Manusia hakikatnya diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, sehingga kontak antar sosial pasti terjadi. Saat berinteraksi, menjaga tutur kata dan perilaku penting dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya, dengan menjunjung tinggi nilai tatakrama ditengah kehidupan masyarakat.
Manusia hakikatnya diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, sehingga kontak antar sosial pasti terjadi. Saat berinteraksi, menjaga tutur kata dan perilaku penting dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya, dengan menjunjung tinggi nilai tatakrama ditengah kehidupan masyarakat.
Interaksi masyarakat yang mengharuskan adanya percakapan tentunya memiliki topik percakapan yang beranekaragam. Salah satunya adalah percakapan yang membahas keburukan orang lain yang tidak hadir ditengah percakapan/perkumpulan tersebut, itulah yang dinamakan “ghibah”.
Lantas bagaimanakah tanggapan Alqur’an mengenai fenomena di atas? Untuk itulah artikel ini ada dan mari kita bahas bersama.
Telah kita ketahui bahwa Alqur’an adalah petunjuk, pedoman hidup yang berlaku hingga akhir zaman yang mampu menanggapi dan memberikan solusi mengenai berbagai persoalan yang terjadi.
Sesuai fenomena di atas, ghibah telah disebut oleh Alqur’an yang termuat dalam surah al-Hujurat [49]:12.
يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Ayat di atas menceritakan perilaku-perilaku yang hendaknya dijauhi. Ayat di atas mengandung nilai luhur dengan tujuan mendidik umat islam bagaimana seharusnya ia berperilaku terhadap orang lain. Allah memberi perintah berupa larangan melakukan prasangka, mencari kesalahan orang lain, dan menggunjing sebagian yang lain.
Larangan menggunjing bahkan diilustrasikan keburukannya dengan “Sukakah kamu memakan daging saudara sendiri yang sudah mati?”, tentulah perumpaman tersebut jika disodorkan dihadapan kita, pastilah kita akan merasa jijik dan akan menghindarinya. Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa perilaku menggunjing adalah perilaku yang sangat buruk dan busuk (Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol 13).
Perilaku menggunjing muncul bukan tanpa sebab. Berdasarkan ayat tadi, mari kita runtutkan alur dari perilaku tidak baik tersebut. Pertama adalah prasangka, prasangka buruk terhadap seseorang dapat menimbulkan keingintahuan yang besar dan mendorong seseorang mencari-cari kesalahan orang lain.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, tentunya mendorong seseorang tersebut untuk menyebarkan, membicarakan keburukan, kekurangan atau aib orang yang sedang tidak hadir saat itu. Inilah ghibah yang dimaksud oleh Alqur’an dan dinilai sangat buruk hingga menggambarkanya dengan perumpamaan yang menjijikkan.
Pergunjingan atau ghibah mampu merusak keharmonisan di lingkungan sosial, memberikan dampak buruk pada objek pembicaraan jika berita-berita tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Maka dari itu, nilai-nilai tatakrama yang terkandung dalam surah al-Hujurat [49]:12 perlu diamalkan oleh kita semua. Diterapkan tanpa memandang suku, ras, agama, karena sejatinya mereka semua adalah manusia (Shihab, Tafsir Al-Lubab) dan manusia sudah digariskan diciptakan sebagai makhluk sosial.
Di akhir ayat, Allah memberikan kesempatan bagi orang-orang yang melakukan perilaku-perilaku tersebut untuk bertaubat, dengan sungguh-sungguh menjauhinya dan takwa kepada-Nya.
Dengan begitu, terbuktilah bahwa Alqur’an menjadi petunjuk dan pedoman hidup dalam kehidupan di dunia, membuktikan bahwa Alqur’an mampu menjawab semua persoalan yang ada dengan segala nilai yang terkandung di dalamnya.