Keislaman

Style Busana Mahasiswi UIN, Background Islam Namun di Luar Kampus Terlihat Sama Saja

4 Mins read

Universitas atau kampus merupakan sebuah tempat berkelanjutan untuk menempuh pendidikan dari tingkat sekolah menuju tingkat universitas. Setiap kampus memiliki ranah tersendiri dalam memberikan tunjangan pendidikan bagi mahasiswanya, terutama kampus dengan background Islam.

Perbedaan itu memberikan keunikan tersendiri bagi kampus khususnya bagi Universitas Islam Negeri (UIN) dimana terdapat pengaruh Islam yang begitu trasenden pada setiap program jurusan yang diberikan dan setiap program pasti tersirat makna Islam di dalamnya misalkan seperti prodi BKI (Bimbingan Konseling Islam), HKI (Hukum Keluarga Islam), Ekonomi Syari’ah, Ilmu Tadris dan masih banyak lagi program-program studi lainnya.

Selain sistem akademisinya, dalam setiap kegiatan juga terselip nuansa Keislaman yang membuat atmosfer kampus terasa sejuk, tenang, dan religius. Tentu saja ketika mengarah pada kiblat kampus yang lebih condong keislaman baik struktur bangunan maupun sistem akademisnya, tidak akan luput jikalau moral, etika, dan estetika Islam tidak dipegang teguh oleh seluruh masyarakat kampus terutama oleh mahasiswanya sendiri.

Maknanya setiap fakultas tentu harus memberlakukan aturan atau norma-norma yang mengacu pada tuntunan keislaman bagi setiap mahasiswanya dengan tujuan untuk memberikan kenyaman serta keamanan saat di dalam maupun di luar kampus.

Salah satu contoh regulasi yang menjadi ciri khas kampus dengan background Islam yakni tata cara berbusana sesuai syariat Islam. Dimana dengan tidak menggunakan baju kaos oblong atau sobek, celana pendek, sandal, bertato, rambut di semir untuk laki-laki.

Lalu bagi perempuan diwajibkan berbusana muslimah, tidak ketat, tidak transparan, tidak memakai baju di atas pinggul, berhijap hingga menutupi area dada, tidak memakai celana jeans atau kulot. Hal tersebut diberikan untuk menghindari deviasi tindak kekerasan seksual dan bullying yang marak terjadi pada ekologi kampus.

Baca...  Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Mencela Sifat Kikir

Selain itu pihak kampus juga mengharapkan norma-norma yang diberikan mampu menjadi pedoman bagi semua mahasiswa untuk tetap berperilaku sopan saat berbusana yang tidak hanya pada tataran kampus saja melainkan dalam tataran bermasyarakat juga masih tetap menjalankan regulasi tersebut.

Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang semakin progresif beserta segala updeat infromasi yang semakin mudah untuk di akses, perlahan membuat pergeseran kultur yang diikuti dengan perubahan sosial, mampu memberikan stimulus yang universal terhadap sikap, perilaku, lifestyle dan cara berbusana mahasiswa.

Seperti fenomena yang terjadi saat ini, mahasiswa cenderung ingin terus dipandang kekinian, selalu ingin tampil berbeda seiring perubahan zaman yang dinamis. Dari sinilah transformasi yang begitu signifikan mulai terjadi pada mahasiswa UIN yang memiliki hasrat untuk menjadi penonton dan ditonton dari berbagai bentuk penampilan. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa makin kesini makin membuat norma atau aturan dalam berpakaian sesuai syariat mulai memudar.

Tantangan terhadap pilihan berbusana ini tidak lagi hanya dilandaskan pada apa yang di butuhkan ataupun sesuai dengan regulasi kampus saja. Melainkan saat ini style berbusana telah menjadi ajang penyampaian risalah identitas, gaya hidup dan nilai-nilai yang dimiliki mahasiswa. Tidak hanya itu, terjadinya peralihan kultur dimana yang tampak saat ini style berbusana dijadikan sebagai arena penyaluran ekspresi diri dan ketenaran mahasiswa baik dalam lingkungan kampus maupun masyarakat umum.

Seperti eksistensi beberapa mahasiswa khususnya wanita yang mempunyai dua karakteristik dalam segi berbusana, misalkan ketika berada dikampus mereka cenderung menggunakan busana yang Islami, menggunakan gamis atau pakaian yang tidak menampakkan postur badan, memakai hijab sampai menutupi seperempat bagian tubuhnya. Hingga style busana itu membuat ia terlihat anggun dan indah.

Baca...  Musyawarah dan Demokrasi dalam Islam: Konsep, Implementasi, dan Relevansinya

Namun berbeda ketika berada di luar lingkungan kampus, ia cenderung menggunakan busana yang dalam pembuatannya serba minimalis. Hal tersebut apakah disengaja atau tidak, namun yang pasti pembawaan tersebut membuat postur tubuh terlihat jelas. Bukan itu saja, hijab yang tujuannya untuk menutupi daerah vital terutama dada, justru di putar atau di lilitkan ke leher.

Kadangkala beberapa mahasiswi juga senonoh tidak menggunakan hijabnya saat berada di luar kampus. Hal ini tentunya akan menimbulkan kesan keterbukaan dalam berpakaian dan atraksi bagi laki-laki yang memandang wanita secara subjektif pada bagian-bagian tubuhnya. Kronisnya lagi kondisi ini telah menjadi habbit yang dibiarkan begitu saja mempengaruhi dirinya, sehingga jika tidak mengimplementasikannya, mereka cenderung merasa tidak percaya diri dan merasa tertinggal dari segi fashion yang menyebabkan perilaku fomo mulai marak terjadi.

Tentunya gaya fashion ini sulit untuk dihindarkan oleh kalangan mahasiswi, apalagi dengan mindset mereka yang selalu ingin tampil beda setiap harinya, selain menjadi penyebab timbulnya perilaku fomo, juga memicu perilaku konsumtif atau seringkali menghabiskan uang tanpa pertimbangan yang matang demi mengikuti trend sesaat.

Pada dasarnya Islam tidak melarang seseorang untuk selalu mengikuti perkembangan trend terutama dalam segi berbusana. Akan tetapi Islam menekankan busana yang kenakan tersebut memiliki kriteria muslimah atau mampu menutupi aurat dan saat dikenakan tidak menimbulkan syahwat atau pujian dari orang lain.

Dengan demikian, sudah seharusnya seorang wanita untuk selalu menutupi suluruh auratnya dimana pun ia berada. Bukan saat agenda-agenda tertentu saja. Walaupun realitanya saat ini segelintir wanita lebih mengutamakan penampilan yang terlihat menarik, cantik dan seksi apabila dipandang oleh orang lain.

Maka tak heran bila perubahan style dalam berbusana yang terjadi pada mahasiswi, tidak hanya berdampak secara personal. Melainkan menjadi sebuah faktor timbulnya persepsi negatif terhadap instansi pendidikan terutama instansi berlatar belakang Islam.

Baca...  5 Ayat Al-Qur’an yang Sering Disalahpahami Tanpa Tafsir Tekstual

Seperti, asumsi masyarakat yang awalnya memandang Universitas Islam terkenal oleh nuansa agamis dan mampu melahirkan kader-kader mahasiswa Islamiyah yang sejatinya menjadi refleksi untuk universitas umum lainnya. Namun kenyataannya berbanding terbalik, saat ini Universitas Islam seakan-akan hanya sebatas tugas makalah yang berbeda namun isinya sama “cuman ganti nama” saja. Tidak ada komparatif yang mencolok dari segi mahasiswinya.

Berkaitan dengan kampus meskipun berlatar belakang Islam, namun tidak menutup kemungkinan bahwa tindak kejahatan tidak akan terjadi dalam ekologis kampus tersebut. Sebagaimana terjadinya kekerasan seksual antar mahasiswa dan dosen, hamil dengan masih menyandang status mahasiswa yang imbasnya akan mencoreng nama baik kampus. Rusaknya masa depan, serta timbulnya rasa kecewa terhadap orang tua yang sebelumnya telah bangga mengkuliahkan anaknya di Universitas Islam dengan basis negeri.

Dari gambaran fenomena yang terjadi, penulis dapat menarik sebuah solusi. Pertama, pentingnya kesadaran terhadap diri yang menyandang status mahasiswi yang dimana kerap dijadikan sebagai role model membawa pengaruh positif bagi masyarakat terutama dari segi fashion yang menjadi salah satu tolok ukur kesopanan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Kedua, untuk setiap dosen pendidik diupayakan saat mengajar tidak hanya memberikan perhatian terkait materi yang disampaikan. Tetapi juga mengingatkan mahasiswi agar selalu berbusana muslimah guna mencegah perilaku eksploitasi yang tidak diinginkan.

6 posts

About author
Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram
Articles
Related posts
Keislaman

Bagaimana Fenomena Flexing Menurut Al-Qur'an?

3 Mins read
Seiring majunya era digital saat ini, fenomena-fenomena sosial juga turut mengalami perkembangan. Fenomena sosial yang dibalut oleh platform digital nampaknya memiliki pengaruh…
Keislaman

Metode Tafsir dan Pergeseran Epistemologi: Dari Tradisionalisme ke Modernisme

3 Mins read
Metode tafsir dalam tradisi Islam mengacu pada upaya untuk memahami al-Qur’an, yang merupakan disiplin ilmu yang telah berkembang selama berabad-abad. Seiring berjalannya…
Keislaman

Pengaruh Pemikiran Filosofis terhadap Perkembangan Metode Tafsir dalam Peradaban Islam

3 Mins read
Tafsir al-Qur’an memainkan peran yang sangat vital dalam dunia intelektual Islam. Sebagai kitab petunjuk utama, al-Qur’an memerlukan penafsiran untuk memahami maknanya, sehingga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Keislaman

Keutamaan Batiniat dan Aqliyat Menurut Ibnu Sina

Verified by MonsterInsights