EsaiFilsafat

Visi Hidup Untuk Apa?

2 Mins read

Sebagai manusia, kita hidup yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan, menentukan visi hidup adalah langkah penting untuk mencapai tujuan dan makna yang lebih dalam kehidupan pribadi. Menurut Stephen Covey, seorang penulis buku 7 habbit, visi hidup dapat membantu kita memahami apa yang kita inginkan dan apa yang kita perjuangkan, serta memberikan arah dan tujuan yang jelas untuk kehidupan kita. Kebanyakan manusia yang tidak memiliki kejelasan visi hidup,  terjebak dalam kehidupan yang tidak bermakna dan merugi dalam hal apapun. Cendekiawan Barat, Wayne Dyer bahkan merincikan orang yang tidak memiliki visi hidup yang jelas akan hidup dalam kebingungan dan ketidakpastian

 

Manusia yang non-visi seringkali terjebak dalam rutinitas sehari-hari tanpa arah dan tujuan yang jelas. Ini berkesesuaian dengan Firman Allah SWT: “Demi Masa, Sesungguhnya manusia dalam kerugian” (TQS- Al Ashr:1). Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya HAMKA menjelaskan bahwa Allah menetapkan waktu Ashr bukan hanya sekadar waktu shalat, melainkan juga “penanda waktu” bagi kehidupan orang-orang yang beriman. Beliau juga mendetailkan manusia yang non-visi sebagai orang-orang yang dalam keadaan merugi, disebabkan  tidak memiliki cita-cita yang tinggi dan tidak berusaha untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dalam mengelola nikmat waktu/masa.

 

Proses menentukan visi hidup, kita harus mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita pegang teguh, serta tujuan dan harapan kita di masa mendatang. Mengutip Psikolog terkemuka Brené Brown, bahwa misi hidup yang autentik dapat membantu kita hidup dengan lebih otentik dan bermakna.

 

Jauh sebelum itu, Imam Al-Ghazali, seorang ulama populer dalam sejarah Islam,dalam Kitab Ihya Ulumuddin menguraikan bahwa tujuan hidup seorang muslim adalah untuk mencapai kebahagiaan yang abadi di akhirat, dan untuk mencapai kebahagiaan ini, kita harus memahami dan melaksanakan ajaran Islam dengan benar. Visi seorang muslim sebagai manusia tentang kehidupan juga dapat mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar. Menurut Ibnu Sina, seorang muslim harus berusaha untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan melalui pengetahuan dan tindakan yang baik.

Baca...  Ilmu Hikmah:Titik Temu antara Iman dan Akal

 

Konsekuensi dikehidupan sehari-hari, visi seorang muslim tentang kehidupan dapat mempengaruhi cara pribadi manusia dalam beribadah, berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat, serta berusaha untuk mencapai tujuan hidup. Menukil pandangan Syekh Muhammad Abduh, visi pribadi manusia dapat diteguhkan melalui pendidikan karakter.

 

Inilah yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Iqbal, seorang filsuf dan pemikir Islam kontemporer, bahwa visi hidup adalah pondasi yang kuat untuk membangun kehidupan yang berarti dan bermakna. Ketidakmampuan manusia, khususnya seorang muslim dalam menemukan visi hidupnya,akan berdampak pada masa depannya di dunia maupun di akhirat.

 

Oleh sebab itu, sebagai manusia kita boleh bersyukur kepada Allah SWT bila dikaruniakan nikmat Iman beragama Islam,apalagi dikarenakan ikatan nasab/keturunan.Didunia belahan barat, bahkan banyak manusia yang berlomba-lomba mencari visi hidup sejati dikarenakan mereka mulai menyadari keberadaan materi tidak bisa mengisi kekosongan spiritual jatidiri. Keberadaan Islam, sebagai pondasi spiritual kita dalam mencari visi jatidiri sebagai manusia yang hakiki. Kesadaran visi manusia sebagai makhluk, bukan hanya kepada sesama melainkan juga kepada Allah SWT sebagai Sang Pencipta.  Maka untuk menggapai kesadaran spiritual tersebut, sudilah kembali kita merenungi Perkataan Rasulullah  SAW adalah sebagai berikut,

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seorang sahabatnya:

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: 1) Waktu Muda Sebelum Tua, 2)Waktu Sehat Sebelum Sakit,3)Masa Kaya Sebelum Miskin, 4)Masa Luang Sebelum Sibuk, 5) Hidup Sebelum Mati.” (HR: Al-Hakim, disahihkan Syaikh Al-Albani).

 

Wallahu Alam Bishawab

Achmad Puariesthaufani N

Redaktur Kuliahalislam.com

 

*Referensi:*

 

– Iqbal, M. (1934). The Reconstruction of Religious Thought in Islam.

– Covey, S. (1989). The 7 Habits of Highly Effective People.

Baca...  Rasionalitas, Pedoman Manusia Mencari Kebenaran?

– Brown, B. (2010). The Gifts of Imperfection

– Dyer, W. (2004). The Power of Intention.

–  Imam Al-Ghazali.  Ihya Ulumuddin.

– Ibn Sina. Kitab al-Shifa.

– Syekh Muhammad Abduh. Risalah al-Tawhid.

– -Buya HAMKA, Tafsir Al-Azhar

 

11 posts

About author
Penggemar Buku, Teh, Kopi, Coklat dan senja. Bekerja paruh lepas menjadi Redaktur Kuliahalislam.com .Lekat dengan dunia aktivisme, Saat ini diamanahkan sebagai Bendahara Umum PCM Cilandak,Jakarta Selatan periode 2022-2027 dan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Pengurus Besar Gerakan Pemuda Persaudaraan Muslim Indonesia (PARMUSI) periode 2024-2027.
Articles
Related posts
EsaiOpini

Mengurai Islam Politik di Indonesia

4 Mins read
Setiap kali membicarakan hubungan agama dan politik, setiap kali pula ditemukan semacam ambiguitas bahkan absurditas di dalamnya. Kesan ini timbul karena hubungan…
EsaiFilsafat

Aktivisme Manusia: Sepenggal Hikmah dari Kiai Husnan Bey Fananie

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM- Pada beberapa waktu lalu, ala kulli hal saya berkesempatan untuk duduk bersama mendengarkan nasihat Kiai Prof Husnan Bey Fananie, disela-sela kesibukan…
EsaiFilsafat

Visi Pribadi Muslim: Keseimbangan Ukhrawi dan Duniawi

2 Mins read
KULIAHALISLAM.COM-Modernitas zaman, menuntut pribadi manusia untuk tetap bergerak secara lincah sekaligus dibayangi dengan ketidakjelasan masadepan. Keberadaan visi seorang manusia mampu menjadi katalisator…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights