KeislamanTafsir

Tafsir Sya’rawi: Ayat Bismillah dalam Al-Qur’an

8 Mins read

Prof. Dr Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi lahir di Mesir tahun 1912. Ia merupakan ulama internasional yang berasal dari Mesir. Ia menyelesaikan pendidikan menengah pada perguruan Az Zagaziq. Kemudian meneruskan ke universitas Al Azhar, Mesir (fakultas adab, jurusan sastra Arab) di Kairo dan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Meskipun ia lulus dari jurusan sastra Arab, ia sangat mendalami tasawuf. Ia adalah ulama besar yang sangat dihormati.

Tafsir Bismillah 

Al-Quran semenjak diturunkan, diiringi dengan bismillah, maka ketika hendak memulai membaca Al-Qur’an mulailah dengan bismillah. Kalau kita telusuri sejarah Al-Qur’an maka ditemui bahwa kalimat pertamanya, “bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan segala sesuatu,” (QS Al-‘Alaq ayat 1) dan ia sangat erat kaitannya dengan bismillah yang kita kaji saat ini.

Lebih jelasnya lagi, iqra (bacalah) bisa dipahami dalam dua hal. Pertama, bacalah yang tertulis dan kedua, bacalah yang tersimpan di akal pikiranmu atau hafalkanlah. Artinya, bacalah bisa untuk membaca yang tertulis atau menghafal.

Namun berbeda dengan Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika disuruh membaca, karena ia tidak bisa membaca baik apa yang tertulis ataupun menghafal bahan bacaan. Lebih jelasnya lagi, musuh Islam pernah berkata: “Bagaimana Allah menyuruh Rasul-Nya agar membaca iqra’ sedangkan Rasul-Nya tidak bisa membaca ?

Jawabannya, dalam hal ini Allah berbicara berdasarkan qudrat kekuasaan-Nya yang bisa menjadikan segalanya, menciptakan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hanya dengan kalimat kun (jadilah) maka jadilah ia. Sedangkan Rasulullah berbicara sesuai dengan kapasitasnya sebagai manusia. Ia mengakui tidak sanggup membaca satu kalimat pun. Dengan demikian terjawablah sudah pernyataan musuh Islam di atas. Qudrat Allah-lah yang mengangkat Nabi yang ummi itu sebagai guru bagi semua manusia.

Dalam banyak hal manusia berguru kepada manusia lain yang lebih tahu. Akan tetapi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berguru kepada Allah. Gunanya, agar Nabi dapat mengajar seluruh manusia dan bertugas sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Maka, ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam merasa keberatan ditugaskan untuk membaca, Allah menjawab keberatan itu dengan firmannya: “bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Menciptakan manusia dari segumpal darah,” (QS. Al-Alaq ayat 1-2), maksudnya, Allah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, dan itu diketahui semua orang maka Allah akan menjadikanmu dari tidak dapat membaca hingga dapat membaca.

Yang dibaca bukan kitab sembarangan, tapi kitab yang sanggup menundukan para pakar ilmu pengetahuan dan peradaban dunia, hingga mereka tidak sanggup untuk membuat kitab semisalnya. Apa yang kamu bacakan itu tidak hanya untuk mereka yang mendengarkannya pada saat turun dari langit, tetapi untuk semua generasi sampai hari kiamat.

Oleh sebab itu Allah berfirman : “bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Maha Mulia. Yang yang mengajarkan manusia dengan pena,” (QS. Al-‘Alaq ayat 3-4), artinya bahwa yang akan engkau bacakan itu wahai Muhammad akan menjadi guru bagi manusia sampai hari kiamat. Karena sang Maha guru adalah Allah.

Firman Allah: “bacalah dengan nama Tuhanmu yang Maha Mulia.” Memiliki dua kata sifat yaitu sifat karim dan akram. Di sini kita akan melihat hubungan pembelajaran dengan sifat Allah karim dan akram. Manusia ketika belajar pada seseorang tidak lepas dari kata karim (kemuliaan) Allah. Karena Allah telah memudahkan manusia yang belajar untuk mendapatkan ilmu dari orang lain. Sedangkan sifat akram terjadi bila gurunya adalah Allah dan muridnya adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam karena Allah telah mengangkat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ke derajat yang tinggi.

Allah ingin mengajak kita berpikir, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bukan membaca Al-Qur’an disebabkan Nabi tahu baca tulis akan tetapi Nabi membacanya dengan bismillah. Selama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam membaca dengan nama Allah, maka tidak penting apakah ia pernah belajar atau tidak. Sebab yang mengajarkannya adalah Allah dengan ilmu-ilmu yang ada di atas ilmu manusia biasa.

Begitu juga ketika membaca Al-Qur’an mulailah dengan bismillah. Karena Allah telah menurunkannya dan memudahkan kita untuk membacanya. Artinya, ketika kita membaca bismillah kita menyerahkan semua hal Kepada Allah sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kekuatan.

Katakanlah: “jikalau Allah menghendaki,  niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak pula memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (QS. Yunus ayat 16).

Apakah kita dituntut untuk membaca bismillah hanya ketika mulai membaca Al-Qur’an saja ? Jawabannya, kita disuruh memulai setiap aktivitas dengan bismillah untuk menghormati nikmat Allah. Misalnya, ketika bercocok tanam hendaklah dimulai dengan bismillah. Karena hal itu adalah suatu kesadaran bahwa bukan kita yang menciptakan bumi dan benih yang disemai dan bukan kita yang menurunkan hujan.

Seorang petani yang mencangkul dan menyemai benih, mungkin saja tidak mengetahui partikel-partikel tanah, unsur-unsur benih, dan interaksi air di dalam tanah untuk pertumbuhan selanjutnya. Apa yang dilakukan manusia hanya menggunakan pikirannya sebatas ilmu pengetahuan pada benda-benda yang diciptakan Allah. Manusia tidak sanggup menyuburkan bumi untuk menghasilkan buah dan menciptakan benih sebagai cikal bakal tumbuhan serta tidak punya kekuatan untuk menurunkan air dari langit.

kenapa Harus Baca Bismillah ?

Manusia yang memulai aktivitasnya dengan bismillah, berarti dia mulai pekerjaan itu dengan nama Allah. Allah menundukkan alam ini untuk manusia dan memberikan kepada mereka petunjuk untuk pengelolaannya. Maka manusia jangan berprasangka bahwa dia punya kekuatan di alam ini, dan jangan berprasangka bahwa hukum kausalitas di alam ini punya kekuatan. Tidak, hal itu tidak benar, yang benar bahwa semua berjalan sesuai dengan kekuatan Allah, Jika Allah berkehendak maka Allah bisa mengaktifkan dan jika Allah berkehendak ia bisa menonaktifkan.

Contoh sederhana, seorang anak kecil dengan mudah dapat menarik tali kekang kuda, unta dan gajah yang sudah jinak. Binatang-binatang yang bertubuh besar itu bisa patuh dan jinak namun ular yang bertubuh lebih kecil tidak dapat dijinakkan manusia. Seandainya hal itu dapat dilakukan dengan kekuatan manusia, tentu menjinakkan ular yang lebih kecil lebih mudah ketimbang kuda, unta dan gajah yang jauh lebih besar.

Inilah contoh yang diberikan Allah dengan kekuatan-Nya, Ia Allah dapat menundukkan segala sesuatu. Allah berfirman di dalam Alquran: “apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami diciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya. Dan Kami Tunjukkan binatang-binatang itu untuk mereka, Maka sebagian menjadi alat transportasi dan yang lain dikonsumsi,” (Q.S Yasin ayat 71-71). Dari ayat ini diketahui bahwa kepatuhan binatang pada manusia atas dasar kekuasaan Allah bukan dengan kepintaran dan kemahiran mereka.

Begitu juga ketika Allah menurunkan hujan lebat untuk menyuburkan bumi. Ahli meteorologi berpendapat bahwa hal itu terjadi sesuai dengan Hukum kausalitas, namun Allah membuktikan kesalahan itu. Pada musim kering sebenarnya tidak setetes hujan pun turun namun mengapa terkadang hujan turun di musim kering. Hujan turun sesuai dengan hukum kausalitas niscaya hujan tidak turun pada musim kering maka hujan bisa turun di musim kering menunjukkan bahwa hujan turun bukan semata karena hukum kausalitas tetapi mutlak atas kehendak Allah.

Jika hukum kausalitas saja yang berfungsi maka mengapa terjadi penyelewengan atau hukum kausalitas itu? Jawabannya, kehendak Allah di atas  aturan hukum kausalitas. Jika Allah mau dan berkehendak Allah bisa melakukan atau menghentikan. Sesuatu yang ada di alam ini terwujud dengan bismillah.

Allah memberi dan menahan apa saja hingga masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan manusia bisa Allah pecahkan, “kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Ia memberikan anak perempuan kepada yang Ia kehendaki dan memberi anak laki-laki kepada siapa yang Ia kehendaki. Atau Ia menganugerahkan Kedua jenis laki-laki dan perempuan kepada siapa yang Ia kehendaki-Nya. Sesungguhnya Ia Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar,” (QS. Al-Syu’ara ayat 45-50).

Timbul pernyataan, mengapa orang yang tidak memulai aktivitasnya dengan bismillah juga mendapatkan hasil kerjanya?. Apa bedanya mereka dengan orang yang memulai aktivitasnya dengan bismillah. Jawabannya, kedua-duanya tetap mendapatkan hasil kerja karena Allah adalah Tuhan bagi semuanya. Namun mereka yang berpaham materialisme akan menerima pemberian Allah sebatas di dunia saja.

Sedangkan orang mukmin akan mendapatkan pembelian Allah di dunia dan akhirat. “Segala puji bagi Allah yang menguasai langit dan bumi. Hanya Allah sajalah penguasa di akhirat dan Dia Maha bijaksana,” QS. Saba’ ayat 1. Ringkasnya, mukmin memuji Allah atas nikmat-Nya di dunia, lalu ia memuji-Nya ketika di akhirat tepatnya ketika ia selamat dari neraka dan masuk surga.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda tentang hubungan bismillah dengan setiap pekerjaan, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “setiap aktivitas yang tidak dimulai dengan  bismillah maka ia cacat,” (H.R Imam asy-Suyuti). Maksudnya, aktivitas yang dilakukan jika tidak dimulai dengan bismillah akan dapat menimbulkan rasa bangga dan sombong. Seolah-olah andalah yang menguasai alam ini.

Juga bila sebuah aktivitas tidak disertai bismillah maka tidak akan mendapatkan pahala di akhirat, walaupun di dunia sudah berhasil. Artinya, anda sengaja menolak pemberian Allah di akhirat. Misalnya, sebelum makan sebaiknya bacalah bismillah karena Allah-lah yang menciptakan makanan dan memberikan rezeki.

Sebelum mengerjakan soal ujian bacalah bismillah, niscaya Allah akan membantu dalam menjawab soal ujian. Ketika masuk rumah juga baca bismillah. Lebih dari itu kalimat bismillah akan mencegahmu dari perbuatan maksiat. Misalnya, jika kamu ingin mencuri atau meminum minuman Khamar lantas kamu ingat nama Allah tentu kamu malu dan menghindar. Dengan demikian aktivitasmu akan terbimbing ke arah yang lebih baik.

Ketika membaca Al-Qur’an dengan bismillah. Allah adalah al-Ilahu al Ma’bud sebagai Tuhan yang disembah, segala perintah-Nya harus ditaati. Ketika memulai membaca Al-Qur’an dengan bismillah, seolah-olah kamu menghadap Al-Qur’an dengan izin-Nya dan akan menaati isinya baik perintah atau larangannya.

Inilah salah satu aspek kenapa kita mulai membaca Al-qur’an dengan bismillah. Ketika manusia telah mengakui-Nya sebagai Tuhan dan berjanji taat kepada-Nya, maka ia akan memulai membaca Al-Qur’an dengan bismillah dengan harapan dapat mengamalkannya setelah selesai membacanya.

Sebagian orang bertanya: “bagaimana mungkin saya mulai membaca Al-Qur’an dengan bismillah sedangkan saya telah banyak berbuat salah dan dosa?” Jawabannya, Allah telah mendukung orang tersebut untuk taubat dengan cara memulai membaca Al-Qur’an dengan bismillah.

Allah tidak membiarkan hamba-Nya terus tenggelam dalam perbuatan maksiat. Bahkan pintu taubat tetap akan Allah buka. Dia mendukung hamba-Nya untuk kembali minta ampun dari dosanya. Allah meminta kepada setiap pelaku kesalahan untuk kembali ke pangkuan iman. Yakinlah bahwa rahmat Allah lebih luas daripada dosa makhluk-Nya. Allah mengampuni semua dosa manusia.

Makan Ar-Rahman Dan Ar-Rahim Dalam Bismillah

Kata rahim artinya tempat janin yang terdapat di perut wanita. Di dalam rahim ibu, Allah menyediakan rezeki bagi janin tanpa harus berusaha agar ia tumbuh dengan sempurna. Perhatikanlah betapa besar kasih sayang ibu terhadap anaknya. Ibu bahkan memafkan kesalahan anaknya dan sangat gembira ketika melihat anaknya sadar dan berbuat baik.

Di dalam Hadis qudsi, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “bahwa Allah telah berfirman Aku adalah ar-rahman. Kuciptakan rahim wanita dengan Nama-Ku. Maka siapa yang menyambung tali silaturahim maka Aku maka akan menyambungkannya untuk dia. Dan orang yang memutuskannya tentu kecelakaan dan Kemurkaan menantinya,” (HR. Imam Ahmad dan Imam Bukhari).

Di sini Allah mengingatkan kita bahwa Allah sangat sayang dan sangat pemberi rezeki. Terkadang kita melakukan kesalahan namun Allah tidak langsung mencabut nikmat-Nya dan menghukum kita dengan hukuman. Bahkan lebih dari itu, Allah tetap membuka pintu taubat setiap saat.

Oleh karena itu, kita membaca Al-Qur’an dengan Bismillahirrahmanirrahim, agar kita ingat bahwa pintu rahmat Allah tetap terbuka. Kita mengadahkan kedua tangan ke langit Seraya berdoa: “Ya Allah dengan rahmat-Mu ampuni dosa dan kesalahan kami.” Dengan begitu si pembaca Al-Qur’an akan tetap berhubungan dengan pintu rahmat Allah. Setiap kali dia mulai jauh dari manhaj-Nya, ia pun akan segera kembali. Selama Allah bersifat Rahman dan Rahim, pintu rahmat-Nya tidak akan ditutup selama-lamanya.

Ar-rahman Ar Rahim termasuk as-siqhat al-mubalaghah. Kata Rahima mempunyai dua sifat al-mubalaghah: rahim bermakna berlebih-lebihan dalam kasih sayang dan rahman artinya berlebih-lebihan dalam kasih sayang juga namun keduanya berbeda dalam tugas.

Dari ungkapan di atas terkadang bisa dipahami bahwa sifat Allah itu berubah-ubah. Pemahaman ini salah, karena sifat Allah itu stabil dan tidak berubah, yang berubah adalah hal-hal yang terkait dengan sifat-sifat itu. Firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak berlaku zalim kepada hamba-Nya meskipun sekedar biji sawi,” (QS. An-Nisa ayat 40). Ayat di atas sama sekali  menafikan sikap zalim sama sekali bagi Allah. Kemudian ayat lain menjelaskan bahwa: “Dan Tuhanmu tidak akan menzalimi dalam tahap berlebih-lebihan kepada hamba-hamba-Nya,” (QS. Fushshilat ayat 46). Maksudnya, ayat ini mengakui bahwa Allah berlaku zalim tetapi dalam batas tertentu dan tidak melakukannya secara berlebihan.

Kalau demikian, sifat Allah itu naik turun, terkadang sifat zalim-Nya menurun dan terkadang meningkat tetapi tidak sampai berlebih-lebihan. Kembali pada kalimat Ar Rahman dan Ar Rahim. Rahmat Allah di dunia mencakup mukmin dan kafir. Allah tetap memberikan kepada mereka semua kebutuhan hidup dan tidak langsung menghukum mereka. Ia selalu memaafkan hamba-hamba-Nya. Makhluk dirahmati Allah di dunia tanpa memandang iman. Jadi, sifat Rahman berlaku di dunia dan mencakup seluruh manusia.

Akan tetapi di akhirat nanti Allah hanya bersifat Rahim kepada mukmin. Sedangkan kaum kafir dan musik dikeluarkan dari rahmat Allah. Dengan demikian orang yang masuk dalam rahmat Allah di akhirat jumlahnya lebih sedikit.

Para ulama berselisih pendapat dalam menafsirkan Bismillahirrahmanirrahim yang terdapat di 113 surat. Apakah ia termasuk ayat dari setiap awal surah? Dengan pengertian setiap surah yang dimulai dengan bismillah dihitung ayat pertama, atau yang dihitung satu ayat hanya pada Al-Fatihah sedangkan yang lain dipandang sebagai pemisah antara dua surah?

Bismillah termasuk ayat dari ayat Al-Qur’an tetapi ia bukan ayat dari tiap-tiap awal surah yang berjumlah 113 itu ia hanya merupakan ayat pertama dari surat Al-Fatihah dan ayat 30 dari surat An-Naml yang berbunyi bawa surat itu dari Sulaiman dan mulailah dengan bismillah.

77 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Kedukan Akal Dalam Pemikiran Islam

5 Mins read
Kuliahalislam-Akal merupakan daya berpikir yang ada dalam diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa serta mengandung arti berpikir, memahami dan…
KeislamanTokoh

Sunan Kalijaga Mengislamkan Jawa Dengan Seni

5 Mins read
Kuliahalislam- Sunan Kalijaga merupakan seorang wali dari suku Jawa asli. Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid (R.M Syahid), putra dari Ki Tumenggung…
FilsafatKeislaman

Kasyf Terbukanya Rahasia Ketuhanan

4 Mins read
Kuliahalislam.com- Kasyf merupakan suatu tingkatan tertinggi dalam tasawuf. Bagi orang yang mengalaminya akan terbuka hijab ( dinding atau tabir) yang mengantarai rahasia…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights