Penulis: Fathan Faris Saputro
KULIAHALISLAM.COM – Di penghujung tahun, ketika matahari merunduk perlahan dan seakan-akan membawa kita untuk merenung, saatnya tiba untuk merenung pada perjalanan panjang yang telah kita tempuh. Sebagai makhluk Allah SWT, kita telah dianugerahi nikmat-Nya yang tak terhitung jumlahnya. Nikmat itu akan terus membesar dan membesar, tidak hanya secara kuantitas, melainkan juga kualitas, manakala kita selalu mensyukurinya dengan jiwa dan tindakan nyata yang impactful.
Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 dengan tegas menyampaikan pesan yang begitu dalam dan penuh makna mengenai syukur. Allah SWT berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya, “Ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Dalam ayat ini, kita diajak untuk merenung betapa besar dan luar biasanya nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Nikmat tersebut tidak hanya sebatas materi, tetapi juga melibatkan aspek-aspek spiritual dan emosional. Menjadi kewajiban kita sebagai hamba-Nya untuk meresapi nikmat ini dengan hati yang bersyukur.
Muhasabah akhir tahun menjadi momen tepat untuk merefleksikan bagaimana kita bersyukur atas nikmat tersebut. Terkadang, kehidupan sehari-hari dapat membuat kita terlalu terpaku pada rutinitas dan tuntutan dunia yang sibuk, sehingga kita melupakan nikmat yang telah Allah berikan. Muhasabah bukan hanya sebatas penghitungan dosa dan pahala, tetapi juga refleksi mendalam tentang seberapa besar kita mensyukuri nikmat Allah.
Nikmat Allah yang disyukuri dengan jiwa dan tindakan nyata yang impactful akan mengakumulasi kebaikan. Sungguh luar biasa bagaimana sikap syukur kita dapat menjadi kunci pembuka untuk menerima nikmat lebih besar dari-Nya. Ini adalah siklus yang tak terputus, dimana semakin kita bersyukur, semakin besar nikmat yang Allah curahkan kepada kita.
Apabila kita melihat sekeliling, banyak hal kecil yang seharusnya kita syukuri. Udara yang kita hirup, langit yang kita pandang, makanan yang kita nikmati, dan setiap detik kehidupan adalah nikmat yang tak ternilai. Muhasabah akhir tahun mengajarkan kita untuk melihat ke belakang dan mengenali setiap rahmat yang telah Allah limpahkan kepada kita.
Namun, muhasabah tidak hanya tentang nikmat yang telah kita terima, melainkan juga tentang sejauh mana kita memanfaatkannya dengan baik. Sejauh mana kita menjadikan nikmat tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan bermanfaat bagi sesama. Muhasabah akhir tahun adalah panggilan untuk memeriksa diri sendiri, apakah kita telah bersyukur dengan benar dan sejauh mana kita telah memanfaatkan nikmat-Nya dengan baik.
Refleksi ini juga mengajarkan kita untuk tidak hanya mensyukuri kebahagiaan dan keberhasilan, tetapi juga kesedihan dan kegagalan. Setiap ujian adalah bagian dari rencana Allah yang maha bijaksana. Sebagai hamba-Nya, kita perlu menerima semua yang terjadi dengan lapang dada, karena di balik setiap kesulitan pasti ada hikmah dan pelajaran berharga.
Muhasabah akhir tahun mengajarkan kita untuk merenung pada pencapaian dan kegagalan, serta untuk berjanji kepada diri sendiri untuk terus berusaha menjadi lebih baik di masa depan. Itulah esensi dari perjalanan diri yang sejati, sebuah perjalanan menuju kesempurnaan yang tidak pernah berakhir selama kita masih bernafas.
Perjalanan diri yang penuh muhasabah ini seharusnya juga mengajarkan kita untuk saling memaafkan. Akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk membersihkan hati dan memaafkan diri sendiri serta orang lain. Kesalahan dan ketidaksempurnaan adalah bagian dari kodrat manusia, namun kesediaan untuk memaafkan dan melangkah maju adalah tanda kebesaran hati.
Sebagai bagian dari muhasabah akhir tahun, mari kita telaah hubungan kita dengan sesama. Bagaimana kita berinteraksi dengan keluarga, teman, dan masyarakat sekitar? Adakah kontribusi positif yang telah kita berikan? Ataukah ada konflik yang perlu diselesaikan? Muhasabah ini memberikan kesempatan untuk memperbaiki hubungan yang retak, memperbaiki kesalahan, dan mempererat ikatan sosial.
Perjalanan diri yang terarah pada muhasabah akhir tahun juga melibatkan aspek spiritualitas. Bagaimana kita menjalankan kewajiban agama dan spiritualitas kita sepanjang tahun ini? Apakah kita telah menjaga kualitas ibadah dan meningkatkan hubungan kita dengan Allah SWT? Muhasabah ini mengingatkan kita untuk mengevaluasi kualitas ibadah kita dan merenungkan cara untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Mengingat pesan ayat suci yang menyatakan bahwa syukur akan menambah nikmat, mari kita implementasikan sikap syukur ini dalam tindakan nyata yang bermanfaat. Mungkin kita dapat memulai dengan berkontribusi lebih aktif dalam kegiatan amal, menyantuni sesama yang membutuhkan, atau berpartisipasi dalam projek-projek kebaikan di masyarakat. Nikmat Allah akan semakin bertambah saat kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Tidak kalah penting dalam muhasabah akhir tahun adalah peningkatan diri. Setiap tahun, kita diberi kesempatan untuk berkembang, belajar dari pengalaman, dan menjadi versi terbaik dari diri kita. Perencanaan untuk pertumbuhan pribadi, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun karakter, dapat menjadi bagian integral dari muhasabah kita.
Jangan lupa untuk merenungkan tujuan hidup dan nilai-nilai yang kita pegang teguh. Apakah kita masih berada di jalur yang benar sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut? Muhasabah ini memicu pertanyaan-pertanyaan kritis ini dan mendorong kita untuk melakukan penyesuaian jika diperlukan, agar perjalanan hidup kita tetap sesuai dengan tujuan akhir yang kita inginkan.
Dengan demikian, muhasabah akhir tahun adalah panggilan untuk mengingat dan mensyukuri nikmat Allah, memperbaiki hubungan sosial, meningkatkan aspek spiritualitas, berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, dan terus berkembang sebagai individu. Perjalanan diri ini bukanlah tujuan akhir, melainkan langkah awal untuk menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT. Semoga setiap langkah kita selalu dipenuhi dengan makna, kebijaksanaan, dan rahmat-Nya. Wallahu a’lam bishawab.