Kuliahalislam.com- Kasyf merupakan suatu tingkatan tertinggi dalam tasawuf. Bagi orang yang mengalaminya akan terbuka hijab ( dinding atau tabir) yang mengantarai rahasia hati nurani dan rahasia Ilahi akibat dari rasa dekatnya manusia kepada Tuhan yang didahului oleh sucinya hati nurani manusia.
Menurut bahasa, Kasyf artinya terbuka atau tidak tertutup. Menurut istilah, Kasyf adalah kehidupan emosi keagamaan. Kasyf merupakan istilah paling luas bagi terbukanya hijab (tabir) rahasia mistik.
Tingkatan kemanusiaan ini secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan. Pertama, Muhadarah. Pada tingkatan ini akal manusia dikendalikan oleh bukti objektif kebendaan (burhan). Oleh karena itu, tingkatan ini dapat mencapai ‘Ilm al-Yaqin yang ruang lingkup pemikiran rasional. Kedua, Mukasyafah yaitu pada tingkatan ini manusia mampu menerima pengetahuan berdasarkan eksplanasi ( pencarian penjelasan, bayan). Orang yang mencapai tahap ini akan dapat mencapai ‘ain al-yaqin yakni pandangan kebenaran objektif yang mengacu pada kebenaran yang mungkin.
Ketiga, Musyahadah yaitu tingkatan berupa pengalaman pribadi manusia (Makrifat) yang langsung bisa menyaksikan sesuatu hal. Pengalaman pribadi ini merujuk pada pengalaman mistik berkat kedekatannya kepada Tuhan, sehingga dapat terbuka baginya pengetahuan Haqq al-Yaqin. Yang terakhir ini adalah bayangan langsung Tuhan dan acap kali disebut juga dengan al-Mu’ayanah.
Untuk memperjelas istilah yang dikembangkan di atas dapat dilacak pengalaman-pengalaman mistik seorang sufi terkenal yaitu Zunnun al Misri yang dikutip oleh asy-Sya’rani ( seorang Sufi) dalam ungkapannya menyebutkan bahwa : ” Siapa yang mengingat Tuhan secara hakiki, niscaya dia akan lupa segala hal lain di sisi-Nya, karena semua makhluk mengingat-Nya sebagaimana yang disaksikan oleh orang-orang yang mengalami Kasyf.
Aku mengalami keadaan ini dari salat malam sampai sepertiga malam terakhir, dan aku mendengar suara makhluk-makhluk lain dalam memuji Tuhan sehingga aku merasa takut akan pikiranku sendiri. Aku mendengar ikan-ikan berkata ‘ segala puji bagi Allah, raja yang maha suci’.”
Sari as-Saqati, seorang sufi dalam kitab Kasyf al-Mahjub (Pembuka Tirai) mengatakan : ” Wahai Allah, berilah siksaan kepadaku namun jangan kau campakkan aku dengan hina dina tertutupnya hijab rahasia-Mu. Sebaliknya jika hijab itu menutupi rahasia-Mu, niscaya rahmat-Mu akan terputus untuku. Tidak ada siksaan neraka yang lebih keras dan lebih menyakitkan dari tertutupnya hijab rahasia yang Engkau berikan. Apabila Engkau ya Allah, membuka hijab rahasia-Mu di neraka bagi para penghuni neraka, niscaya orang-orang mukmin yang berdosa tidak akan berpikir tentang surga, sebab sorot mata-Mu pasti akan dipenuhi dengan kebahagiaan yang tidak akan mereka temui lagi dalam siksa penderitaan jasmani. Sebaliknya, di surga tidak akan ada kenikmatan dan kebahagiaan yang lebih sempurna dari terbukanya hijab rahasia-Mu. Apabila manusia merasakan kesenangan dan kebahagiaan di luar itu 100 kali lipat namun hijab rahasia-Mu tertutup, maka sesungguhnya hati mereka ini sama sekali terputus.
Oleh karena itu, Kasyf merupakan jalan Tuhan untuk membawa hati nurani manusia yang cinta kepada-Nya senantiasa berada di sisi-Nya, sehingga Kebahagiaan akan nampak kepada mereka setiap memikul kesengsaraan dengan ungkapan mereka : ” Kami menganggap semua azab itu lebih penting daripada tertutupnya hijab rahasia Engkau. Pada saat rahasia keindahan-Mu, Engkau tunjukkan ke hati kami, maka kami tidak mampu berpikir tentang berzikir, mengingat diri dalam fana”.
Untuk mencapai Kebahagiaan sejati dalam Kasyf, terlebih dahulu komponen-komponen rohani manusia harus mampu menyimpan hal ihwal yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan sejati itu. Jika keseluruhan komponen itu telah mampu menyimpan Islam, iman, makarifat dan tauhid maka manusia baru akan sampai pada tingkatan Kasyf sehingga terbuka hijab yang menyelubungi rahasia hati nurani dan rahasia ilahi.
Komponen-komponen rohani yang dimaksud adalah Sadr atau dada yakni Islam (Q.S 39;22), qalb atau hati yang merupakan tempat bersemayamnya iman (Q.S 49;7, Q.S 16;106), fu’ad atau hati yakni makrifat (Q.S 53; 11) dan lubb (jamaknya ; albab) atau lubuk hati yang paling dalam, merupakan tempat bersemayamnya tauhid (Q.S 3;190).
Para sufi seringkali menambah unsur Sirr yakni getaran jiwa yang paling dalam tempat petunjuk Ilahi itu dialami. Apabila seluruh unsur rohani yang tersebut bekerja dan mampu menampung ihwal ihwal di atas, maka akan tercapailah Kasyf yang diharapkan.
Imam Ja’far as Shadiq mengatakan bahwa ‘aql ( pemikiran rasional) merupakan rintangan antara nafsu dan Kalbu. Kedua komponen ini merupakan batas yang tidak bisa dilampaui (Q.S 55;20) agar gelapnya insting-insting yang lebih rendah tidak mengancam kesucian hati manusia. Masing-masing pusat roh tadi mempunyai fungsi sendiri-sendiri yang mesti saling melengkapi menuju kesucian jiwa dan kesucian rohani untuk sampai terbukanya hijab rahasia yang menyelubungi rahasia hati nurani manusia dan rahasia ilahi.
Amr Makki ( seorang sufi), dikutip oleh asy-sya’rani dalam bukunya Lawaqih al-Anwar menyimpulkan beberapa ide sufi terdahulu dengan kisah-kisah yang akrab tersaji dalam kehidupan manusia. Kisah-kisah itu di antaranya terungkap dalam pernyataan berikut ini ; ” Tuhan menciptakan hati manusia itu selama 7.000 tahun sebelum diciptakannya tubuh dan menempatkannya di tempat yang dekat dengan dia itu Tuhan. Kemudian Tuhan menciptakan roh selama 7.000 tahun sebelum Tuhan menciptakan hati dan memeliharanya di surga hingga terjadi persahabatan yang intim dengan diri-Nya. Hati nurani merupakan bagian lahan yang paling dalam. Bagian ini diciptakan Tuhan tujuh ribu tahun sebelum Tuhan menciptakan roh dan memeliharanya di tingkatan jalinan hubungan atau pertemuan (wasl) dengan-Nya. Kemudian Tuhan memenjarakan hati nurani dalam roh, roh di dalam hati, dan hati dalam tubuh jasmani manusia. Tuhan kemudian mengujinya dan mengirim nabi-nabi dan kemudian masing-masing mencari tempat berdiamnya sendiri-sendiri. Tubuh jasmani ini menempatkan dirinya dengan ibadah salat, hati menggapai cinta, roh sampai dekat dengan Tuhannya Dan bagian rohani yang paling dalam itu telah berhenti dalam pertemuan dengan-Nya.
Ada Sufi menguraikan secara terperinci ajaran-ajaran secara komprehensif ke dalam sistem saling hubungan tiap-tiap pengalaman rohaniah, yang selanjutnya dikaitkan dengan komponen-komponen rohaniah yang mampu menjadi tempat penerima yang masing-masing. Dalam cara yang seperti ini, jenis-jenis pembukaan rahasia yang menyelubungi kesucian hati manusia itu dibeda-bedakan menurut tingkat kesadaran manusia.
Pembagian itu meliputi pertanyaan, apakah mereka itu mengacu pada pengetahuan intelektual atau pengetahuan intuitif terhadap hal-hal yang bersifat ilahiyah.
Ada sufi yang menyandarkan pemisahan itu kepada terminologi tradisional yang mengelompokkan Kasyf ke dalam ikatan. Pertama, al-Kasyf al-Kauni yaitu terbukanya rahasia atau unsur-unsur yang diciptakan. Tingkatan ini merupakan akibat perbuatan-perbuatan saleh dan kesucian roh yang lebih rendah. Pengalaman ini menjelma ke dalam mimpi-mimpi dan kewaskitaan (kewaspadaan).
Kedua, Al-Kasyf al-Ilahi yaitu terbukanya rahasia ketuhanan yang merupakan buah dari ibadah manusia yang terus-menerus dan pembersihan hati sampai benar-benar bersih suci dan cemerlang. Hal ini merupakan hasil dari perilaku perjalanan roh dalam dzikir yang mendalam, sehingga dia dapat melihat rahasia hal-hal yang tersembunyi dan bahkan mampu memahami pemikiran-pemikiran yang tersembunyi.
Ketiga, Al-Kasyf al-‘aqli yaitu terbukanya rahasia oleh akal pikiran yang merupakan pengetahuan intuitif (iiham) paling rendah. Hal ini akan dapat dicapai dengan membersihkan perilaku yang tercela yang dialami ahli batin dan dapat dialami juga oleh para ahli filsafat yang pada umumnya ahli olah batin.
Keempat, Al-Kasyf al-Imani yaitu terbukanya rahasia melalui kepercayaan. Tingkatan ini merupakan buah dari iman yang sempurna Setelah manusia berusaha mendekati kesempurnaan-kesempurnaan kenabian. Masing-masing tingkatan di atas mempunyai kekhususan tertentu, lalu mengalami perkembangan pada masa selanjutnya.
Kasyf berbeda dengan ilmu laduni. Ilmulah dunia adalah ilmu yang didapatkan oleh hamba Allah atas petunjuk langsung dari Allah. Sedangkan Kasyf adalah terbukanya hijab yang membatasi rahasia realitas supranatural non rasional yakni terbukanya hijab rahasia hati nurani dan rahasia ilahi. Kasyf ini merupakan masalah cita rasa (zauq). Karenanya pengalaman ini merupakan persoalan yang tidak pernah bisa dicapai oleh pendekatan ilmiah atau oleh pemikiran teologis yang rasional. Kasyf hanya bisa dicapai dengan daya upaya yang sungguh-sungguh melentihkan dalam komunikasi yang terus-menerus dengan rahasia alam nurani dan alam Ilahi.