Kuliahalislam.com-Secara pribadi saya sudah mengenal nama ayahanda Din Syamsuddin sejak beliau menjabat Ketua PP Muhammadiyah periode 2005-2010. Selain perawakan beliau yang mirip dengan almarhum Pak Adang (saudara tertua dari pihak bapak dalam bahasa Minang), pemikiran beliau yang inklusif juga menarik perhatian khazanah pemikiran saya. Dalam beberapa tulisan, beliau menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim, kita harus menjadi pelopor kemajuan dan peradaban. Beliau pernah menulis, “Muslim sejati adalah muslim yang menjadi pelopor kemajuan dan peradaban, bukan hanya sekedar menjalankan ritual keagamaan” (Muhammadiyah dan Tantangan Zaman, 2007).
Keberadaan beliau sebagai cendekiawan muslim yang mempelopori berbagai pemikiran, patut menjadi sorotan. Misalnya ketika menjadi Ketua PP Muhammadiyah, beliau menginisiasi program “Muhammadiyah dan Dialog Antaragama” yang mempertemukan tokoh lintas ideologi, seperti Gus Dur (Abdullah Wahid) dan Franz Magnis-Suseno. Pengajian Orbit yang beliau adakan juga pernah pada masanya mempertemukan tokoh-tokoh lintas ideologi, seperti Nurcholish Madjid dan Harun Nasution. Bahkan geliat aktivisme beliau, juga merupakan motor terbentuknya PRM Pondok Labu di tahun 2015 serta PCM Cilandak di tahun 2025, yang menghimpun sebaran aktivis, kader dan simpatisan Muhammadiyah di tengah hiruk pikuk rutinitas padatnya agenda beliau. Beliau seolah memberi contoh kepada kita sebagai pemuda dan kader; untuk senantiasa bergerak, melangkah dan melaju menuju pencapaian-pencapaian yang dahulu dianggap mustahil.
Kepeloporan muslim menurut beliau adalah menjadi pelopor kemajuan dan peradaban, serta menjadi contoh bagi masyarakat. Beliau pernah mengatakan bahwa muslim yang sejati adalah muslim yang menjadi pelopor kemajuan dan peradaban, serta menjadi contoh bagi masyarakat (Islam dan Tantangan Modernitas, 2010). Ini selaras dengan pandangan beberapa ulama yang menganggap muslim adalah pelopor peradaban dan kemajuan. Seperti yang dikatakan oleh Seyyed Hossein Nasr, “Islam adalah agama yang menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan kemajuan” (Islam and the Challenge of Modernity”, 2003).
Kepeloporan beliau juga mendapat apresiasi dimana salah satunya adalah Almarhum Buya Ahmad Syafii Maarif. Dalam rekam tulisannya, Buya memandang ayahanda Din Syamsuddin adalah salah satu tokoh Muhammadiyah yang paling berpengaruh di era modern ini, dengan pemikiran yang inklusif dan progresif (Islam dan Tantangan Abad ke-21, 2011).
Kini di usia beliau yang semakin matang pada 31 Agustus lalu, semangat kepeloporan itu menginspirasi kita semua sebagai generasi muda muslim modern, untuk melanjutkan perjuangan beliau di masa depan. Seperti yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid, “Kemajuan dan peradaban tidak dapat dicapai tanpa pemikiran yang kritis dan inklusif” (Islam dan Tantangan Modernitas”,2003). Rekam jejak pemikiran sekaligus langkah ayahanda Din Syamsudin yang senantiasa mempelopori perjuangan sekaligus merangkul ragam manusia tanpa memandang latar belakang adalah sebuah warisan yang sangat berharga bagi generasi muda, khususnya di kalangan Ummat Islam dan utamanya anggota Persyarikatan Muhammadiyah. Meneruskan alur jalan pelopor kemajuan adalah suatu keharusan, bagi kita pribadi muslim modern , dengan tujuan membangun kejayaan peradaban ummat masa mendatang.
Billahi Fisabil Haq, Fastabiqul Khairat
Nasrun Minnalahi Wa fathun Qarib
Achmad P Nugroho