Sumber gambar : dokumen pribadi |
Maksud ungkapan di atas kurang lebih memiliki arti bahwa perempuan merupakan seorang ibu yang akan mendidik dan membesarkan anak-anaknya, yang mana anak-anak adalah calon penerus atau pemimpin masa depan dari suatu negara. Jika para ibu mampu mendidik anaknya dengan baik, maka anak-anak tersebut akan dapat tumbuh dewasa dan menjadi penerus dari sebuh bangsa dan negara yang gemilang. Sebaliknya, jika para ibu gagal mendidik anak-anaknya, maka negara akan kehilangan generasi mudanya di masa depan.
Perempuan dan Pendidikan
Dahulu, para aktivis perempuan menyuarakan dengan lantang emansipasi wanita karena partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan. Banyak perempuan yang tidak menempuh pendidikan atau hanya lulusan pendidikan dasar dan tidak melanjutkan ke pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal itu dikarena menset bahwa perempuan kelak hanya akan menjadi seorang ibu, sehingga tidak usah menempuh pendidikan yang relatif tinggi. Anggapan semacam itulah yang coba dihapus oleh para aktivis perempuan seperti RA Kartini dan teman-temannya.
Dalam perspektif Islam, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses pendidikan dan berperan dalam ranah sosial. Perbedaan antara keduanya lebih didasarkan atas kualitas taqwanya saja. Islam sangat menghormati dan menghargai laki-laki dan perempuan secara mutlak di hadapan Allah. Bahkan Islam menghapus diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, mengaggap keduanya setara meski tidak bisa dikatakan sama, jika meminjam istilah Prof Zunahar Ilyas adalah “unik dengan perannya masing-masing dan saling melengkapi satu sama lain”.
Perempuan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam keluarga, yakni sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya inilah yang menuntut adanya pendidikan yang memadahi bagi perempuan. Peningkatan kualitas dan kedudukan perempuan melalui pendidikan adalah menjadi sebuah kewajiban yang harus diperjuangkan dan diprioritaskan. Tentunya peningkatan kualitas perempuan tersebut meliputi kualitas intelektual, keterampilan, kepribadian, dan beberapa kompetensi lainnya sebagai bekal para perempuan menjalani kehidupan yang lebih baik sebagai madrasatul ula dalam keluarga dan juga sebagai pembangun peradaban bangsa melalui generasi-generasi emas yang dihasilkannya. Peran perempuan yang sangat strategis dalam keluarga, yakni sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya inilah yang menuntut adanya pendidikan yang memadahi bagi perempuan.
Kerja keras dan usaha RA Kartini lambat-laun membuahkan hasil yang gemilang. Perempuan mulai sadar akan pentingnya pendidikan bagi dirinya, sekolah-sekolah tinggi pun mulai padat dipenuhi perempuan, bahkan secara kuantitas pada hari ini lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki. Hal itu dikarenakan sikap rajin belajar dan semangat yang tinggi.
Perempuan sebagai Madrasatul ula
Setelah terciptanya kesetaraan pendidikan antara perempuan dan laki-laki pada hari ini, ternyata belum berbanding lurus dengan kemajuan pembangunan peradaban bagsa. Masih banyak generasi muda yang mengalami degradasi mora, rendahnya semangat belajar bahkan meningkatnya kriminalitas dikalangan pelajar. Hal itu membiaskan Perjuangan para aktivis perempuan selama ini. Visi dan tujuan pembangunan peradaban melalui kemajuan pendidikan bagi perempuan sepertinya mengalami pergeseran makna. Perempuan yang sudah mendapatkan jenjang pendidikan tinggi tidak lagi memprioritaskan pendidikan bagi anak-anaknya, malah lebih memposisikan diri menjadi perempuan karir yang sangat sibuk hingga tidak lagi dapat menjadi madrasatul ula dalam keluarga.
Pendidikan bagi perempuan begitu penting karena perempuan sebagaimana laki-laki adalah makhluk yang berhak mendapatkan pendidikan. Melalui pendidikan, perempuan dapat mengembangkan potensi diri agar ia dapat meraih hidup yang lebih baik. Terutama karena perempuan adalah orang yang mendidik anak-anaknya sejak lahir dari rahimnya. Di kalangan ilmuwan sudah diketahui secara umum bahwa pengaruh pikiran dan emosi ibu sangatlah besar terhadap karakter anak. Ini artinya bahwa pendidikan seorang ibu adalah suatu hal yang sangat urgen bagi masa depan anak.
Perempuan dan Peradaban
Jika seorang ibu tidak memiliki pendidikan yang memadai, maka bagaimana mungkin kita dapat berharap mereka dapat mendidik anak-anaknya dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika seorang ibu terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga lalai memberikan pendidikan dan kasih sayang kepada anaknya, maka bersiap pula lah kelak generasi muda penerus bangsa juga akan menganggap pendidikan semata-mata hanya untuk kepentingan materialistik. Jangka panjangnya bangsa akan mengalami degradasi moral, korupsi, Suap, Kecurangan dan semua hal akan dihalalkan, demi Harta dan kekuasaan. Negara tersebut akan mendekati kehancuran secara perlahan.
Oleh : Naufal Abdul Afif (Alumni Pondok Modern Darul Arqam Patean Kendal)