Hadis mengenai anjuran memelihara jenggot merupakan salah satu aspek dalam kajian Islam yang sering menjadi perbincangan, baik dari segi hukum, historis, maupun kontekstualisasinya dalam kehidupan modern. Dalam berbagai literatur hadis, terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kaum Muslimin untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis. Namun, pemahaman terhadap hadits ini mengalami beragam interpretasi dari ulama, baik klasik maupun kontemporer.
Beberapa hadis yang berkaitan dengan perintah memelihara jenggot antara lain: Pertama, Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim: Rasulullah SAW bersabda, “Berbedalah dengan orang-orang musyrik, peliharalah jenggot, dan cukurlah kumis.” (HR. Bukhari No. 5892, HR. Muslim No. 259). Kedua, Hadits Riwayat Ahmad dan Abu Dawud: “Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot, karena itu adalah fitrah.”
Para ulama berbeda pendapat mengenai apakah perintah ini bersifat wajib atau hanya sunnah. Mazhab Hanafi dan Hanbali cenderung memandangnya sebagai kewajiban, sementara Mazhab Syafi’i dan Maliki menganggapnya sebagai sunnah muakkadah (sunnah yang dianjurkan).
Konteks Historis dan Budaya
Dalam konteks sejarah, anjuran untuk memelihara jenggot pada masa Rasulullah SAW memiliki latar belakang tertentu. Salah satu alasan yang dikemukakan dalam kajian hadis adalah agar kaum Muslimin berbeda dengan kaum musyrik dan Ahli Kitab pada saat itu. Dalam tradisi Arab pra-Islam, jenggot sering dikaitkan dengan simbol kehormatan dan kedewasaan.
Seiring berjalannya waktu, praktik memelihara jenggot di berbagai budaya memiliki makna yang berbeda. Di beberapa negara Muslim, jenggot menjadi identitas keislaman, sedangkan di dunia modern, pilihan untuk memelihara atau mencukur jenggot lebih sering dikaitkan dengan preferensi pribadi atau norma sosial tertentu.
Relevansi Hadits dalam Konteks Kekinian
Sebuah studi terbaru dari University of Southern Queensland menemukan, bahwa lelaki yang memiliki kumis dan jenggot mendapat perlindungan sebesar 90-95 persen dari kerusakan kulit akibat paparan radiasi ultraviolet dari sinar matahari.
Selain itu, mereka juga berisiko rendah terkena kanker kulit. Karena sudah memiliki perlindungan alami tersebut, Dr Nick Lowe, dokter spesialis kulit terkemuka di London, Inggris, menyarankan, agar para lelaki yang berkumis dan berjenggot itu sedikit saja menggunakan krim tabir surya (sunblock).
Selain untuk menjaga kesehatan kulit, kumis dan jenggot ternyata juga memungkinkan untuk mencegah dari serangan asma. Carol Walker, ahli kesehatan rambut dan pemilik Birmingham Trichology Centre mengatakan, bahwa kumis dan jenggot dapat menahan debu dan serbuk sari yang menjadi pemicu asma.
Sehingga alergen (pemicu alergi) itu tidak dapat masuk ke hidung dan paru-paru.
Walaupun begitu , kita harus selalu rutin untuk memelihara jenggot Meski kumis dan jenggot memiliki beberapa manfaat kesehatan, Kita tetap harus merawatnya dengan baik untuk menghindari efek negatif dari rambut di wajah yang tak terawat.
Dr Ron Cutler, ahli mikrobiologi di Queen Mary, University of London, mengatakan, bukti ilmiah menunjukkan bahwa jenggot yang tak terawat dapat menyebarkan infeksi. Itulah mengapa pentingnya mencuci kumis dan jenggot secara teratur dan memastikan area di dagu tidak mengalami keluhan akibat rambut yang tumbuh ke dalam.
Hal utama yang juga harus diperhatikan, kata Dr Martin Wade, konsultan dermatologis di London, adalah berhati-hati saat mencukur kumis dan jenggot. Sebab mencukur dengan cara yang tidak tepat juga menjadi penyebab utama terjadinya infeksi bakteri. “Hal ini dapat menyebabkan ruam cukur, rambut tumbuh ke dalam dan kondisi seperti folikulitis (infeksi folikel rambut yang menyebabkan bintik-bintik),” imbuhnya.
Jenggot merupakan suatu identitas bagi pria. Selain memberikan kesan macho, jenggot ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Jenggot adalah rambut yang tumbuh pada dagu, di bawah 2 tulang rahang bawah, pipi, dan sisi-sisi pipi. Menurut penelitian para ahli, selain menambah ketampanan banyak sekali manfaat jenggot bagi kesehatan pria. Dari mencegah penyakit ringan seperti alergi, sampai dengan penyakit mematikan seperti kanker.
Melindungi Kulit dari Paparan Sinar UV. Menurut penelitian para ahli di Universitas Southern Quensland menyatakan bahwa seorang pria yang memiliki atau memelihara jenggotnya, resiko terpapar sinar UV lebih rendah. Oleh karena jenggot tersebut, cahaya UV sulit menembus kulit wajah. Kita akan selangkah lebih aman dari ancaman terkena kanker kulit.
Memperlambat Keriput Pada Kulit Wajah. Hal tersebut tidak mengherankan karena jenggot mampu melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Kulit yang sering terpapar sinar matahari akan cepat kusam dan kemudian keriput. Lain halnya jika kita memiliki jenggot. Wajah keriput dan garis halus penuaan akan teratasi.
1. Terlihat Lebih Jantan. Jenggot yang rapi dan terawat menjadi nilai lebih bagi pria. Dengan jenggot tersebut ia akan terlihat lebih jantan, macho dan maskulin. Tak jarang banyak wanita yang mendambakan seorang berjenggot untuk mendampingi hidupnya.
2. Mencegah Berbagai Macam Penyakit seperti Asma, baik jenggot maupun Kumis dapat mencegah hal yang dapat memicu terjadinya asma. Sebelum masuk ke dalam hidung, udara yang mengandung polusi akan disaring terlebih dahulu oleh jenggot maupun kumis. Keduanya merupakan saringan alami yang dapat mencegah terjadinya flu ataupun asma.
3. Mencegah Jerawat, jenggotmu juga dapat berfungsi sebagai pencegah jerawat. Jerawat dapat terbentuk ketika pori-pori wajah tersumbat, dan hal ini dapat menyebabkan terbentuknya komedo. Jika dalam keadaan berjerawat, jangan sekali-kali mencukur jenggot kita.
Hal ini dikarenakan mencukur dapat memperparah keadaan kulit yang sedang meradang karena berjerawat., mencegah kulit kering, berada diruangan ber AC atau di sekitar daerah pegunungan seringkali membuat kulit kita kering. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan bagi pria yang memiliki jenggot. Pasalnya, kulit disekitar jenggot akan terus terjaga kelembabannya karena terlindungi oleh rambut jenggot tersebut.
4. Mencegah Kanker, seperti dilansir dalam Healtmeup pada September 2014, matahari memiliki kandungan ultraviolet yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya kanker pada kulit. Jika kita membiarkan jenggot kita tumbuh, maka resiko terkena kanker kulit akan berkurang. karena jenggot akan melindungi sebagian wajah kita.
5. Mencegah Demam, manfaat jenggot lainnya yaitu mampu melindungi diri dari demam. Manfaat jenggot untuk kesehatan dapat mengatur temperatur tubuh agar tetap stabil sehingga metabolisme tubuh berjalan lancar.
Kita pula harus menyempatkan diri memotong jenggot setiap 2 atau 3 hari sekali. Selain terlihat bersih dan rapi, hal ini harus kita lakukan untuk mencegah jenggot tumbuh melewati mulut. Karena makanan yang menempel pada jenggot atau kumis akan berpotensi terkena bakteri yang dapat menimbulkan penyakit.
Memahami Legitimasi Hadis Merawat Jenggot
Hadits mengenai memelihara jenggot ini telah diasumsi cukup lama oleh para kelompok-kelompok Islam, bukan hanya yang di Timur Tengah di Asia bahkan Indonesa sebagian kelompok ada yang sangat mengaplikasikan terhadap hadits tersebut. Misalnya NU, Muhammadiyah, PERSIS, al-Irsyad, dan sebagainya. Kita bisa melihat untuk saat ini hampir tidak bisa membedakan antara orang Muslim yang berjenggot dengan yang lainnya.
Beda halnya pada masa Nabi yang nampak perbedaannya dari jenggot dan kumis.
Asumsi salah yang mengatakan bahwa jenggot itu hanya milik kelompok tertentu saja, kita sebut saja Jama’ah Tabligh yang selalu mendeklarasikan memelihara jenggot.
Padahal asumsi mereka salah sebab, hadits mengenai memelihara jenggot ini bersifat universal tidak memkitang kelompok tertentu. Oleh karena itu, untuk saat ini jangan terlalu diperselihkan siapa yang benar-benar tellah melaksanakan hadits tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pada era Rasulullah apapun yang dilakukan oleh Nabi, apapun yang dipakai oleh Nabi selalu para sahabat akan menirukannya. Seperti memelihara jenggot ini dengan alasan.
Pertama, secara lahiriyah: meneladani Rasulullah pada sesuatu yang kasat mata seperti memelihara jenggot, sahabat pun menirukan Rasul dengan sukarela dan bangga melakukan hal tersebut. Kedua, secara bathiniyah: meneladani Rasulullah dalam aspek etika, karakter, dan kepribadian.
Pada era globalisasi ini, banyak bermunculan pertentangan-pertentang antara Islam di Timur dengan pihak kafir di Barat. Hal ini dimulai sejak peristiwa 11 September 2001. Sedangkan pada saat ini, berbagai gejolak yang terjadi di Dunia ini seperti Palestina dan Iraq, mungkin mengenai memelihara jenggot ini bisa dijadikan identitas muslim.
Walaupun hanya berupa identitas fisik, tetapi mungkin hal ini secara signifikansi dapat dijadikan sebagai resistensi (perlawanan) akan budaya dan hegemoni asing di daerah mereka.
Dari sekitar 88 hadits mengenai memelihara jenggot, mayoritas menggunakan kata perintah (amr). Akan tetapi tidak menjadi patokan untuk selalu bahkan wajib dilakukan.
Setelah mengatakan bahwa memelihara jenggot sangat signifikan untuk identitas khusus dibenturkan dengan realitas sekarang ini yang notabene mungkin sudah tidak terlalu peduli dengan hal tersebut.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits memelihara jenggot tidak selalu dapat dijadikan identitas Muslim. Ada beberapa faktor yang menjadi ikhtisar hadits memelihara jenggot tidak diaplikasikan yang dapat memberikan implikasi bagus terhadap muslim.
1. Permasalahan ini masih khilafiyyah, lemahnya dalil dari pihak yang mewajibkannya.
2. Memelihara jenggot tidak ada signifikansi dan pengaruhnya dalam realitas problematika saat ini.
3. Kenyataan yang terjadi saat ini, banyak nonmuslim yang memelihara dan memanjangkan jenggot yang dicap sebagai identitas muslim di era Nabi. Kita dapat melihatnya seperti Fidel Castro, Perdana Menteri Cuba (Komunis), Calvin, Karl Mark, dan lain sebagainya.
Apabila muslim menginginkan identitasnya kembali, maka yang dilakukan bukan lagi melaksanakan memelihara jenggot karena hal tersebut merupakan fanatisme atau intoleransi (menganggap jenggot itu identitas muslim).
Umat muslim seharusnya hanya menerapkan perilaku dan nilai-nilai keislaman mereka secara kaffah tidak egois juga dan juga tidak menyimpang dari ajaran Islam. Maka dari penjelasan tersebut, memelihara jenggot itu termasuk sesuatu yang sunnah ghairu tasyri’iyyah (bukan sesuatu yang tasyri).
Mahmud Syaltout mengkategorikan sunnah kepada dua macam, yaitu Sunnah Tasyriyyah dan sunnah ghairu tasyri’iyyah. Sunna tasyri’iyyah meliputi:
1. Sunnah yang bersumber dari Rasulullah dalam rangka tabligh dan beliau sendiri menempati posisi sebagai pembawa tasyri (rasul). Seperti ketika menerangkan kandungan al-Qur’an yang masih global maknanya, men-takhshish makna yang umum, memberikan penjelsan perihal ibadah, halal haram, akidah dan akhlaq, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua hal tersebut. Sunnah semacam in merupakan hal yang sifatnya universal dan juga akan terus berlaku hingga hari kiamat.
2. Sunnah yang bersumber dari Raslullah ketika Rasulullah berperan sebagai imam atau pimpinan tertinggi bagi kaum muslim, seperti Rasul mengutus tentara perang, membagikan harta dalam baitul mal untuk kebutuhan tertentu, mengangkat wali dan qadhi, dan lain sebagainya. Yang sangat berhubungan erat dengan kemaslahatan umum. Sunnah dalam bagian ini tidak bersifat umum, semua pekerjaan tersebut tidak boleh dilakukan kecuali dengan izin imam dan seseorang tidak boleh melakukan hal itu dengan dalil bahwa Rasulullah melakukannya. Jadi yang dapat memberikan signifikansi dan pengaruh besar terhadap realita problematika yang sudah terjadi saat ini.
3. Sunnah yang bersumber dari Rasulullah ketika posisi Nabi sebagai Rasul(penyampai risalah) ataupun sebagai qadhi dalam menyelesaikan problematika realitas. Sunnah bagian bersifat khusus, seseorang hanya boleh melakukannya jika dia menjadi qadhi.
Jadi sunnah tasyri’iyyah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah dan Nabi.
Dalam hal ini juga kita tidak boleh melupakan posisi Nabi ketika menyampaikan sesuatu karena hal ini dapat dijadikan dalil. Apakah ini tasyri atau ghairu tasyri’.
Adapun sunna ghairu tasyri’iyyah meliputi:
1. Sunnah yang merupakan pemenuhan kebutuhan sebagai manusia biasa, seperti makan, minum, tidur, berkunjung, tawar-menawar dalam jual beli dan lain sebagainya.
2. Perbuatan Rasul yang sifatnya percobaan dan kebiasaan (adat) secara pribadi atau kolektif, seperti ketika menyarankan sesuatu dalam bidang pertanian, kedokteran, dan lain sebagainya.
3. Perbuatan Rasulullah dalam mengambil langkah strategis dalam sebuah kejadian, seperti mengatur strategi perang, menempatkan prajurutnya, dan lain sebagainya.
Dari kategori sunnah di atas menunjukkan bahwa hadits mengenai memelihara jenggot/memanjangkannya merupakan suatu hal yang sunnah ghairu tasyri’iyyah karena merupakan gambaran perilaku Raslullah sebagai manusia biasa bukan posisi sebagai Rasul. Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti yang konkrit bahwa tidak ada lagi signifikansi yang dapat diberikan oleh pengamalan kita terhadap memelihara jenggot.
Namun saya pribadi sebagai penulis, tidak dengan serta merta menafikan adanya hadits tersebut. Penulis hanya menyimpulkan atas apa yang sedang terjadi sekarang. Mungkin untuk lebih tidak dianggap fanatik atau mengubahnya. Maka penulis berpendapat bahwa pengaplikasian tentang hadits tersebut hanya berlaku bagi laki-laki yang memiliki kelebihan rambut di bagian dagunya, dikarenakan juga masyarakat Asia terutama Indonesia hanya segelintir orang yang memiliki jenggot yang tebal/tumbuh cepat.