James Paul McCartney masih hidup. Tetapi teori ini simpang siur. Ini merupakan penggabungan “tergila” dengan epistemologi Al Ghazali untuk mengkaji suatu teori yang banyak dipercaya orang sebagai konspirasi. Penerapan ini bukan hanya mencari benar salah dalam teori, tetapi juga bagaimana pengaplikasian kitab dapat digunakan secara tepat.
Mempelajari filsafat Islam, membuat penulis mendekap erat musik untuk turut serta dikritisi secara akurat menggunakan karya-karya tokoh IsIam secara filsafat. Kitab ini dari Al Ghazali, adalah membahas bagaimana berlogika atas segala sesuatu. Bukan hanya agama dan akal, tetapi juga bagaimana prinsip berlogika dalam kitab bisa digunakan dalam polemik musik.
Al-Munqidh Min ad-Dhalal (The Deliverer from Error) adalah salah satu karya paling terkenal dari Imam Al-Ghazali, yang ditulis pada akhir hidupnya, sekitar abad ke-12. Latar belakang penulisan karya ini berkaitan erat dengan pengalaman pribadi Al-Ghazali yang penuh dengan keraguan dan pencarian kebenaran.
Sebelum menulis Al-Munqidh Min ad-Dhalal, Al-Ghazali adalah seorang ulama besar yang dikenal dengan karya-karya filosofis dan teologisnya, namun Ghazali mengalami krisis spiritual dan keraguan intelektual yang begitu mendalam.
Selayang Pandang Al Munqidh Min Ad Dhalal
Al-Munqidh Min ad-Dhalal adalah refleksi pribadi Al-Ghazali yang menceritakan perjalanan intelektual dan spiritualnya. Dalam buku ini, ia menceritakan bagaimana ia mengatasi keraguan dan kebingungannya melalui pengalaman mistik, akhirnya menemukan kedamaian dalam tasawuf (mistisisme Islam).
Dalam proses pencariannya, ia juga mengkritik berbagai aliran pemikiran yang ia anggap menyesatkan, termasuk filsafat Aristotelian yang sangat berpengaruh di dunia Muslim pada waktu itu. Secara keseluruhan, latar belakang penulisan Al-Munqidh Min ad-Dhalal adalah perjalanan spiritualitas dan epistemologi Al-Ghazali, yang mencari kebenaran dalam menghadapi krisis intelektual dan spiritual yang mendalam.
Buku ini sangat penting karena menunjukkan bagaimana Al-Ghazali menggabungkan rasio dan pengalaman religius untuk membangun pandangan dunia yang lebih komprehensif dan mengatasi keraguan dalam pencarian kebenaran yang berdasar dan juga sesuai realitas.
Beliau menganggap, orang Islam, cendekiawan muslim harus mencontoh sikap orang-orang yang kasyaf. Kasyaf dalam bahasa Arab artinya “menyingkap” yang kemudian dipahami menjadi keterbukaan atas segala sesuatu, apalagi suatu ilmu. Beliau sadar, keimanan seseorang harusnya tidak menghalangi mereka untuk bersikap kritis terhadap sesuatu.
Bahwa kritisisme bukanlah pembangkangan Tuhan, bukanlah dosa besar. Justru di situ terdapat banyak sumber kebenaran, apabila semua orang muslim punya ilmunya. Ilmu bagaimana menjadi manusia kritis yang baik, berakhlak, beradab, dan bertanggungjawab. Ghazali resah dan marah, apabila orang mudah mengimani sesuatu dengan kebodohan pada sesuatu yang diimaninya.
Seseorang yang beriman, harus dapat bertanggungjawab atas keimanannya. Tidak boleh agama dan segala sesuatu itu diimani karena tradisi, bukan hasil epistemologi. Karena pemberian, bukan karena pemikiran. Hal itu ditentang dalam kitab “Al Munqidh min Ad Dhalal” yang mengajarkan cara berpikir yang ideal benar menurut Ghazali.
Teori “Paul Is Dead”
Menjadi “the most notorious Beatles Conspiracy” di media pop kancah musik dunia. Bahkan, di muat dalam blog daring thebeatlesstory.com pada Oktober tahun 2022 lalu. Pada teori itu, dikatakan Paul telah meninggal secara tragis dalam pembunuhan berencana kecelakaan mobil sepulang dari mengerjakan Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band di studio Beatles pada 9 November.
Personil The Beatles yang terpukul dengan kematian Paul kemudian tidak ingin mengabarkan pasal hal ini ke penggemar mereka mengenai keaslian kematian Paul. Lalu mereka pun mengadakan kontestasi dan menggantikan Paul dengan pemenang kontes kemiripan Paul McCartney.
Pria itu bernama asli William Campbell atau Billy Shears. Para anggota lantas juga merasa bersalah kepada jiwa Paul karena menggantikannya, dan mulai membuat isyarat tentang kebenaran kematian Paul secara begitu implisit dalam banyak lirik.
Konspirasi pertamanya bermula dari artikel “riset” mahasiswa di Universitas Drake, Iowa, Amerika Serikat yang diterbitkan pada 17 September 1969 dan menjadi katalisator dalam mengubah teori dari rumor yang tidak relevan menjadi fenomena musik di Internasional.
Paul memang mengalami dua kali laka mobil di rentang waktu “kematian”-nya itu. Tetapi kemudian lekas mengklarifikasi kepada media bahwa dirinya benar-benar baik-baik saja. Menepis gosip tidak masuk akal yang mengatakan dirinya telah berpulang dalam kecelakaan.
Banyak kejanggalan dalam karya The Beatles yang potensial mengatakan kematian Paul, tapi ditepis langsung oleh para anggota band terbaik sepanjang masa itu dan menganggap kalau konspirasi itu merupakan remah-remah perjalanan karier musik grup rock milik mereka. Juga heran terhadap penggemar yang sangat fanatik mempercayai rumor yang sangat picisan itu.
Konspirasi
Mari telusuri dari ketidaktahuan. Penulis telah lama mengikuti The Beatles dan menjadi Battlemania. Salah satu lagu hits terbaiknya, Yesterday, menggugah pendengar untuk bisa melakukan segala hal dengan cara terbaik untuk dealing dengan masalah yang dihadapi. Lalu, tak kenal maka tak sayang. Penulis kemudian “berkenalan” dengan baik buruk Beatles.
Taaruf kepada grup musik The Beatles, menyingkap tabir konspirasi yang sangat menarik. Bagaimana bisa bassist kebanggaannya dirumorkan telah meninggal di awal karier musik. Sama seperti perumusan kitab Al Munqidh Min Ad Dhalal, penulis tidak lantas percaya. Dari yang tidak mengetahui hal itu, menjadi tahu dan memunculkan keingintahuan yang baru.
Mengenai benarkah rumor Paul McCartney sudah meninggal dalam tragedi kecelakaan itu? Keingintahuan itu sama seperti pencarian Imam Al Ghazali terhadap ajaran agama yang bisa paling pas untuk dilakukannya seumur hidup yang tertuang dalam kitab. Dengan segala bukti yang tidak berdasar dan tentu saja tidak bisa diklasifikasikan benar, pencarian kebenaran butuh alat bukti yang berdasar untuk membuktikan keaslian kematian dari Paul McCartney.
Bukti populer dalam membenarkan kematian Paul adalah teori Abbey Road di sampul album Magical Mystery Tour. Dalam pemotretan foto sampul album tersebut, Paul mengenakan setelan pakaian warna hitam tanpa alas kaki. Diyakini dalam beberapa tradisi jenazah di dunia, seseorang menanggalkan alas kakinya ketika dirinya dimakamkan.
Lalu, John Lennon yang berjalan paling depan mengenakan setelan jas warna putih, yang dikatakan pakaian perasaan duka cita dalam teologi ketimuran. Denim George Harrison sebagai simbol penggali kubur, serta setelan hitam Ringo yang merupakan pakaian duka cita dalam hal konvensional.
Ada pula bukti pendukung yang lain. Pada sampul album, terdapat sebuah mobil yang terparkir di belakang mereka dengan nomor plat “28IF”, yang menurut penggemar berarti bahwa Paul McCartney seharusnya berusia 28 tahun (umurnya setelah rilis) jika dia masih hidup, namun teori ini menyebutkan bahwa Paul sudah meninggal pada usia 27 tahun. Mobil juga digunakan sebagai alat bukti bahwa mereka membenarkan kecelakaan merenggut Paul.
Kebenaran
Jika menilik Al Munqidh Min ad Dhalal, bagian setelah pencarian sumber rancu ialah pencarian kebenaran secara kritis. Meskipun sebesar apa konspirasi ini terasa masuk akal, tetapi Ghazali mengajarkan kita menjadi manusia yang senantiasa mau mengkritisi kepercayaan kita sendiri kepada apa saja sesuatu yang ditujukan kepada diri kita. Kritis adalah hal yang wajib kita lakukan atas apa saja yang kita ragukan, apalagi yang kita percaya.
Konspirasi pertama disanggah langsung oleh John Lennon. Lennon menyampaikan, bahwa tidak ada hubungannya pemilihan setelan warna putih sebagai lambang pakaian duka suatu kepercayaan. Ia mengenakannya sebab ia memiliki baju itu dan baju itu pantas dikenakan. Murni hanya persoalan pakaian yang sepele, tidak bermaksud implisit pada kematian Paul.
Dalam lagu “I’m So Tired” mereka, terdapat lirik yang lumayan janggal mengatakan “Paul Is Dead, Man. Miss him, miss him” yang juga sekalian dibantah oleh Lennon. Lennon secara satire mengatakan kepada Paul dalam salah satu lagu pada album solonya, imagine, “Those freaks was right when they said you was dead” (orang-orang aneh itu pernah benar ketika mereka mengatakan kamu telah meninggal) berjudul How Do You Sleep yang rilis pada 1971.
Saat itu merupakan masa Lennon marah kepada Paul imbas masalah rumah tangga Lennon dengan Cynthia Powell, Julian, Sean dan Yoko Ono dan menguak konspirasi dari Paul. Ia pun satire menyatakan bahwa dalam The Beatles, pencapaian Paul hanyalah lagu “Yesterday”.
Lalu, Paul McCartney sendiri menjelaskan ketiadaan sepatunya dalam pemotretan Abbey road. Pada wawancara dengan majalah Rolling Stone pada tahun 1969 mengatakan ketidaksediaannya mengenakan sepatu karena ia tidak nyaman lalu ia pun menendangnya. Hal ini dijelaskan ulang olehnya dalam acara The Paul McCartney Interview pada tahun 1990.
Rumor kedua yang membeludak di kalangan masyarakat juga disanggah para personilnya. Pada kenyataannya, album Sgt. Pepper dirilis pada tahun 1967, dan Paul McCartney saat itu berusia 24 tahun, bukan 28. Jadi, jika ada kaitannya dengan usia, itu lebih kepada kebetulan atau interpretasi yang dibaca terlalu jauh.
Kata “IF” dan angka 28 bisa diartikan harapan hidup mereka—mungkin akan bisa mencapai usia 28 tahun secara bersama-sama. Ini merupakan “tolak bala” mereka terhadap teori “27’s club” yakni kematian tokoh terkenal di puncak karier mereka pada usia 27 tahun. Mereka berharap akan bersama-sama melawan hingga dapat menginjak usia ke-28 mereka di masa yang akan datang, tanpa ada kehilangan.
Mobil yang terlihat di sampul album Abbey adalah sebuah Volkswagen Beetle, yang juga menjadi bagian dari diskusi teori konspirasi ini. Beberapa orang berasumsi bahwa mobil ini bisa menunjukkan sesuatu yang lebih dalam, namun hal ini juga tidak memiliki dasar yang kuat. Mobil itu bisa saja hanya dipilih sebagai bagian dari desain artistik pada tema tanpa ada maksud tersembunyi.
Mobil tersebut juga bukan simbol yang mengarah ke kematian Paul, melainkan bagian dari elemen visual album yang kaya akan simbolisme dan interpretasi seni. Desain sampul album Abbey Road dikonsepsi dengan penuh pertimbangan visual oleh The Beatles bersama desainer Peter Blake dan seniman lainnya.
Banyak elemen di sampul album itu, seperti kostum, tokoh, dan objek, yang memiliki arti atau sekadar estetika seni pop. Mobil yang terlihat di sampul album tersebut adalah sebuah mobil Volkswagen Beetle, yang juga menjadi bagian dari diskusi teori konspirasi ini. Beberapa orang berasumsi bahwa mobil ini bisa menunjukkan sesuatu yang lebih dalam, namun hal ini juga tidak memiliki dasar yang kuat.
Mobil itu bisa saja hanya dipilih sebagai bagian dari desain artistik album tanpa ada maksud tersembunyi. Mobil tersebut juga bukan simbol yang mengarah ke kematian Paul, melainkan bagian dari elemen visual album yang kaya akan simbolisme seni.
Itulah penerapan metode berpikir Al Ghazali dalam mencari kebenaran atas kematian Paul McCartney. Bahwa metode ini sangat kontekstual digunakan untuk hal yang meragukan.