditempati, orang menyuruh untuk berbuat kebajikan, atau berdirilah saat melakukan shalat dan berjihad dijalan Allah, maka berdiri dan bangkit, maka Allah pasti akan mengangkat semua orang yang beriman di antara kamu, Allah juga meninggikan manusia yang memiliki ilmu pengetahuan beberapa tingkatan kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah adalah Maha Mengetahui dan Dia apa saja yang kalian kerjakan.
Di jelaskan dalam tafsir al-Misbah bahwa Rasul memerintah kepada para sahabat – sahabatnya pada saat ada diantara para sahabat yang tidak terlibat Ketika perang Badr, pada saat itu Rasul menginginkan untuk para sahabat yang berjasa duduk di dekat Rasul. Ada sebagian orang mereka keberatan atas perintah Rasul itu, membuat sebagian hati mereka ada yang tidak enak dan merasa berat, saat ada yang di suruh untuk berdiri, ketika ini berlangsung, adalah saat orang munafik digunakan untuk memecah belah kalangan orang yang beriman, mereka berkata: “Katanya rasul itu berlaku bijak, tetapi kenyataannya tidak demikian.” Rasul yang mendengarkan perkataan seperti itu kemudian bersabda: “Allah menyukai orang yang memberikan kelapangan bagi saudaranya yang beriman.” Disini para sahabat yang beriman pun percaya dan mengiyakan rasul.
Nabi Muhammad. memberikan pengajaran berkaitan dengan adab dalam bermajelis ketika itu. Yang dimaksud dengan tampat adalah tempat yang ditempati keberadaannya, bisa tempat berdiri, tempat berbaring, atau bahkan tempat ketika duduk. memberikan tempat yang pantas, dan disamping itu sikap lapang dada kepada siapa saja yang lemah. Dijelaskan dalam tafsir tersebut bahwa jika kita duduk di kereta, atau bus umum, kepada yang lebih tua harus menghormati seperti memberikan tempat duduk kepada orang yang paling membutuhkannya.
Tafsir Al-Azhar
Rasul di keliling oleh para sahabat untuk memberikan nasehat-nasehat dan bimbingannya. disebutkan bahwa kita harus memiliki etika dengan orang yang lebih tua, seperti saat kita kumpul di majelis ilmu yang mana kita dapat tempat duduk, tetapi saat di setengah kajian tiba-tiba ada seorang kakek-kakek yang tidak mendapatkan tempat duduk maka kewajiban kita mempersilahkan tempat duduk kepada kakek tersebut.
Dari surat al-Mujadalah ayat 11 menurut tafsir al-Azhar menekankan perintah untuk selalu taat, dan menghormati kepada yang lebih tua selama tidak, menyuruh untuk berbuat maksiat kepada Allah. Dalam tafsir al-Azhar dijelaskan, memberikan tempat duduk untuk kakek tersebut (orang yang lebih tua).
Disebutkan pula supaya semua yang ada dalam satu majelis bisa merasakan duduk dalam majelis ilmu, dapat diambil garis merah bahwa semua orang islam harus memiliki sikap menghargai. Satu dengan yang lain, walau ada perbedaan tetapi tetap satu, jangan dipisah, kemudian dalam ayat itu juga disebutkan, niscaya Allah akan memberikan kelapangan bagi orang yang rendah hati, disini menegaskan bahwa kita dilarang untuk sombong, merasa paling benar, paling surga sendiri, paling hebat, paling alim. Apabila seseorang berlapang dada, maka dalam dirinya akan mudah untuk merasakan kebaikan, mudah masuknya hidayah dalam dirinya, sehingga jalan menuju Allah lebih mudah, karena hatinya bersih dari penyakit hati.
Luqman ayat 13 pemahaman Tauhid kepada Allah:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan ingatlah ketika Luqman memberikan nasihat kepada anaknya, saat itu dia menasihatinya: “Wahai anakku, jangan sekali-kali mempersekutukan Allah, karena sesungguhnya, menyekutukan-Nya adalah kezaliman yang sangat besar.”
Al-Misbah
Ayat di atas menceritakan tentang kehidupan Luqman beserta anaknya, dimana Luqman memberikan pengajaran tentang ke tauhidan kepada anaknya, untuk jangan menyekutukan Allah, sebab menyekutukan Allah termasuk ke zholiman, dosa yang tidak diampuni. Oleh sebab itu sebagai orang yang beriman harus menjauhi perbuatan syirik, dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya masih banyak orang islam yang melakukan perbuatan syirik.
Di sinilah Luqman menasehati anaknya, dilakukan adalah dengan cara lemah lembut sehingga anak Luqman menjadi paham bahwa perbuatan itu salah. Dijelaskan dalam tafsir al-Misbah bahwa Luqman, adalah orang yang istimewa sampai namanya diabadikan di al-Qur’an karena ajaran-ajaran yang Luqman sampaikan kepada anaknya, baik, dan bermakna.
Didalam Luqman ayat 13 yang mana Luqman hakim, mendidik anaknya untuk selalu menjauhi perbuatan yang berbau syirik kepada Allah, taat pada orang tua kita, selama tidak melanggar aturan Allah, dan cinta akan perbuatan baik yang berdasarkan, sejalan dengan al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Tidak hanya itu Luqman telah berhasil mendidik anak untuk bertuhan hanya kepada Allah. Lewat metode-metode yang diggunakan yaitu dengan nasihat secara perlahan, penuh makna, lemah lembut, dan menyayangi anak.
Al-Azhar
Allah memberikan hidayah ke anak Luqman yang disampaikan yang mana ini menjadi pedoman utama dalam kehidupan yaitu bertauhid, sejatinya tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah, karena sejatinya yang selain Allah hanya sekedar makhluk belaka, hanya ciptaan seperti yang dijelaskan dalam tafsir al-Azhar bahwa, Allah itu tidak bersekutu, dan tidak pula beranak.
Di ujung ayat dijelaskan bahwa kita dilarang untuk menganiaya diri sendiri, seperti menggagap ada tuhan selain Allah lagi itu termasuk perbuatan syirik besar, oleh karena itu Allah mengajak untuk membebaskan jiwanya selain Allah. Dalam tafsir al-Azhar dijelaskan Allah melarang keras untuk berbuat kesyirikan, sesungguhnya Allah itu tidak bisa disamakan dengan makhluknya. Sebagai orang yang beriman kita wajib untuk taat kepada Allah dan Rasul.
Sehingga kita dilarang untuk melakukan perbuatan syirik dengan cara datang ke dukun, paranormal, menyembah pohon besar, dengan tujuan tertentu. Karena sesunggunya setan akan membawa manusia ke jalan yang sesat sampai mati. Luqman ayat 13 ini sangat mengecam keras orang orang musyrik yang tidak bertaubat.
Allah menjadikan manusialsebagai (pemimpin) kalifah di bumi, yang mana manusia memiliki pengetahuan akan ilmu, untuk membedkan antara benar dan salah, untuk mewujudkan itu kita semua harus memenuhi jiwa kita, dengan selalu mengingat Allah, dimana saja, karena tauhid membuat jiwa kita menjadi tentram dan damai, disamping itu Rasul pernah berkata bahwa menggutamakan seorang ibu adalah kebaikan yang utama.
Kesimpulan
- Nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Al-mujadalah ayat 11 dan Luqman ayat 13 menurut tafsir al misbah dan al azhar, mengajarkan pentingnya berkarakter susuai dengan ajaran Islam, seperti menghormati dan memuliakan orang yang lebih Tua terutama kedua orang tua, cinta ilmu pengetahuan, bertauhid kepada Allah.
- Nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Al-mujadalah ayat 11 dan Luqman ayat 13 menurut tafsir al misbah dan al azhar memberikan pemahaman, nasihat, teladan, kemudian finalnya adalah mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Relevansinya dalam dunia Pendidikan adalah memberikan penjelasan berkaitan dengan nilai-nilai Pendidikan karakter yang ada dalam surat al-Mujadalah ayat 11 dan Luqman ayat 13, menurut tafsir al-Misbah dan al-Azhar. Yaitu; cinta ilmu pengetahuan, disiplin, taat kepada Orang Tua, dan Menghindari perbuatan syirik.
Referensi
Abidin Ibnu Rusyn. 1998. Pemikiran Al-Ghozali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cholid Narbuko dan Abu Achamadi. 2009. Metodologi Penelitian. . Jakarta: Bumi Aksara.
Desy Sri Wahyuni. 2020. Urgensi Belajar Dalam Perspektif Islam Kajian Tafsir Qur’an Surat Al-Mujadalah Ayat 11, hlm. 77.
Hamka. 2015. Tafsir Al-Azhar jilid 9. Gema Insani, Jakarta: Depok.
Hamka. 2000. Tafsir Al Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Lutfiyah “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak: Studi Ayat 13-19 Surat Luqman”, hlm. 1-115.
Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter dalam Tantangan Krisis Multinasional. Jakarta : Bumi Aksara.
Muhammad Dani Azza, 2019 “Konsep Pendidikan dalam surat Al-mudajalah ayat 11 dan Relevansi nya terhadap sentra Pendidikan”, hlm. 69
Muhammad Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah jilid 14. perpustakaan umum iman jama, Jakarta: Lentera hati.