Keislaman

Sejarah Walisongo dalam Menyebarluaskan Agama Islam di Pulau Jawa 

3 Mins read

Awal Mula Agama Islam Masuk di Pulau Jawa

Sejarah Walisongo dalam menyebarluaskan agama Islam di pulau Jawa. Agama Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya bersumber kepada wahyu dari Allah yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, untuk mencapai kesejahteraan umat muslim di dunia maupun di akhirat.

Agama Islam datang ke Indonesia pada permulaan abad pertama hijriyah yang tersiar secara luas , pada abad Xlll Masehi. Penyebaran agama Islam di Indonesia, dan di benua-benua lain dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Sosial, politik, ekonomi, dan agama. Agama Islam mulai masuk di pulau Jawa sekitar sebelum abad Xlll Masehi.

Persebaran agama Islam di Jawa dipelopori oleh Walisongo, meskipun terdapat banyak penyebar agama Islam, namun para wali itulah yang dianggap penting untuk menyebarluaskan agama Islam di pulau Jawa.

Dalam upaya menyebarluaskan agama Islam terdapat berbagai macam cara antara lain, melalui perdagangan, perkawinan, kesenian, pesantren, kesenian, ajaran tasawuf.

Awal masuknya Islam pertama kali di Jawa terjadi di daerah pesisir yang terkenal para pedagang muslim yang berniaga sambil menyebarkan agama Islam. Kemudian para pedagang tersebut ada yang menetap, dan kemudian menikah dengan wanita pribumi yang terlebih dahulu di Islamkan.

Sejarah Latar Belakang Walisongo

Ajaran agama Islam menyebar ke seluruh Indonesia dan menjadi jaringan intelektual Islam Nusantara yang pertama dan signifikan. Strategi yang digunakan dalam menyerbarluaskan agama Islam yaitu melalui berdakwah kepada masyarakat, terutama di Pulau Jawa.

Walisongo merupakan sembilan orang yang sudah mencapai tingkatan “Wali”, Sembilan tokoh tersebut adalah Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gresik.

Baca...  Kebijakan Nabi Muhammad Terhadap Yahudi Khaibar (2)

Setiap Sunan memiliki kisah dan tindakan kepahlawanannya masing-masing, yang merupakan bagian dari warisan budaya dan spiritual Indonesia. Walisongo menyebarkan agama Islam di nusantara pada abad ke-15 dan ke -16.

Mereka berasal dari latar belakang etnis dan budaya yang berbeda seperti Arab, Persia, dan India. Walisongo memiliki peran penting dalam Islamisasi Indonesia melalui pendekatan inklusif dan adaptif terhadap tradisi lokal. Selain mengajarkan agama Islam, Walisongo memperkenalkan budaya Arab seperti seni, sastra, dan arsitektur serta menyamakannya dengan budaya lokal.

Melalui upaya mereka, agama Islam berkembang pesat di Nusantara dan membentuk landasan bagi identitas keagamaan dan budaya bangsa Indonesia.

Pengaruh Walisongo tidak terbatas pada bidang keagamaan saja, namun mencakup seluruh aspek politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. Selain itu, Walisongo memperkenalkan sistem pendidikan Islam yang kemudian menjadi landasan pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya nusantara.

Jejak peradaban Walisongo dapat dilihat pada masjid-masjid kuno, makam, dan artefak arkeologi yang menjadi saksi penyebaran Islam di Indonesia.

Nilai-nilai Penting yang terkandung dalam Ajaran Walisongo

Dalam konteks pembangunan model moderasi beragama, nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam ajaran Walisongo memiliki peranan yang sangat penting dan relevan. Sebagai landasan utama, berikut bebepa nilai-nilai dalam ajaran Walisongo :

Toleransi

Walisongo sebagai penyebar agama Islam di Nusantara, selalu menjadikan toleransi sebagai salah satu nilai utama dalam dakwah mereka. Mereka tidak hanya mengajarkan agama Islam, tetapi juga mengedepankan sikap menghormati dan memahami perbedaan budaya serta keyakinan masyarakat setempat.

Nilai-nilai toleransi yang diusung oleh Walisongo ini sangat relevan dan penting untuk dijadikan contoh bagi kita dalam menjadikan Walisongo sebagai teladan, karena dengan meneladani sikap atau ajaran Walisongo dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Baca...  Ketika Quraish Shihab Memaknai “Hijab”

Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab yang terkandung dalam sila kedua Pancasila menggarisbawahi pentingnya penghormatan terhadap martabat manusia serta memperlakukan setiap individu dengan keadilan dan rasa hormat.

Pendidikan Multikultural

Nilai-nilai pendidikan multicultural, yang dijunjung tinggi dalam ajaran Walisongo, berfungsi sebagai acuan dan pedoman penting dalam kehidupan masyarakat yang beraneka ragam budaya, dengan menanamkan nilai-nilai multikultural ini, Walisongo berupaya menciptakan generasi yang tidak hanya memahami dan menghargai keberagaman budaya, tetapi juga mampu hidup harmonis dalam masyarakat yang plural.

Kebudayaan

Kebudayaan dalam konteks ajaran Walisongo, nilai budaya yang mereka junjung tinggi mencakup konsep-konsep yang mengakar kuat dalam pikiran, dan keyakinan masyarakat luas mengenai hal-hal yang dianggap sangat mulia dan penting.

Nilai-nilai ini tidak hanya menjadi panduan moral, tetapi juga membentuk landasan utama dalam bertindak dan berinteraksi sosial.

Konsep nilai budaya ini mencerminkan prinsip-prinsip kebijaksanaan, toleransi, dan keharmonisan yang diajarkan oleh Walisongo, yang kemudian menjadi pilar penting dalam pembangunan model moderasi beragama.

Perilaku

Nilai-nilai ini mencakup berbagai indikator yang penting dalam pembangunan masyarakat yang harmonis, dan inklusif.

Oleh karena itu, dalam memahami dan menerapkan ajaran nilai-nilai Walisongo, kita dapat menghadapi berbagai tantangan kebhinekaan dan membangun masyarakat yang lebih damai dan bersatu.

Kesimpulan

Walisongo merupakan sembilan orang yang sudah mencapai tingkatan “Wali”, Sembilan tokoh tersebut antara lain : Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gresik.

Perlu diketahui nilai-nilai Penting yang terkandung dalam Ajaran Walisongo : toleransi, kemanusiaan, pendidikan multikultural, kebudayaan, perilaku. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus meneladani nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Walisongo tersebut.

Baca...  Menelusuri Jejak Budaya Patriarki dalam Tafsir Alqur'an dan Implikasinya Terhadap Kesetaraan Gender

Sumber Referensi

Sitika, Achmad Junaedi, dkk. (2023). “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sebagai Upaya Memperkuat Nilai-Nilai Keagamaan.” Vol 06, No. 07. Hal 8.

Muthmainnah, Siti, dan Bahaking Rama. (2024). “Perkembangan Pendidikan Islam Masa Awal di Jawa.” Vol. 2, No. 1. Hal 6-8.

Afandi, dan Abd Aziz. (2024). “Pribumisasi Islam : Peran Walisongo Dan Perkembangan Islam di Jawa.” Vol. 1, No. 2. Hal 2.

Yunita, Intan, dkk. (2024). “Peran Sejarah Walisongo dalam Pengembangan Model Moderasi Beragama.” UIN Walisongo Semarang, Indonesia. Vol. 2, No.5 . Hal. 2-5.

2 posts

About author
Mahasiswa IAIN Ponorogo Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Articles
Related posts
Keislaman

Riba Perspektif Alqur’an dan Dampaknya Bagi Kehidupan Ekonomi Umat Islam

3 Mins read
Riba perspektif Alqur’an dan dampaknya bagi kehidupan ekonomi umat Islam. Pada era modern ini praktik riba semakin marak, khususnya di Indonesia yang…
Keislaman

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Apakah Tindakan-tindakan Tuhan itu Wajib?

3 Mins read
  “Tinggalkan istilah-istilah, pahamilah dulu isi dan maknanya.” Al-Ghazali Sudah jelas bahwa dua aliran teologi Islam, Muktazilah dan Ahlus Sunnah, berbeda dalam…
Keislaman

Meminang dan Hukum Melihat Yang Akan di Pinang

3 Mins read
Sudah mafhum bahwa ta’rif pernikahan adalah akad yang menghalalkan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong-menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights