Opini

Krisis Ormas Islam dalam Perbedaan Sudut Pandang 

3 Mins read

Banyaknya ormas dalam lingkupan agama menjadi perhatian penting menegakan dakwah Islam secara multikultural baik sumbernya dari Ahlussunnah Waljama’ah hingga kembalinya Alqur’an dan Hadis serta Qiyas, Ijma’ dan lain sebagainnya.

Hal ini dipicu lantaran para pendiri tokoh Islam memiliki latar belakang masing-masing baik pengalamannya maupun lingkungan keluarganya. Dari golongan Nahdlatul Ulama misalnya kita mengenal sosok KH Hasyim Asy’ari sebagai panutan sekaligus guru bagi para kadernya.

Melalui cara pandangan KH Hasyim Asy’ari yang memiliki kebiasaan sarungan memiliki makna bahwa sejatinya Islam bukan soal pakaian gamis saja melainkan kaum tradisional kaum abangan mempunyai ciri khasnya sebagai masyarakat desa pada umumnya. KH Hasyim Asy’ari juga memiliki pendekatan sangat sosialis sekali berdekatan dengan masyarakat mewujudkan nilai-nilai Islam ala Indonesia.

Ia tidak hanya bergelar Hadratusyekh hafal kitab Bukhari namun juga pandai mengajak para santrinya berjuang melalui Hizbul Wathon berkorban untuk bangsa dan negara. Muhammadiyah dikenal kaum modernis, akademis yang lebih maju daripada Nahdlatul Ulama secara pemikirannya sangat memperhatikan pendidikan, kesehatan sebagai sarana kemasyarakatan sehari-hari. Dengan pendidikan Muhammadiyah memiliki progrevitas luar biasa dari tahun ke tahun.

Pendekatan KH Ahmad Dahlan sebagai tokoh utama Muhammadiyah tentu juga banyak tantangan karena dianggap kafir dengan pakaian khas Eropa. Padahal ia memakai kombinasi tradisionalis dibagian jariknya yang khas Indonesia. Bahkan sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah tersebar di Indonesia hingga Internasional.

Berkatnya pola pikir Muhammadiyah sangat penting di berbagai sektor pendidikan saat ini untuk didiskusikan bersama. Kita bisa ambil contoh Prof Abdul Mu’ti kader Muhammadiyah yang sekarang menjabat Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Kabinet Merah Putih. Pastinya sangat bangga dong warga Muhammadiyahnya ?

MTA atau Majelis Tafsir Alqur’an didirikan oleh Al Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tanggal 19 September 1972. Ia merupakan Mubalig keliling berprofesi sebagai pedagang. Abdullah menganggap bahwa banyak Masyarakat yang kurang memahami Alqur’an pada saat itu. Oleh karena itu tujuan mendirikan MTA tak lain adalah menarik simpati umat Islam untuk kembali kepada Alqur’an.

Baca...  Lunturnya Marwah Diskusi Pada Diri Calon Akademisi

Ia pun juga mempunyai refrensi kajian Alqur’an melalui beberapa tafsiran para Muffasir dan mempelajari hadis nabi bersumber kitab-kitab Hadis. Malahan juga menggelar aksi donor darah dan sosial kemanusiaan sebagai wujud menerapkan nilai-nilai Qur’ani dan hadis (www.mta.or.id).

Ada LDII atau Lembaga Dakwah Islam Indonesia didirikan pada tanggal 3 Januari 1972 di Surabaya dengan nama Yayasan Karyawan Islam disingkat YAKARI. LDII mempunyai 3 moto yang ketiga-tigannya merupakan sumber dari Alqur’an. Pertama pada Surat Ali Imran ayat 104 yang intinya adalah mengajak nahi munkar. Kedua Surat Yusuf ayat 108 menjelaskan mengajak kembali Islam yang tiada orang musyrik. Ketiga An-Nahl ayat ayat 125 menerangkan tentang Hikmah bisa mengambil pelajaran yang baik (www.ldii.or.id).

Ada juga PKS yang terbagi beberapa bagian politik, keagamaan maupun kasta lainnya. Tetapi belum bisa dipastikan secara sejarah apakah sambung dengan gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir atau justru bukan bagiannya.

Karena ada beberapa bagian kader PKS menganggap masih berpegang teguh prinsip Ahlusunnah Waljama’ah sama dengan NU. Pastinya belum menemukan sumber yang jelas menerangkan tentang PKS. Dan juga Salafi di Indonesia seperti apa belum menemukan sumbernya. Masih simpang siur.

Semoga bisa segera mendapatkan informasinya secepatnya. Dari banyaknya ormas dan pemahaman di Indonesia ada krisis yang begitu lebih menyakitkan daripada persoalan toleransi sebagai berikut :

Fanatisme

Bagaimana fanatik ini berakhir bila kita masih rebut soal pemikiran dan pemahaman berbeda-beda. Qunut misalnya saya terus terang kaget melihat beberapa kaum PKS beranggapan bahwa qunut adalah identitas NU. Padahalqunut adalah persoalan fikih mazhab yang sudah sangat lama kita pelajari. Alhasil NU jadi korban sumber yang menyudutkannya dalam hal ibadah salat. Kalau kalian perhatikan atau pernah mengaji fikih tidak ada sangkut pautnya antara qunut dan NU.

Baca...  Antara Fenomena Islamofobia dan Kajian Orientalisme

Hal ini pernah disampaikan KH Bahaudin Nur Salim atau disapa Gus Baha menjelaskan qunut tidak ada hubungan sama sekali dengan NU. Menurutnya qunut merupakan hasil ijma’ fiqih ulama mazhab yang sudah tuntas (Youtube Santri Gayeng). Memang benar tidak kaitannya dengan NU. Karena pada dasar NU juga mengambil sumber dari 4 mazhab fikih khususnya Imam Syafi’i dengan banyak mayoritas pengikutnya.

Itu baru masalah ranah keilmuan Keislaman belum ranah lain ubudiyah (sosial kemasyarakatan) apalagi krisis lain yang masih banyak kita temui. Orang-orang saklek dengan organisasi kalau tidak dibendung dengan akar keilmuan pada akhirnya kesulitan dalam mencapai kehormatan diantara para kaum muslimin. Kita cenderung menyalah-nyalahkan seolah-olah kaumnya adalah paling benar. Di kasus fenomena LDII banyak sekali habis salat di pel lantainya. Ada juga kaum Salafi kebanyakan unsur bid’ah sebagai jalan menuju kebenaran.

Kalau kita membahas bid’ah sangat panjang sekali mengingat AC, mickrofound setiap harinya gunakan azan iqomah, pintu geser, jam digital itu semua bid’ah dalam kategori hasanah. Yakni menunjang kebaikan kemaslahatan umat.

Kenyamanan umat Islam dalam beribadah juga. Hal semacam ini perlu diluruskan dan diedukasi agar kita menghargai satu sama lain. Dengan perbedaan kita sangat luas dalam keilmuan. Tidak mudah menyalah-nyalahkan, mengkafir-kafirkan hingga membid’ah-bid’ahkan.

Perbedaan tidak akan selesai yang tidak akan pernah puas dalam memadangnya. Perlu kita mengkaji segala apapun berkaitan islam secara umum. Tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan baik. Jadi mau menyalahkannya satu sama lain?

10 posts

About author
Direktur Lembaga Pers dan Penerbitan PC IPNU Kabupaten Sukoharjo
Articles
Related posts
Opini

Fenomena Agnostic Style Sebagai Jalan Pintas Tidak Beragama

3 Mins read
Di era digital saat ini, generasi muda menghadapi kompleksitas kehidupan yang semakin rumit terutama dalam hal keyakinan dan spiritualitas. Fenomena agnostik menjadi…
Opini

Bentuk Penistaan Agama dalam Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 120 

2 Mins read
Bhinneka Tunggal Ika begitulah semboyan nasional Negara Indonesia. Menghargai perbedaan dan keberagaman dari sisi manapun, baik dalam suku, agama, ras, dan budaya….
Opini

Rasa Bebas Atau Hampa ? Tanggapan Dibalik Fenomena Agnostic Style

3 Mins read
Membahas masalah agama memang tidak akan pernah ada habisnya, apalagi saat ini sedang booming fenomena agama yang muncul di tengah-tengah kehidupan manyarakat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights