Kuliahalislam-Saadah (sa’adah) dari akar kata sa’ad atau su’ud yang artinya kebahagiaan, keberuntungan, mujur, dan tidak sial. Kebahagiaan, ketentraman, dan ketenangan yang dirasakan manusia dalam hidupnya. Dalam filsafat dan sufi juga berarti puncak kebaikan (khair).
Kajian tentang Saadah telah dilakukan para ahli filsafat. Menurut Aristoteles (384-322 SM), yang dimaksud dengan Kebahagiaan adalah suatu kesenangan yang dicapai oleh setiap orang sesuai dengan kehendaknya ( bersifat relatif).
Misalnya, kebahagiaan bagi orang miskin adalah kekayaan sedangkan kebahagiaan bagi orang sakit adalah kesehatan. Meskipun hal tersebut bersifat relatif, namun menurutnya terdapat lima unsur yang harus dipenuhi seseorang jika ingin mencapai kebahagiaan yang sempurna (as-sa’adah al-kamilah).
Kelima unsur tersebut adalah : memiliki panca indra yang lengkap dan berbadan sehat, memiliki kekayaan yang cukup, memiliki banyak penolong sehingga dapat dengan mudah memenuhi kebutuhannya, mempunyai nama baik dalam masyarakat, tercapai cita-citanya, serta berpikiran tajam, percaya diri, berpegang teguh pada agama, jauh dari kesalahan dan kekhilafan.
Ibnu Maskawih membedakan antara Saadah dan Khair (kebaikan). Menurutnya Khair merupakan tujuan semua orang (bersifat umum). Karena itu Khair mempunyai identitas tertentu sedangkan Saadah tergantung pada orang yang berusaha mendapatkannya.
Baginya, kebaikan relatif adalah kebaikan yang bersifat kondisional sedangkan kebaikan absolut adalah kebaikan sejati. Kebaikan absolut lebih tinggi dan lebih luhur dari kebaikan relatif. Kebaikan absolut merupakan tujuan jauh manusia, sedangkan kebaikan relatif merupakan tujuan dekat manusia. Jika seseorang telah memiliki kebaikan absolut, berarti dia telah sampai kepada kebaikan tertinggi.
Menurut Ibnu Maskawih, kebahagiaan dapat dirasakan oleh dua unsur yang ada pada diri manusia yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Kebahagiaan yang dirasakan oleh jasmani bersifat materiil sedangkan kebahagiaan rohani bersifat spritual.
Kebahagiaan yang bersifat materiil senantiasa diimbangi oleh kepahihan dan kepedihan sedangkan kebahagiaan spiritual lebih sempurna dan lebih kekal nikmatnya. Kebahagiaan spiritual dapat dicapai bila kebahagiaan materi dapat dilepaskan secara berangsur-angsur. Menurutnya, untuk mencapai kebahagiaan tertinggi manusia memerlukan adanya syariat Tuhan.
Syariat ini dapat memberi petunjuk dan jalan bagi manusia untuk mencapai kebaikan, sehingga seseorang dapat meraih kebahagiaan sejati yang merupakan puncak kebaikan tersebut.
Pengertian Saadah juga dikemukakan oleh Imam Abu Hamid Al Ghazali. Kebahagiaan sejati terdapat di akhirat. Namun demikian, manusia dapat merasakan kebahagiaan relatif di dunia sebelum mencapai kebahagiaan sejati. Kebahagiaan di dunia dapat dicapai melalui ingat kepada Allah yang dapat membuahkan Makrifat. Makrifat
Kepada Allah dikatakan sebagai puncak kebahagiaan di dunia karena Allah merupakan sumber segalanya( sumber kelezatan, kenikmatan, kebenaran dan kebaikan sejati).
Menurut Imam Al Ghazali, untuk mencapai Kebahagiaan sejati di akhirat manusia harus memenuhi keutamaan akal budi. Keutamaan ini terdiri dari 4 elemen yaitu sempurna akal dengan ilmu, ifah ( dapat menjaga kehormatan diri) dengan warak ( tidak tertipu oleh bujuk rayu dunia), syaja’ah ( berani karena benar) dengan jihad, adil dengan merakan keinsafan.
Terpenuhinya keempat elemen tersebut membawa pada kesempurnaan akal budi manusia yang dapat menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap Tuhan sehingga timbul kesadaran beragama. Namun, keutamaan akal budi ini tidak akan dicapai jika tidak didahului oleh beberapa keutamaan lain sebagai kebahagiaan tertinggi yang dapat dicapai manusia di dunia.
Keutamaan tersebut adalah : keutamaan jasmani, taufik dan bimbingan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Keutamaan jasmani terbagi atas 4 hal yaitu sehat, kuat, keelokan paras dan panjang usia. Keutamaan jasmani harus disempurnakan oleh keutamaan di luar jasmani. Keutamaan ini juga terdiri dari empat hal yakni kaya harta, banyak keluarga, terpandang dalam masyarakat dan memiliki keturunan yang mulia. Keutamaan-keutamaan tersebut belum sempurna tanpa adanya taufik dan bimbingan Allah yang mencakup hidayah, irsyad (pimpinan) Allah, tasydid (dukungan) Allah dan ta’yid (bantuan) Allah.
HAMKA juga membahas hakikat Saadah dan dasar yang melandasinya. Menurutnya, hakikat Saadah adalah ketentraman hidup belandaskan agama yang dapat dicapai melalui keutamaan pikiran dan budi, kesehatan jiwa dan badan, harta benda yang halalin dan dimanfaatkan pada jalan Ilahi, melalui Kanaah. Unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian tersebut merupakan landasan untuk mencapai kebahagiaan.
HAMKA menempatkan agama sebagai landasan pertama, Karena menurutnya agama merupakan pandangan hidup dan motivator yang dapat mendorong manusia untuk menggapai hidup secara optimis. Selanjutnya, diperlukan keutamaan pikiran dan budi. Melalui pikiran, manusia dapat mengetahui kebenaran suatu hal serta mempertimbangkan antara manfaat dan mudarat yang akan diperoleh.Hal yang dapat dilakukan oleh orang yang berakal dan berpikiran jernih.
Keutamaan pikiran harus diikuti dengan keutamaan budi, karena budi akan mengangkat derajat manusia dari makhluk-makhluk lain. Menurut HAMKA, budi terdiri dari tiga unsur. Pertama, budi sebagai tabiat dalam hidup sehingga budi seseorang menjadi cerminan kepribadiannya. Kedua, budi sebagai hidup yang membentuk karakter dan watak seseorang. Ketiga, budi sebagai hasil belajar, membaca dan meniru orang lain yang lebih berpengalaman. Selanjutnya, kesehatan jiwa dan badan merupakan landasan ketiga untuk mencapai kebahagiaan.
Kesehatan jiwa dapat dicapai melalui lima cara yaitu bergaul dengan para budiman, membiasakan berpikir, menahan syahwat dan kemarahan, bekerja dengan teratur, dan melakukan intropeksi terhadap cita-citanya.
Landasan keempat adalah harta benda. Menurut HAMKA, meskipun harta benda merupakan salah satu faktor yang membawa kebahagiaan, namun hal tersebut tidak boleh memperbudak manusia. Jika manusia telah diperbudak harta maka dia akan senantiasa merasa miskin dan tidak bahagia. Landasan selanjutnya adalah kanaah. Menurutnya, pengertiaan kanaah adalah merasa puas dengan apa yang ada dan senantiasa berupaya mencari yang belum diperoleh. Kebahagiaan dapat dicapai dengan perasaan kanaah yang tertanam dalam hati.