Ka’bah sebagai kiblat umat Muslim di seluruh dunia memiliki tempat yang sangat istimewa dalam hati setiap muslim, ka’bah merupakan arah kiblat seluruh umat muslim di seluruh dunia, tetapi perlu diketahui bahwa arah kiblat dalam salat dahulu awalnya tidak menghadap ke ka’bah atau Masjidil Haram melainkan menghadap ke Masjidil Aqhsa.
Jadi pada zaman dahulu sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah arah kiblat seluruh ummat menghadap ke Masjidil Aqhsa mengapa demikian, karena pada saat itu ka’bah masih sangat penuh dengan berhala diceritakan dalam kisah terdapat 309 berhala termasuk Latta, Uzza dan Manna.
Oleh karena itu pada saat itu kiblatnya kaum Muslimin menghadap ke Baitul Maqdis yang berada di Palestina, meskipun setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah pun Rasulullah SAW masih salat menghadap Baitul Maqhdis selama 17 bulan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa setiap setelah salam dari salatnya Rasulullah selalu mengadahkan wajahnya ke langit seraya berdoa kepada Allah agar mengalihkan arah kiblat dari Baitul Maqhdis ke Masjidil Haram. Salah satu alasan Rasulullah tidak suka kiblatnya menghadap Masjidil Aqsa karena sama dengan kiblatnya kaum Yahudi.
Fakhruddin Ar-Razi dalam kitabnya Mafatihul Ghaib menyebutkan 4 alasan penyebab perpindahan arah kiblat:
- Rasulullah SAW mendengar orang Yahudi “katanya agama Islam tapi kenapa arah kiblatnya sama dengan kiblatnya orang Yahudi.”
- Masjidil haram adalah kiblatnya nabi Ibrahim.
- Kiblat kearah Mmasjidil Haram membuat orang orang tertarik masuk Islam.
- Karena Masjidil haram adalah temapat lahir beliau.
Oleh karena hal itu Allah Menurunkan Firmannya yakni pada surat Al-Baqarah ayat 144:
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَاۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
Rasulullah SAW sangat senang tentunya. Ketika ayat tersebut turun Rasulullah sedang melaksanakan salat berjamaah dimana beliaulah yang menjadi imamnya, lalu beliau berhenti sebentar lalu berputar 180 derajat ke arah Makkah para jamaah terpaksa berjalan memutar dan tetap berada dibelakangnya .
Karena hal tersebut orang kafir bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ”mengapa dia memalingkan mereka dari kiblat yang pernah mereka jadikan arah salat.’’ Untuk menjawab pertanyaan itu Allah menurunkan QS.Al-Baqarah ayat 115 :
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: ”Dan milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Yang dimaksud وَاللَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ adalah Allah berwewenang penuh atas apa yang ada di timur dan di barat, Allah berwewenang penuh atas apa yang ia ciptakan. Sebagaimana rumah itu milik si fulan maka orang tersebut memiliki wewenang penuh atas rumah tersebut.
Nah sedangkan yang di maksud “walillaahil masyriku wal maghribu“ disini ialah Allah menjelaskan kepada mereka, ‘’Barat dan Timur semua milik-Ku, Aku memalingkan muka hamba-hambaku (dalam salat) sesuai keinginan-Ku, maka kearah mana kamu menghadap niscaya disana ada Aku (Allah).”
Menurut ulama lain, ayat ini turun kepada Nabi sebagai dispensasi dari Allah tentang kebolehan menghadap kemana saja dalam shalat sunnah ketika sedang dalam perjalanan, atau menemui kesukaraan dalam shalat wajib.
Seperti mungkin saat berada dalam kendaraan bis, kereta ataupun pesawat dengan demikian, diberitahukan kepada Nabi kemana saja mereka menghadap maka disitu ada Allah sesuai dengan firman-Nya tadi.
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Jadi makna itu adalah milik Allah penguasa semua makhluk yang berada diantara Timur dan Barat dan Dialah yang membuat mereka beribadah sesuai dengan kehendak-Nya, maka hadapkanlah mukamu sekalian hai mukminun ke arah mana saja kamu menghadap disana ada Aku. Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya sholat dalam situasi apapun bahkan saat perang pun umat muslim diwajibkan untuk salat.