Keislaman

Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Keutamaan Sifat Al-Sakha (Kedermawanan)

4 Mins read

Gus Ulil ngaji ihya’ ulumuddin: keutamaan sifat al-sakha (kedermawanan). Kita tahu harta dan kekayaan mengandung banyak godaan dan jebakan. Akan tetapi, harta juga mengandung potensi kebaikan jika digunakan dengan baik dan benar. Salah satunya adalah dengan sifat kedermawanan (al-sakha).

Lalu bagaimana jika tidak mempunyai harta? Kata Gus Ulil, jika tidak mempunyai harta maka kita diharuskan bersikap dan bersifat qana’ah. Namun, sebaliknya, jika kita memiliki harta, maka kita harus bersifap dermawan dan mendahulukan orang lain ketimbang diri sendiri.

Tidak hanya bersikap dan bersifat dermawan, lanjut Gus Ulil, kita juga harus menjauhkan diri dari sifat-sifat kikir dan pelit, karena hal ini bisa menyelematkan. Selain itu, karena sifat dermawan adalah sifat dari para nabi-nabi Allah SWT.

Mengenai tentang sifat dermawan, Nabi pernah mengungkapkan bahwa sifat dermawan adalah pohon-pohonnya surga, dan dari saking panjangnya ranting-rantingnya sampai menjolor ke bumi. Karena itu, jika Anda berpegang kepada rantingnya kedermawanan, maka ranting itu akan menuntunnya sampai ke surga nanti.

Dari sahabat Jabir RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, berkata Malaikat Jibril AS, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Islam adalah agama yang Aku ridhai. Dan Islam tidak akan menjadi baik kecuali dengan sifat-sifat kedermawanan dan akhlak yang baik. Maka muliakanlah Islam dengan dua sifat ini selama kalian mampu.” Dalam redaksi yang lain dikatakan, “Muliakanlah Islam dengan dua sifat itu selama kalian bersahabat dengan Islam.” Inilah sifat yang cocok untuk agama Allah SWT.

Diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Al-Siddiqati RA, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Allah SWT tidak menciptakan (menanamkan) watak kepada seorang kekasih kecuali menanamkan sifat kedermawanan dan baiknya akhlak.”

Kata Gus Ulil, ciri wali-wali dan kekasihnya Allah SWT adalah selalu bersifat dermawan (murah hati) dan berakhlak baik. Itu sebabnya, sahabat Jabir berkata, dalam hal ini pernah ditanyakan kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah! Amal-amal manakah yang lebih utama?” Nabi menjawab, “Sabar dan dermawan.”

Baca...  Gus Ulil: Andaikan Ulama Menanamkan Ilmu Hanya Karena Allah SWT

Dari Abdullah ibn Amr RA Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ada dua akhlak yang dicintai Allah SWT dan dua akhlak yang dibenci Allah Swt. Yang dicintai adalah akhlak yang baik dan kedermawanan, sementara yang dibenci adalah akhlak yang buruk dan pelit.”

Syahdan. Jika Allah berkehendak dan ingin menjadikan seorang hamba menjadi baik, maka Allah akan menyibukkan hamba itu kepada urusan orang lain dalam hal kebaikan. Seperti Allah ingin memberikan rezeki kepada si B tetapi melalui pelantara si A. Otomatis si A adalah orang yang dikehendai baik oleh Allah SWT (si A dipakai oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan si B).

Miqdam bin Syuraih, salah satu tabi’in kalangan tua, orang terdekatnya Sayyidina Ali dan jenderal pada saat perang jamal (unta) ketika Ali berperang melawan Siti Aisyah (istri Nabi), pernah mengisahkan dari bapaknya dan dari kakeknya berkata, “Pernah matur aku kepada Nabi. Wahai Rasulullah! Tunjukkanlah amal yang bisa membuat aku masuk surga.” Nabi menjawab, “Salah satu yang bisa mendatangkan ampunan dari Allah SWT adalah memberikan makanan kepada orang lain, menyebarkan salam dan baiknya ucapan.”

Dari Abu Hurairah RA Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sifat kederamawanan adalah tumbuh-tumbuhan atau pohon yang ada di dalam surga. Maka, barang siapa yang bersifat dan bersikap dermawan, otomatis ia akan memegang kepada satu ranting dari pohon itu. Di akhirat kelak, ranting-ranting itu akan menariknya masuk ke dalam surga. Sebaliknya, sifat pelit adalah pepohonan di dalam neraka, maka siapa yang pelit ia akan memegang ujung rantingnya, dan ranting itu akan menariknya masuk ke dalam neraka.”

Kata Gus Ulil, ada ranting surga dan neraka. Terserah Anda mau pilih dan pegang ranting yang mana. Semua ada konsekuensinya. Intinya, jika Anda memegang ranting, maka Anda akan ditarik sampai ke ujung; antara surga dan neraka. Sekalipun surga dan neraka berada di alam ghaib, tetapi keduanya memiliki sesuatu yang bisa menghubungkannya dengan alam yang terlihat. Ada koneksi dengan alam dunia.

Baca...  Gus Ulil: Manifestasi Kelembutan

Dari Abu Said al-Khudri RA Nabi Muhammad SAW bersabda, Allah SWT berfirman, “Carilah keutamaan itu pada orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang di antara hamba-hamba, maka engkau akan hidup di dalam pangkuannya. Kenapa demikian? Karena pada orang-orang penyayang itu Aku (Allah) menjadikannya (menaruh) rahmat. Jangan pernah mencari keutamaan (rahmatku) pada orang yang keras hatinya, karena Aku menjadikan mereka sebagai tempat kemarahan.”

Kata Gus Ulil, jika Anda ingin mendapatkan rahmat Allah SWT (hidup dalam keberkahan), maka hiduplah bersama orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang (penyayang). Karena mereka adalah orang-orang yang dijadikan wadah rahmat. Jangan pernah mencari rahmat Allah pada orang yang keras hatinya.

Dari Ibnu Abbas RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Menjauhlah kalian dari dosanya orang yang bersifat penderma (dermawan), karena Allah SWT memegang tangannya orang-orang yang dermawan setiap saat.”

Kata Gus Ulil, jangan sampai mengganggu orang yang dermawan. Memang ia bisa berbuat salah, tapi maafkahlah. Kenapa? Karena orang yang dermawan tangannya selalu dipegang Allah SWT dan setiap saat si dermawan melakukan kesalahan tangannya dipegang oleh Allah sehingga tidak menjadi terpeleset. Tentu saja, ini dari saking cintanya Allah kepada orang dermawan.

Dari Ibnu Mas’ud RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Rezeki orang yang memberi makanan kepada orang lain lebih cepat dari pisau untuk mengguliti punuknya unta.” Artinya, kata Gus Ulil, rezekinya Allah akan cepat sampai kepada orang yang suka memberi makanan orang lain, bahkan lebih cepat dari pisau untuk mengguliti punuknya unta. Jika orang itu memberi, maka Allah juga pasti akan memberi (menggantinya).

Lebih dari itu, Allah SWT bangga kepada hamba-hamba yang dermawan, bahkan mempamerkan dan membanggakannya kepada para malaikat-malaikat. “Aku punya hamba yang dermawan! Kamu tidak bisa.” Kira-kira begitu.

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Asy’ariyah Dalam Memahami Sifat Kalam

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah suka memberi, mencintai sifat kedermawanan, mencintai akhlak yang unggul-baik. Allah membenci rendah dan hinanya akhlak.”

Sahabat Anas RA meriwayatkan hadis, “Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah dimintai atas nama Islam terhadap sesuatu kecuali Nabi memberinya. Seorang laki-laki kepala suku (non muslim) pernah mendatangi Nabi dan meminta, maka Nabi memberinya dengan unta yang banyak di antara dua gunung dari unta zakat. Saat sampai dikotanya, laki-laki itu berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Islamlah kalian, karena sesungguhnya Muhammad memberi saya banyak sekali (Muhammad kalau memberi itu tidak takut miskin).”

Dari Ibnu Umar RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah memperlakukan hambanya untuk kebermanfaatan hambanya juga.” Kata Gus Ulil, ada orang-orang yang diberi kekhususan oleh Allah dengan cara diberikan nikmat, akan tetapi nikmat ini disalurkan kepada orang lain. Dengan kata lain, nikmat ini hanya jadi saluran saja (Allah ingin memberi rezeki kepada hambanya si B melalui pelantara si A).

Jadi, ada rezeki yang Allah titipkan kepada si A untuk disampaikan kepada si B. Nah, jika nikmat rezeki itu oleh si A tidak diberikan kepada si B, maka Allah akan mencabut nikmat rezeki itu dari si A dan memindahkan kepada orang lain. “Wong tujuan harta diberikan kepada si A bukan untuk dikekepin, tapi untuk si B ya.” Tentu saja, hal yang demikian ini, kata Gus Ulil, tidak sesuai dengan desain Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

74 posts

About author
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Articles
Related posts
Keislaman

Maqasid Hukum Talak dalam Islam: Analisis Berdasarkan Teks Al-Qur’an

3 Mins read
Hukum talak dalam Islam memiliki posisi penting sebagai solusi terakhir dalam menghadapi konflik rumah tangga. Meskipun Islam mengutamakan pernikahan sebagai ikatan sakral…
Keislaman

Pandangan Al-Qur’an Terhadap Fenomena Degradasi Etika Terhadap Orang Tua

3 Mins read
Modernisasi seringkali diiringi dengan perubahan gaya hidup yang menuntut mobilitas tinggi dan orientasi pada prestasi. Akibatnya, interaksi antar generasi menjadi semakin terbatas…
Keislaman

Tafsir Maudu'i Pada Tafsir Ibnu Katsir: Bakti Terhadap Orang Tua dalam QS. Luqman Ayat 14 dan QS. An-Nisa' Ayat 36

3 Mins read
Tafsir Maudu’i merupakan pendekatan penafsiran Al-Qur’an yang berfokus pada tema tertentu. Dalam metode ini, penafsir menentukan satu topik, lalu menghimpun seluruh ayat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Artikel

Jasa Feasibility Study dan Jasa Pembuatan Feasibility Study: Kunci Keberhasilan Proyek Bisnis

Verified by MonsterInsights