KeislamanTafsir

Tuntunan Al-Qur’an dalam Menyikapi Pelecehan Agama: Penafsiran QS. An-Nisa’:140 dan Al-An’am: 108

3 Mins read

Problematika Pelecehan Agama

Keretakan sosial yang terjadi di Indonesia sering diakibatkan rasa dilecehkannya suatu kelompok agama oleh oknum dari umat agama lain, hal ini sering berulang dengan kasus model baru, karena dengan sengaja atau tidak sengaja suatu oknum dari suatu agama menyentuh hal yang disakralkan bagi agama lain.

Setiap agama memiliki simbol-simbol keagamaan yang bersifat sakral dan tidak boleh diusik. Simbol-simbol ini meliputi Tuhan, nabi, kitab suci, dan tempat ibadah. Jika salah satu simbol dilecehkan akan membuat reaksi dan kecaman keras dari pemeluk agama tersebut.

Pelecehan agama yang juga diistilah penistaan agama memiliki arti menghina, merendahkan, mencela, menodai, terhadap agama. Pelecehan agama juga bisa diartikan sebagai penyerangan dengan sengaja atas kehormatan atau nama baik suatu golongan agama baik secara lisan maupun tulisan dengan maksud agar diketahui orang banyak. Pelecehan agama terbagi menjadi dua, yaitu pelecehan agama verbal dan non-verbal.

Pertama, penistaan verbal adalah suatu bentuk pelecehan agama yang bisa berupa mengolok-olok, menyindir, menuduh, mengejek, menghina, dan candaan yang tidak pantas. Jenis penistaan seperti ini sering ditemui di media cetak, elektronik, maupun media sosial.

Kedua, penistaan non-verbal adalah suatu bentuk pelecehan agama yang dilakukan tidak menggunakan ucapan baik lisan maupun tulisan. Pelecehan yang dilakukan berupa Tindakan, perilaku, atau pandangan. Sebagai contoh adalah membakar kitab suci secara terang-terangan, memasukkan kitab suci ke dalam kloset dan lain sebagainya.

Pelecehan agama sebenarnya sudah terjadi sejak zaman Rasulullah saw. pada saat itu kaum yang dilakukan oleh kaum munafik Madinah, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 14:

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Klaim Ketiga Akidah Asy’ariyah tentang Tindakan Tuhan

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”

Di Indonesia kasus yang disorot sebagai pelecehan agama sudah ada sejak masa kolonial berupa artikel yang ditulis oleh Djojodikoro dan dicetak di surat kabar Djawi Hiswara edisi 11 Januari 1918. Isi artikel ini yaitu “Gusti Kandjeng Nabi Rasoel minoem A.V.H. gin, minoem opium, dan kadang soeka mengisep opium”.

Kemudian Kasus Ahok di Media Sosial Tahun 2016 yang mengeluarkan pernyataan yang dianggap menghina Islam. Rekaman video tersebut awalnya tersebar melalui Facebook kemudian menyebar juga di Youtube dan media sosial lainnya.

Lalu Puisi Sukmawati Soekarno Putri 2018 yang dinilai menghina dan melecehkan syariat Islam. Pasalnya, puisi yang dibacakannya di acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Kamis, 29 Maret 2018 dianggap mengandung unsur SARA.

Dampak secara langsung yang ditimbulkan dari kasusu pelecehan agama ialah timbulnya keretakan antara kelompok atau individu beragama yang satu dengan kelompok atau individu beragama yang lainnya, adanya perubahan sifat atau kepribadian seseorang mulai timbulnya rasa benci, curiga terhadap umat beragama yang lain, yang bisa menghapus nilai-nilai semboyan Indonesia yaitu bhineka tunggal ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Al-Qur’an Menanggapi Problematika Pelecehan Agama

QS. Al-Nisa’: 140

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖٓ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَنَّمَ جَمِيْعًاۙ

Baca...  Bagaimana Cara Memperbaiki Kelupaan Membaca Doa Sebelum Makan dan Minum? 

“Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam”.

Ibnu ‘Asyur menjelaskan dalam kitab al-Tahrir wa al-Tanwir, orang-orang munafik bersandar kepada orang-orang musyrik dan orang-orang Yahudi untuk menghina dan mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an.

Sementara pada saat itu orang orang mukmin memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an, berusaha menghafalkan, dan mengamalkannya, pada saat Al-Qur’an itu turun dan dibacakan. Kemudian turun larangan kepada orang-orang mukmin untuk duduk membersamai orang-orang musyrik dan Yahudi sampai mereka berganti pembicaraan agar setan tidak bisa melemahkan semangat dalam mendengarkan Al-Qur’an.

Hal ini dikarenakan pergaulan itu bisa mempengaruhi sedikit demi sedikit, dan juga hikmah lain yang terdapat pada larangan duduk bersama orang-orang munafik dan orang orang musyrik saat Al-Qur’an dihina adalah menampakkan amarah dan rasa tidak senang ketika Al-Qur’an atau ayat-ayat Allah diolok-olok.

Akan tetapi ketika mereka telah membicarakan hal lain maka tiada larangan untuk duduk bersama mereka. Quraish Shihab juga sama menafsirkan demikian, ia menambahi bahwa ayat ini dipahami bahwa tidak ada larangan duduk dengan orang kafir jika pembicaraan mereka bermanfaat, terlebih untuk memperoleh suatu ilmu.

QS. Al-An’am: 108

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.

Ibnu ‘Asyur menjelaskan di dalam ayat ini terdapat larangan untuk menghina sesembahan agama lain yang tidak memiliki dampak baik terhadap agama Islam. Dan dalam berdakwah untuk menyeru mengajak kepada agama Islam terdapat batasan tersendiri, yakni untuk meyakinkan orang-orang yang tidak percaya akan ke-Esaan Allah bahwa yang mereka sembah tidak mungkin menjadi Tuhan.

Baca...  Penegakan Hukum dan Keadilan dalam Lensa Tafsir Al-Qurthubi

Jika melampaui batas itu maka malah akan mengakibatkan kemarahan kepada mereka dan bertambahlah ingkar dan permusuhan mereka terhadap agama Islam, bahkan hinaan yang berlebihan tersebut akan menyebabkan mereka menghina Allah.

Menurut Quraish Shihab bahwa larangan memaki tuhan-tuhan dan kepercayaan orang lain merupakan tuntunan agama, guna memelihara kesucian agama-agama. Juga agar tercipta rasa aman serta hubungan harmonis antar umat beragama.

Karena manusia akan terpancing emosinya bila agama dan kepercayaannya disinggung. Hal ini menjadi tabiat manusia, apapun kedudukan sosial atau Tingkat pengetahuannya karena agama bersemi di dalam hati penganutnya, sementara hati merupakan sumber emosi.

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang banyak mengkaji tentang Keislaman khususnya ilmu-ilmu Al-Qur'an dan penafsiran, dan juga ilmu-ilmu yang serumpun.
Articles
Related posts
KeislamanTafsir

Mengenal Muhammad Shahrur dan Tafsir Kontekstualnya

4 Mins read
Ajaran Islam menunjukkan bahwa tidak ada batasan waktu atau ruang, yang membuat mempelajari Islam menjadi sulit atau memerlukan kajian yang harus dipahami…
KeislamanKisah

Memetik Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir

4 Mins read
Salah satu nabi yang memiliki anugerah tubuh kuat dan gagah adalah Nabi Musa AS, beliau berasal dari kaum Bani Israil dan merupakan…
KeislamanPendidikan

Sumber Pengetahuan yang Sebenarnya

4 Mins read
Pada hakikatnya manusia sebagai mahkluk theomorfis mempunyai sesuatu yang agung didalam dirinya, yaitu akal—kehendak yang bebas (free will) dan kemampuan berbicara. Akal…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanTafsir

Tafsir QS. Al-Hujurat Ayat 13: Mencegah Disintegrasi Bangsa

Verified by MonsterInsights