Esai

Momentum Krusial Dalam Pilkada

3 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan kepemimpinan Daerah (Pilkada) serentak di Indonesia tahun 2024, kontestasi Pilkada seolah-olah hajatan peperangan antar harga diri menggunakan segala macam cara dan taktik, aktivitas hidup mati tanpa peduli nilai etika dan norma agama sosial, pun diperjuangkan dengan mati-matian yang memerlukan waktu, tenaga, atmosfer dan strategi yang sangat sangat luar biasa besar untuk menarik, mengerahkan,merayu, dan merangkul setiap warganegara yang sudah menetapkan pilihan, yang belum/ragu-ragu menentukan pilihan.

Pilkada terkadang dipersepsikan sebagai ajang momentum untuk menampilkan kegagahan, kemewahan, kekayaan, kedigdayaan serta mengerahkan massa konstituen agar di bandingkan antar Paslon yang lain, yang menjadi lawannya dalam kontentasi.

Pilkada adalah momentum untuk memilih, memilah dan menilai kualitas, kapasitas, kapabilitas dan kredibilitas kedua antar pasangan calon kepemimpinan daerah, pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota di setiap wilayah di Indonesia. Dalam momen kontestasi itu, akan muncul atmosfer, gesekkan, singgungan karena perbedaan visi-misi, program, Ideologi dan gagasan antar Paslon, ada yang mengusung slogan keberlanjutan dan kemajuan pun ada yang mengusung jargon perubahan dan perbaikan. Friksi singgungan dan gesekan tersebut akhirnya merembes ke bawah warga masyarakat sebagai pendukung fanatik loyalitas, dalam mendukung gagasan atau jargon dari antar paslon atau tokoh-tokoh Nya masing-masing. Namun, dalam kondisi friksi itu akan berefek pada persepsi dan sikap tindakan warga pemilih untuk merespon setiap gejolak, pro-kontra, tanggapan atau komentar dari warga sebagai pemilih momen tersebut.

Maka, muncul persepsi atau pendapat yang saling mengolok-olok, mengejek-ejek, mencaci-maki, menindas rendahkan dan menjatuhkan martabat antar calon, pun antar tim sukses relawan dan simpatisan yang ikutan partisipasi momentum pilkada tersebut. Bahkan, muncul sikap saling menebar fitnah, ancaman, ketakutan, intimidasi, pembunuhan karakter, kekerasan fisik verbal atau kekerasan psikologis, secara kolektif hanya sekedar untuk menutupi kebodohan kelompok sendiri, lalu menyerang atau menyalahi kelompok lainnya. Lebih-lebih, sampai muncul kasus mengerikan merugikan kondisi jiwaraga antar warga seperti pembunuhan sadisme, dan aksi brutalitas pengeroyokan. Terkadang, kontentasi demokrasi Pemilukada setiap daerah tidaklah sebanding dengan harga mahal nyawa setiap umat manusia. Yang menyebabkan jatuhnya korban kematian atas aksi-aksi brutalitas orang-orang yang tidak dikenal bertanggung jawab, orang-orang yang menyalahgunakan momen untuk aksi kejahatan yang tidak inginkan. Kontentasi demokrasi elektoral tidaklah sebanding dengan aksi rendahan yang melukai harkat martabat setiap warganegara.

Baca...  Fenomena Cek Khodam

Momen Pilkada

Pemilukada atau disebut sebagai pemilihan umum kepemimpinan Daerah adalah rangkaian proses yang diselenggarakan melalui aturan undang-undang secara sistem demokratis kontitusional. Dalam pemilihan kepemimpinan Daerah tersebut, melewati tahapan tahapan yang sangat panjang, dinamika, dan gejolak krusial yang dihadapi setiap momentumnya. Karena, momen kejadian, persepsi, lontaran, aksi-aksi dan langkah yang dilakukan oleh antar Paslon, tim pemenangan atau simpatisan dukungan akan selalu dikapitalisasi oleh pihak lawannya, pun dinilai atau di lihat oleh massa konstituen sebagai warga dalam pemilihan.

Mula-mula dalam setiap tahapan tersebut, warga akan terbelah atau terpolarisasi dalam menentukan pilihan, posisi atau peran merayakan momen pilkada, ada pemilih yang sudah loyalitas, militansi, rasional dan berpendidikan, ada pemilih yang memilih berdasar emosianal kedekatan agama, budaya, primordial dan lainnya. Warga akan senantiasa melihat, mengoreksi dan menilai setiap tahapan momen dan rangkaian kontestasi, dari deklarasi antar Paslon, visi-misi program kerja atau jargon slogan serta keberpihakan Paslon dalam menyelesaikan setiap problematika yang terjadi ditengah warga masyarakat. Juga, aksi-aksi Blusukan tatap muka, berkunjung di setiap lorong-lorong kampung, desa atau wilayah daerah, atau respon pandangan nya dan menjawab setiap persoalan yang terjadi suatu waktu, tidak menentu, diluar dugaan.Pun, tahapan debat publik antar Paslon serta kampanye Akbar sebagai momen untuk meyakinkan, mengajak, merangkul dan menetapkan pilihan pandangan bagi warga yang sudah, ragu-ragu dan belum punya pilihan akan menentukan setiap waktu hingga sampai hari penentu pencoblosan. Dari tahapan momen itu, selalu akan dinilai dikapitalisasi oleh antar Paslon, atau konstituen dukungan setiap Paslon. Bisa digunakan sebagai cara mengolok-olok mengejek-ejek, menjatuhkan, merendahkan, mendegradasi, mengintimidasi bahkan memanipulasi hanya untuk menguntungkan pihaknya, dan merugikan pihak lawannya. Warga masyarakat akan selalu menilai, kualitas isi kepala antar Paslon hingga hubungan keluarganya, kekuatan soliditas antar tim pemenangan hingga sampai merangkul relawan simpatisan dukungan, kapasitas modalitas kapital hingga kapasitas intelektual, kredibilitas dalam berbicara atau retorika, menyampaikan gagasan dan berpidato hingga berinteraksi sosial dengan warga masyarakat. Dengan kata lain, dalam setiap rangkaian pilkada adalah momentum yang sangat krusial bagi setiap Paslon atau konstituen, karena segala uraian pandangan, pendapat, respon, gerakan langkah, atau simbol-simbol yang menempel di badan, interaksi dengan warga atau lontaran gagasan akan disalahgunakan, diedit, disebar oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk menjatuhkan, meremehkan, menindas rendahkan, dan mendiskriminasi antar paslon.

Baca...  Doa Orang Safar Puncak Arus Balik

Dengan demikian, Pemilukada pada hakikatnya adalah suatu mekanisme secara legalitas dalam memilih kepemimpinan daerah secara demokratis yang kontitusional diatur secara sah melalui undang-undang Pemilukada, diselenggarakan secara lurus, bebas, rahasia, jujur, dan adil. serta periodik. Juga, dipersepsi sebagai mekanisme dalam mengevaluasi, dan memperbaiki kinerja kemimpinan Daerah, yang menentukan kondisi keadilan, atau kemajuan daerah, kesejahteraan warga masyarakat di wilayah daerah masa yang mendatang nanti.

24 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Analisis Sejarah Metodologi Tafsir: Evolusi Interpretasi Al-Qur'an di Setiap Zaman

4 Mins read
Tafsir adalah ilmu yang membahas cara memahami dan menjelaskan makna ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagai petunjuk hidup umat Islam, Al-Qur’an membutuhkan pemahaman yang mendalam…
Esai

Konsep Dasar Tafsir Sosial Kemasyarakatan Trend Poligami

3 Mins read
Konsep pernikahan yang secara umum dipahami sebagai penyatuan ikatan antara laki-laki dengan perempuan sebagai pasangan suami istri telah mengalami perkembangan dalam jumlah…
Esai

Tiga Patung Yesus di Tengah Lingkungan Muslim: Harmoni Tersembunyi di Desa Cumedak

3 Mins read
Tiga patung Yesus yang menghiasi Gereja Kristen Jawi Wetan di desa Cumedak, menjadi pemandangan langka yang menjadi ciri khas di wilayah tersebut,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights