Penulis: Jamila, Mahasiswa IAIN Pontianak
Pengertian Menghafal Alqur’an
Alquran adalah risalah Allah SWT untuk umat manusia dan mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT menurukannya kepada Nabi Muhammad SAW, demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi. Dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Menghafal adalah suatu aktifitas maupun tindakan mental yang mana berusaha mengingat atau meresapkan ke dalam pikiran agar dapat selalu ingat materi yang telah diajarkan suatu waktu akan diingat kembali. Menghafal Alquran merupakan sikap dan aktivitas yang terpuji dan mulia, yang mana Allah SWT akan melipat gandakan pahala bagi orang yang membaca dan memahami arti kadungannya serta mengamalkan di kehidupan sehari-hari. (anggraini,2020)
Tujuan Menghafal Alquran
Pertama, agar tidak terjadi pergantian atau pengubahan pada Alquran, baik pada redaksionalnya (yaitu pada ayat-ayat dan suratnya) maupun pada bacaannya. Sehingga Alquran tetap terjamin keasliannya seperti segala isinya sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. (Anggraini 2020)
Kedua, agar dalam pembacaan Alquran yang diikuti dan di baca kaum muslim tetap dalam satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu qiraat mutawatir, yaitu mereka yang telah menerima periwayatannya melalui periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraat sab’ah sesudah sahabat.(Anggraini, 2020)
Cara Menghafal Alqur’an
Ada beberapa cara atau metode yang bisa dilakukan untuk mempermudah menghafal Alquran dan Hadis dengan menggunakan metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Alqur’an Hadis, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal untuk mengurangi kesusahan dalam menghafal Aqur’an Hadis.
Metode-metode untuk menghafal Alquran antara lain sebagai berikut:
1) Metode Wahdah yaitu menghafal satu persatu ayat yang akan dihafal.
2) Metode Kitabah (menulis).
3) Metode Simai (mendengar).
4) Metode Gabungan. Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan metode yang kedua, yaitu wahdah dan kitabah.
5) Metode Jama‟ (kolektif). Metode ini menggunakan pendekatan menghafal Alquran .
6) Metode Talaqqi. Metode ini menggunakan belajar individu dimana santri berhadapan dengan guru.(Anggraini, 2020).
Alqur’an merupakan karunia Allah SWT yang bermanfaat bagi manusia pada setiap zaman karena bukan sebagai kitab suci bagi umat islam saja tetapi juga petunjuk hidup karena didalamnya terdapat ilmu yang dibutuhkan manusia yang ada didunia.
Dengan membaca Alqur’an kita akan mendapatkan pahala ibadah dan juga bisa mebangkitkan rasa perasaan manusia agar mendapatkan merasakan keindahan yang diciptakan oleh Allah SWT. Dengan membaca Alqur’an harus dengan bernada dan ada peratuiran yang sering disebut tajwid. (Putri, 2022)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kamu adalah orang yang belajar Alqur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, no. 5028; Ibnu Majah, no. 211, 212; Ahmad, no. 405, 500)
Dengan memahami gaya menghafal anak, akan mempermudah menghafal Alqur’an dengan baik, cepat, dan bertahan lama. Dengan mengetahui gaya menghafal anak terlebih dahulu akan melibatkan unsur-unsur indra yang mana sering dikenal dengan istilah auditorial, visual, dan kenestetik.
Adanya Raudhatul Athfal Ar-Rifa’i ini sangat membantu masyarakat terutama anak-anak usia dini yang ingin menjadi penghafal Alqur’an. Walaupun usia mereka tergolong kecil atau masih labil mereka bisa dengan mudah menyerap ilmu-ilmu yang diberikan oleh guru di sekolah.
Sesuai dengan pepatah mengatakan belajar diwaktu kecil bagai mengukir di atas batu. Pelajaran apapun yang diberikan oleh guru akan melekat dalam benak mereka sampai mereka dewasa (Putri,2022)
Hal-hal yang membantu dalam menghafal Alqur’an :
a. Ikhlas Ikhlas adalah dasar diterimanya sebuah perbuatan. Tanpanya, suatu perbuatan akan membahayakan pelakunya. Niat yang kuat dan sungguhsungguh akan mengantar seseorang ke tempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya.
b. Memiliki Keteguhan Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat penting bagi orang yang dalam proses menghafal Alqur’an. Hal ini disebabkan karena dalam proses menghafal Alqur’an akan banyak sekali ditemui bermacam kendala, jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau gaduh, gangguan batin, dan karena menghadapi ayat-ayat yang dirasa sulit akan dihafal, dan lain sebagainya.
c. Istiqomah Istiqomah yaitu konsisten, yakni tetap menjaga dalam satu tujuan dalam proses menghafal Alqur’an. Seorang penghafal yang konsisten akan sangat menghargai waktu, begitu berharganya waktu baginya. Betapa tidak, kapan saja dan dimana saja waktu terluang, intuisinya segera mendorong atau segera kembali menghafal Alqur’an.
d. Menjauhkan Diri dari Maksiat dan Sifat Tercela Sesuatu yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang menghafal Alqur’an tetapi juga oleh kaum muslimin pada umumnya, karena keduanya mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang menghafal
Alqur’an, sehingga dapat mengganggu konsentrasi yang telah dibina dan terlatih sedemikian bagus. Diantara sifat-sifat yang tercela lainnya adalah khianat, bakhil, pemarah, membicarakan aib orang, memencilkan diri dari pergaulan, iri hati, memutuskan tali silaturahmi, cinta dunia, berlebih-lebihan, sombong, dusta, ingkar, makar, riya’, meremehkan orang lain, dan takabur.
Apabila seorang penghafal Alqur’an sudah dihinggapi penyakit tersebut, maka usaha dalam menghafal Alqur’an akan menjadi lemah apabila tidak ada orang lain yang memperhatikanya. Bagaimanapun sifat-sifat seperti ini harus disingkirkan oleh seorang yang sedang dalam proses menghafal Alqur’an.
e. Mampu membaca dengan baik. Sebelum seorang penghafal melangkah pada metode menghafal seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal Alqur’an sebelum terlebih dahulu mengkhatamkan Alqur’an bin-nadzar (dengan membaca) agar calon penghafal benar-benar lurus dan lancar dalam membacanya, serta ringan lisannya untuk mengucapkan fonetik Arab. (Putri ,2022).
Strategi Menghafal Alquran
Untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat Alquran yang dihafal, maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu antara lain adalah sebagai berikut:
- Strategi pengulangan ganda Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan sekali proses menghafal saja. Salah besar apabila seseorang menganggap dan berharap dengan sekali menghafal saja kemudia ia menjadi seorang yang menghafal Alquran dengan baik. Sebagaimana dalam hadis Rasulullah saw. dalam buku Ahsin W. Al-Hafidz yang mengatakan “Ayat-ayat Alquran itu lebih gesit daripada unta, dan lebih mudah lepas daripada unta yang diikat”. Oleh sebab itu diperlukan sistem pengulangan ganda.
- Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal Kecenderungan para penghafal Alquran ialah ingin menghafal sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. Itulah yang menyebabkan hafalan Alquran menjadi tidak baik. Karena di dalam Alquran ada ayat-ayat yang mudah dihafal dan ada juga yang sulit untuk dihafalkan. Oleh karena itu dalam menghafal Alquran diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam mengamati tiap-tiap kata dan kalimat yang akan dihafalnya. (Junita,2019)
- Menggunakan satu jenis mushaf Menghafal Alquran lebih baik menggunakan satu jenis mushaf. Meskipun tidak ada keharusan menggunakan satu jenis mushaf, namun jika menggunakan lebih dari satu mushaf dapat membingungkan pola hafalan yang telah dibentuk dalam bayangannya. Untuk itu akan lebih membawa banyak keuntungan jika menghafal Alquran menggunakan satu jenis mushaf. (Junita,2019)
- Memahami (Pengertian) ayat-ayat yang dihafalkannya Memahami pengertian, kisah atau asbabun-nuzul yang terkandung dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam proses menghafal Alquran. Memahami itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa dan struktur kalimat dalam suatu ayat.
- Dengan demikian maka penghafal yang menguasai bahasa Arab dan memahami struktur bahasanya akan lebih banyak mendapatkan kemudahan daripada mereka yang tidak mempunyai bekal penguasaan bahasa Arab sebelumnya. Dan dengan cara seperti ini, maka pengetahuan tentang ulumul Quran akan banyak sekali terserap oleh para penghafal ketika dalam proses menghafal Alquran. (Junita,2019)
- Memperhatikan ayat-ayat yang serupa Ditinjau dari aspek makna, lafal dan susunan atau struktur bahasanya di antara ayat-ayat dalam Alquran banyak yang terdapat keserupaan atau kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Ada yang benar-benar sama, ada yang hanya berbeda dalam dua, atau tiga huruf saja, ada juga yang hanya berbeda susunan kalimatnya saja. Sebagaimana dalam surah Az-Zumar [39] : 23.ٰ “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Alquran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.”
Referensi
Anggraini, 2020,STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL- QUR‟AN HADIST DI KELAS VII MTs NEGERI 1 SELUMA, Bengkulu.
Putri, 2022, STRATEGI MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ASM-SYAFAWIYAH DI RAUDHATUL ATHFAL AR-RIFA’I REJANG LEBONG, Curup.
Junita ,2019,STRATEGI DAN METODE MENGHAFAL ALQURAN (Studi Kasus di Pondok Tahfizh Darul Itqon Bilasundung Desa Paokmotong Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur), Mataram.
Editor: Adis Setiawan