KeislamanKisah

Syaikhona Kholil: Guru Para Ulama dan Pahlawan Nasional

3 Mins read

Wajah Islam Indonesia hari ini tidak lepas dari pengaruh Syaikhona Kholil, sebab hampir semua ulama berpengaruh hari ini, secara genealogis-intelektual, adalah “murid” Kiai Kholil bangkalan.

Metode pengajaran beliau yang unik, menggabungkan aspek teoritis dan praktis, berhasil mencetak ulama-ulama yang tidak hanya alim, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Jaringan keilmuan beliau yang luas memungkinkan pemikiran-pemikirannya menyebar ke berbagai penjuru Nusantara

Asal-usul Syaikhona Kholil

Syaikhona Moh. Kholil bin Kiai Abdul Latief lahir pada selasa,11 Jumadil Akhir 1235 H. bertepatan dengan 27 Januari 1820 M, di kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Syaikhona Kholil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya yakni Kiai Abdul Latief yang meliliki pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Kakek dari ayah adalah Kiai Hamim bin Kyai Abdul Karim bin Kiai Muharram bin Kiai Asror Karomah bin Kiai Abdullah bin Sayyid Sulaiman.

Sayyid Sulaiman adalah cucu dari Sunan Gunung Jati. Oleh karena itu ayahnya sangat menginginkan Kholil kecil kelak mengikuti jejak keturunannya.

Sebagai anak kiai, Kholil kecil dididik dari lingkungan keluarganya, belajar ilmu agama dari sang ayah. Kemudian Kiai Qaffal, saudara iparnya. Setelah belajar kepada sang ayah dan pamannya, Kholil kecil di antarkan sang ayah untuk menimba ilmu kepada kiai-kiai terkemuka di Bangkalan, lebih tepatnya di desa Mlajeh, Bangkalan.

Setelah sukses belajar di pulau Madura, Kholil remaja melanjutkan pendidikannya di pulau Jawa, adapun beberapa Pondok Pesantren terkenal pada saat itu yg menjadi rujukan kholil remaja di antaranya kiai sholeh bungah Gresik, kiai Muhammad nur langitan tuban, kiai asyik canga’an bangil pasuruan, kiai arif pondok pesantren keboncandi pasuruan, kiai nur hasan pondok sidogiri pasuruan, dan pondok pesantren setail genteng Banyuwangi.

Baca...  Ingin Jadi Guru Inspiratif Tapi Tidak Disiplin

Kemudian Syaikhona Kholil melanjutkan pengembaraannya ke kota mekkah untuk menimba ilmu kepada beberapa ulama disana, di kota mekkah beliau bergabung dengan komunitas jawa, menjadi murid sekaligus sahabat dari ulama terkenal jawa yang ada disana.

Di antara mereka seperti syekh Nawawi banten, syekh abdul karim banten, kiai umar bin Muhammad saleh semarang, dan syekh ahmad khotib sambas. Di tanah suci itu pula, syaikhona kholil berguru kepada syekh utsman bin hasan ad-Dimyati, sayyid ahmad bin zaini Dahlan,dan ulama-ulama terkemuka lainnya.

Guru para ulama

Syaikhona Kholil sepanjang hidupnya mendirikan dua pesantren yaitu di Jangkebuan dan Kademangan. Pesantren Jangkebuan didirikan pada 19 rajab 1290 H. Pesantren jangkebuan diserahkan ke menantunya setelah putrinya, siti khatimah menikah dengan kiai Muntaha.

Syaikhona Kholil kemudian mendirikan pesantren di daerah Kademangan di sebelah barat alun-alun kota kabupaten Bangkalan, saat ini pesantren ini diasuh oleh keturunan Syaikhona Kholil. Di kademangan, santri-santrinya tidak hanya berasal dari daerah sekitar, namun ada yang berasal dari luar pulau Jawa.

Keberadaan murid-murid Syaikhona Kholil, membuktikan Syaikhona melahirkan ulama-ulama Nusantara yang mampu menjadi pionir lahirnya pesantren besar di Jawa dan Madura.

Diantara sekian banyak murid Syaikhona Kholil yang menonjol antara lain KH. Hasyim Asy’ari (pendiri pondok Tebuireng, Jombang, dan penggagas Nahdlatul Ulama/NU), KH. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri pondok Tambak Beras, Jombang), KH. Bisri Syansuri (pendiri pondok pesantren denanyar, jombang), KH. Ma’shum (pendiri pendiri pondok pesantren lasem, rembang), K.H. Bisri Mustofa (pendiri pondok pesantren Rembang), dan K.H. As’ad Syamsul Arifin (pengasuh pondok pesantren asembagus, situbondo).

Pahlawan nasional

Dari penelusuran terhadap Sejarah kehidupannya, diketahui bahwa syaikhona kholil tidak memilih perjuangan secara fisik untuk meraih kemerdekaan dan pengabdian kepada tanah air. Ia mengedepankan sumbangsihnya melalui perjuangan non fisik. Hal ini bukan berarti jasa dan warisan yang ditinggalkan kurang memiliki nilai berharga. Justru melalui hal itu, komitmen perjuangannya lebih strategis dan lebih bermakna.

Baca...  Julukan Ustaz Untuk Siapa ?

Selain dalam pendidikan (sebagaimana disinggung sebelum ini), tokoh yang diakui luas sebagai waliyullah itu juga memiliki andil sangat bermakna dalam lahirnya Nahdlatul Ulama (NU). Atas restu sang wali ini, KH Hasyim Asy’ari memutuskan dengan hati yang mantap mendirikan organisasi keagamaan tersebut.

Sebelumnya, KH Hasyim telah melakukan istikharah berkali-kali untuk mendapat petunjuk dari langit. Namun upayanya tidak membuahkan hasil. Ternyata di saat KH Hasyim ragu-ragu antara mendirikan organisasi atau tidak, gurunya, Syaikhona Kholil dua kali mengutus salah satu santrinya, KH As’ad Syamsul Arifin (kelak sebagai pengasuh Pondok Sukorejo Situbondo) untuk menjumpai KH Hasyim.

Pada pertemuan pertama KH As’ad dibawakan tongkat serta bacaan al-Quran surat Thoha ayat 17 sampai 23 tentang dialog Allah dan Nabi Musa (as) mengenai kegunaan tongkat yang dipegang Musa (as). Pada perjumpaan kedua, KH As’ad diamanati untuk menyerahkan tasbih.

Melalui hal itu, KH Hasyim meyakini bahwa gurunya memberi izin untuk mendirikan NU.14 Ketika organisasi ini telah terbentuk, Syaikhona tidak bisa menyaksikannya. Sebab Allah memanggilnya ke hadirat-Nya sekitar sembilan bulan sebelum NU lahir, tepatnya pada 29 Ramadlan 1343 H/ April 1925.

Keniscayaan KH Moh Kholil Sebagai Pahlawan Nasional Dilihat dari perspektif mana pun, kiprah dan peran yang dimainkan Kiai Kholil dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia –kendati tidak secara langsung –dan dalam mempersiapkan generasi Indonesia yang berkualitas sangatlah besar.

Diakui atau tidak, Syaikhona adalah sedikit tokoh yang murid atau santrinya tersebar hampir di seluruh bumi Nusantara, yang nyaris semuanya menjadi kiai besar dan semuanya memiliki jiwa kebangsaan yang tidak diragukan lagi. Selain itu, nilai-nilai luhur yang melekat pada diri Syaikhona dalam mengembangkan ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan niscaya untuk diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca...  Tafsir Maudhui: Jawaban atas Tantangan Zaman dalam Memahami Al-Qur'an

Bangsa ini tidak bisa lepas dari budaya dan tradisi yang membentuk jati diri bangsa yang terbukti dapat mencerahkan kehidupan bukan hanya bangsa dan masyarakat Indonesia, tapi juga masyarakat global. Di antaranya adalah nasionalisme religius yang inklusif.

Pada sisi ini KH Moh Kholil berkontribusi besar melalui kontekstualisasi nilai dan ajaran Islam ke alam Nusantara. Salah satunya berupa penyusunan kaidah huruf Pegon untuk penulisan ajaran dan pemikiran keislaman (juga lainnya) dalam bahasa Jawa, Sunda, dan Madura (juga bisa bahasa lokal lainnya).

1 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
KeislamanSejarahTafsir

Ratu Balqis Dan Nabi Sulaiman Dalam Tafsir Al-Qurthubi

10 Mins read
Suatu ketika Nabi Sulaiman alaihisallam sedang mencari burung Hud-hud namun tidak menemukannya. Para Ulama berbeda pendapat apa tujuan Nabi Sulaiman mencari burung…
Keislaman

Ternyata Banyak Ibadah di Malam Nisfu Sya’ban yang Hanya Berdasarkan Tradisi

5 Mins read
Malam Nisfu Sya’ban sering dianggap sebagai waktu yang istimewa oleh sebagian umat Islam. Banyak yang meyakini bahwa pada malam ini, Allah SWT…
Keislaman

Pengurus Masjid Yang Disayang Iblis

5 Mins read
Pada saat manusia  diciptakan oleh Allah, manusia dibekali Allah dengan syahwat dan keinginan agar dapat mendatangkan suatu yang bermanfaat bagi dirinya. Manusia…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Keislaman

Gus Ulil: Keabsahan Iman Orang Yang Taklid dan Dalil-dalilnya

Verified by MonsterInsights