KeislamanNgaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Doktrin Politik Sunni (Imamah)

2 Mins read

“Agama dan kekuasaan politik adalah saudara kembar.” Imam Al-Ghazali

Begitulah kata Al-Ghazali. Keduanya saling membutuhkan. Akan tetapi tugas agama tidaklah menjadi penguasa politik. Berbeda halnya dengan di Barat antara agama dengan kekuasaan politik selalu bertabrakan.

Tentu saja karena sejarah Barat sendiri. Dalam hal ini, keberadaan agama dahulu kala di Barat acap kali diselewengkan sehingga menimbulkan bencana yang sangat dahsyat dalam kehidupan masyarakat, yaitu pada abad pertengahan. Salah satunya adalah munculnya teokrasi.

Syahdan. Bagaimanapun seorang penguasa itu harus ada. Sebab, jika tidak ada penguasa, maka semua orang akan kacau balau oleh karena pendapat yang berbeda. Hal ini pada akhirnya akan menjadi penyakit (patologi sosial politik). Pendek kata, ketertiban kehidupan agama tidak akan tertib jika tidak ada ketertiban dunia. Di sinilah pentingnya penguasa.

Anda tahu! Hari ini opini yang berkembang di masyarakat adalah cenderung melihat bahwa kemashlatan yang baik itu kebebasan. Iya, kita mengingkarinya. Ini memang penting. Akan tetapi, tidak kalah pentingnya adalah adanya ketertiban. Jika kehidupan sosial tidak tertib, maka yang terjadi adalah kerusakan yang sulit diselesaikan.

Apakah memilih pemimpin wajib?

Menurut ulama sunni jawabannya wajib. Berbeda dengan Al-A’sam yang mengatakan tidak wajib. Ia mengatakan jika masyarakat bisa tertib tanpa adanya seorang pemimpin, maka tidak wajib memilih pemimpin. Bukankah dengan adanya pemimpin terkadang masalah tambah besar dan banyak?

Gus Ulil mengatakan bahwa pendapat Al-A’sam ini masuk akal dalam komune yang kecil seperti pedesaan, namun tidak pada lingkup yang besar seperti provinsi dan seterusnya. Karena itu, pendapat ulama sunni lebih tepat. Dengan kata lain, ulama sunni tidak pernah berhenti untuk menelaah masalah-masalah sosial.

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Apakah Tindakan-tindakan Tuhan Hasan atau Qabih?

Tak hanya itu, lanjut Gus Ulil, yang dibutuhkan dalam kekuasaan politik bukan dilihat dari segi apakah kita berhasil mengangkat imam yang sholeh atau tidak, melainkan bisa memimpin secara efektif (ditaati). Percuma pinter tetapi tidak efektif ketika memimpin. Pendek kata, seorang imam harus berani menggunakan kekuasaannya secara tepat.

Catatan akhir

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa soal imamah (politik) hanya masalah fikih, bukan soal akidah. Misalnya, siapa yang berhak jadi penguasa setelah nabi wafat? Sekali lagi bukan soal akidah (ushul al-Dhin) melainkan hanya cabang akidah (furu’ al-dhin). Dalam kacamata Islam, yang lebih penting dari imamah adalah mengenal Allah Swt. Jadi kita orang beriman maka pusat kehidupannya adalah Allah Swt.

Tak hanya itu, kata Al-Ghazali, jika Anda terlalu serius membahas soal imamah, maka yang terjadi adalah “taasshub” (fanatisme buta). Itu sebabnya, ada sekian banyak ulama yang tidak tertarik perihal imamah. Jangan jadikan imamah sebagai pokok pembahasan yang menyiksa pikiran. Pada akhirnya ia akan absurd dengan sendirinya. Wallahu a’lam bisshawab.

121 posts

About author
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Articles
Related posts
KeislamanTafsir

Takwil Menurut Para Ulama

4 Mins read
Kuliahalislam. Takwil berarti menerangkan, menafsirkan secara alegoris (kiasan), simbolik, maupun rasional. Secera terminologis, kata takwil diambil dari kata Awwala yang bisa berarti…
KeislamanSejarah

Sejarah Perang Sabil Di Aceh

4 Mins read
Kuliahalislam Perang Sabil (Jihad fi Sabil Allah) merupakan perang antara masyarakat Aceh dan penjajah Belanda (1873-1912), yang bagi masyarakat Aceh merupakan perang…
Keislaman

Cahaya Bintang, Cahaya Kenabian: Tafsir Ayat 1-2 Surat An-Najm

6 Mins read
Pembukaaan surah ini diawali dengan sumpah Allah yang sangat memukau. Surah An-Najm sebagaimana surah Aqsam Makiyyah pada umumnya, menekankan sumpah-sumpah Allah SWT…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya' Ulumuddin: Mencela Harta dan Sikap Kikir

Verified by MonsterInsights