Esai

Naskah Bima “Bo Sangaji Kai” Sebagai Ingatan Kolektif Bangsa

7 Mins read

KULIAHALISLAM.COM – Bo Sangaji Kai adalah harta benda pusaka yang tidak ternilai harganya bagi pemerintah daerah dan masyarakat Bima. Karena itu, penting untuk membaca, menelaah dan mendiskusikan terus-menerus semua naskah-naskah dan manuskrip kuno atau naskah yang belum diungkap agar bisa digunakan dan diimplementasikan dari awalnya suatu pusaka, ditelaah berubah menjadi pustaka, dari pustaka yang komprehensif menjadi pusaka yang bisa digunakan sebagai pedoman, petunjuk, panduan dan identitas jati diri seluruh warga masyarakat dalam aktivitas kehidupan keseharian berkeluarga, beragama bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

Konsinyeri Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional (IKON), yang berlangsung pada tanggal 22-24 Agustus 2024, telah menghasilkan rekomendasi naskah-naskah kuno untuk ditetapkan sebagai IKON, ada tujuh naskah tersebut, yaitu pustaha Laklak Tambar Ni Hulit (Sumut), Lontar Sri Tanjung (Banyuwangi), Lontara Atorriolong Bone (Bone), Primbon Tengger (Jatim), Undang-undang Simbur Cahaya (Sumsel), Kidung Bwana Karya Ida Pedanda Ngurah (Badung Bali), dan Bo Sangaji Kai (Bima).
Dalam sambutannya, Plt Kepala Perpusnas RI, Beliau mengatakan bahwa, “Naskah yang telah direkomendasikan menjadi IKON, selanjutnya harus digiring dengan berbagai cara agar tidak menjadi memori jangka pendek. Oleh karena itu, jejaring dan ekosistem pernaskahan perlu senantiasa diperkuat, agar Ingatan Kolektif Nasional ini dapat terus diutamakan, baik secara nasional maupun internasional”, ucap Prof. E. Aminuddin Azis, PhD.
Dengan demikian, setelah mendapat persetujuan registrasi naskah-naskah tersebut, kemudian pemerintah daerah selaku penyelenggara utama yang mengajukan naskah sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON), diberikan sertifikat penghargaan kepada Naskah dan lembaga daerah pemilik Naskah, dalam hal ini (Naskah “Bo Sangaji Kai” Daerah Bima), sebagai tindak lanjut keseriusan komitmen untuk menjaga, merawat, menelaah, mensosialisasi dalam bentuk alih wahana bahasa, karya-karya audiovisual, micro film, buku bacaan berseri, komik, dan buku ajar, buku suku dan panduan kepada sekolah-sekolah, bagi pemerintah daerah, dinas terkait, organisasi agama, wanita, dan pemuda, dll, serta pejabat-pejabat publik, politisi-politisi dan kalangan warga masyarakat.

Sebelumnya, pihak Museum Kebudayaan Samparaja, bekerjasama dengan pemerintah kabupaten Bima dan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mannassa), berawal dari kolaborasi lembaga tersebut, yang menginisiasi dalam menyelenggarakan seminar Nasional, dengan mengangkat tema kajian tentang “Naskah Bima Sebagai Ingatan Bangsa”, agenda pada tanggal 4 Desember 2024, mulai 08:00 WITA – 16:00 selesai. di Aula pemerintah kabupaten (Bupati) Bima. Panitia penyelenggara mengundang, yakni bapak Dr. Munawar Halil, Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mannassa), Prof. Dr. Oman Fathurrahman (pakar Filolog, dan Guru Besar Ilmu Budaya UI), bapak Dr. Aditia Gunawan, (Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpusnas RI), Prof. Dr. Muhlis Hadrawi (Guru besar, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin), dan Dr. Hazmirullah, S.s (Filolog, Jurnalis), Dr. Nur Nurmita, MA (Universitas Padjajaran), dan moderator Ibu Dr, (Cand) Dewi Ratna Muchlisa, SE. M. hum, (Kepala Museum Kebudayaan Samparaja dan Dosen UNSWA).
Kemudian, ditindaklanjuti dengan agenda sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional (IKON), pada tanggal 26-27 April, di Hotel Marina Inn, Kota Bima. Mengundang Narasumber, yakni bapak Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro (Ketua Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional), Dr. Ahmad Masykuri (Pustakawan Utama Perpusnas RI, Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional), Munawar, Mpd (Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga, Dikbudpora Kota Bima), Fahrurizki, S.s (Mbojoklopedia), Dewi Ratna Muchlisa SE M.Hum (Kepala Museum Samparaja dan Dosen UNSWA), dan moderator oleh, Ram Marcellino, S.Hum (Pustakawan Perpusnas RI), dan Bukhari S.sos (Pustakawan Perpusda Kota Bima).

Baca...  Islam Kedamaian Menjaga Keadaban Bermasyarakat

Seri diskusi ingatan Kolektif Nasional #3, Topik diskusi Bo Sangaji Kai dan riwayat panjang kesultanan Bima. Narasumber Prof. Dr. Abdul Wahid Mpd. Mag (Guru Besar Antropologi Agama, UIN Mataram), Dr (Cand) Dewi Ratna Muchlisa Mandyara SE MHum (Kepala Museum Samparaja dan Dosen UNSWA), dan moderator Bukhari S.sos (Pustakawan Perpusda Kobi). Pada hari Selasa, 11 Juni 2024. Via online zoom meeting. Kemudian diskusi lanjutan Seri diskusi ingatan Kolektif Nasional #4, Topik diskusi Perempuan Dalam Naskah Bo Sangaji Kai. Narasumber Prof Dr. Atun Wardatun MA (Guru Besar Hukum Keluarga Islam, UIN Mataram), dan moderator Riana Kusuma Wardani, S.psi (Pustakawan Perpusda Kobi), pada hari Jum’at 14 Juni 2024. Via online zoom meeting.

*Seri Diskusi Ingatan Kolektif Nasional #17*, Bo’ Sangaji Kai merekam berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi di Kerajaan/Kesultanan Bima pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Tentu saja, di dalamnya, terkandung berbagai nilai yang bisa jadi masih relevan untuk diterapkan pada masa kini dan masa mendatang. Lantas, apa saja nilai-nilai yang terkandung di dalam Bo’ Sangaji Kai tersebut? Masih relevankah nilai-nilai itu untuk diterapkan pada masa kini dan masa mendatang? Tantangan apa saja yang bakal dihadapi untuk penerapan nilai-nilai tersebut? Apa saja upaya yang harus dilakukan sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam Bo’ Sangaji Kai dapat diterapkan dalam keseharian masyarakat?, Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, Perpustakaan Nasional bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bima akan menyelenggarakan *DKT Seri Diskusi Pengarusutamaan Naskah Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON)* dengan tema *Bo’ Sangaji Kai dan Tantangan Pewarisan Nilai*. Narasumber:(*Dr. Muhammad Mutawali*(Dosen Pascasarjana UIN Mataram), *Dr. Syukri* Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES), Fakultas Syariah UIN Mataram), Moderator: *Lila Ramadhani Sukendy, S.M.* Anggota DPRD Kabupaten Bima). Kamis, 18 Juli 2024. 09.00 WITA – selesai.

Kemudian, lanjut Seri Diskusi Ingatan Kolektif Nasional #18. Banyak aspek dalam perjalanan sejarah Kesultanan Bima yang terhubung dengan Makassar, mulai dari proses pengislaman hingga proses pernikahan para petinggi kesultanan. Secara berkala, para petinggi Kesultanan pun diharuskan pergi ke Makassar lantaran pejabat VOC bermarkas di sana. Bima pun disebut-sebut mewarisi tradisi penulisan sejarah dari wilayah Makassar yang menjadi latar belakang penulisan bo’, termasuk Bo’ Sangaji Kai yang diusulkan menjadi Ingatan Kolektif Nasional (IKON). Akan tetapi, di luar itu, Bima dan Makassar pun pernah terlibat konflik yang cukup menggegerkan.
Seperti apa sesungguhnya hubungan Bima-Makassar? Sejak kapan hubungan itu terjalin? Mengapa hubungan itu dapat terjalin? Apa pula latar belakang konflik yang pernah melibatkan Bima-Makassar? Siapa saja yang terlibat? Banyak sekali pertanyaan yang diajukan dalam perjalanan sejarah kedua negeri. Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, Perpustakaan Nasional bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bima akan menyelenggarakan DKT Seri Diskusi Pengarusutamaan Naskah Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dengan tema *”Pasang Surut Hubungan Bima dan Makassar”*. Narasumber:*Prof. Siti Aisyah, MA. Ph.D* (Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar), *Aminullah (N. Marewo) *Sastrawan, Penulis). Moderator: *Bukhari, S.Sos*), Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bima. Selasa, 23 Juli 2024. 09.00 WITA – selesai.

Baca...  Kesetaraan Gender dalam Rumah Tangga

Renungan Pertanyaan

Apa sebenarnya makna dalam bo Sangaji Kai? Apa sebenarnya tercatat dalam Bo Sangaji Kai? Apa saja kekhasan naskah Bo Sangaji Kai? Apa saja isi naskah Bo Sangaji Kai? Apa saja signifikansi naskah Bo Sangaji Kai? Apa saja relevansi isi naskah Bo Sangaji Kai? Apa tujuan, metode dan implementasi agar naskah Bo Sangaji Kai, di refleksi oleh warga? Apakah naskah Bima Bo Sangaji Kai akan diubah digitalisasi agar bisa di akses oleh semua kalangan masyarakat? Apa langkah-langkah pemerintah daerah, Museum asi Mbojo, museum Samparaja, majelis adat dan semua pihak lainnya agar naskah Bo Sangaji Kai dapat terus hidup untuk dibaca, ditelaah dan di implementasi dalam aktivitas kehidupan beragama bermasyarakat dan bernegara berbangsa? Apa dan siapa otoritas yang bertanggung jawab agar naskah Bima Bo Sangaji Kai ini bisa dikenalkan ke kaum aktivis muda dan mahasiswa serta pelajar lainnya, untuk digunakan disekolah dan aktivitas keseharian?
Dimanakah nilai-nilai luhur warisan pada pendiri tokoh-tokoh kerajaan dan kesultanan Bima dan pandangan warga zaman dulu? Dimanakah norma etika dan sejarah budaya luhur daerah Bima agar diterapkan dalam kehidupan masyarakat Bima masa kini? Bima sebagai daerah yang dikenal sebagai Daerah yang beradab dengan perjalanan panjang sejarah, budaya, politik, dan segala aspek kehidupannya? Bima sebagai daerah yang dikenal sebagai Daerah yang berbudaya dengan perjalanan wisata budaya dan kreatif masyarakat dalam segala lini kehidupannya?

Upaya Pemda

Museum Kebudayaan Samparaja, Kota Bima, bekerjasama dengan Perpustakaan dan Arsip Nasional RI, Perkumpulan Pernaskahan Nusantara, dan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusda) Kota Bima, menindaklanjuti acara seminar Nasional tentang Naskah “Bo Sangaji Kai”, sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON), sebagai upaya pengarusutamaan pernaskahan Nusantara di Indonesia agar supaya tercatat dalam Ingatan Kolektif Nasional, dan Memori Of The World (MoW).
Adapun Museum Kebudayaan Samparaja Kota Bima, selaku panitia penyelenggara utama seminar Nasional Pengkajian Naskah Bo Sangaji Kai, mengundang beberapa narasumber, dalam membahas isian naskah Bo Sangaji Kai ini dari berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan yakni; Bapak Prof. Dr. Muchlis Paeni, MA (Ketua Dewan Pakar, Masyarakat Pernaskahan Nusantara, dan Ketua Dewan Ingatan Kolektif Nasional), Ibu, Dr, (Cand) Dewi Ratna Muchlisa, S.E, M. Hum (Kepala Museum Kebudayaan Samparaja, dan Dosen Universitas Nggusuwaru), Bapak Prof. Dr. Abdul Wahid, M.Ag, M.pd (Guru Besar Antropologi Agama, UIN Mataram), dan Prof. Dr. Atun wardatun, MA, PhD (Guru Besar hukum Keluarga Islam UIN Mataram), Dr. Hazmirullah, MA (Filolog, Penulis Sejarah dan Jurnalis) dan dimoderatori oleh, Bukhari, S.sos (Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bima).

H. Ahmad Fathoni, SH, (Kadis Perpusda Kobi), dalam sambutan mengatakan bahwa, “Kegiatan-kegiatan seminar Nasional membahas tentang Naskah-naskah dan manuskrip kuno yang dimiliki oleh Daerah Bima adalah sesuatu yang sangat penting dan utama untuk membangun sendi-sendi yang paling hakiki untuk kebudayaan dana ro rasa dana Mbojo, yakni adanya naskah Bima “Bo Sangaji Kai”, karena itu kita akan terus memperjuangkan pusaka-pusaka yang dimiliki oleh Daerah Bima, khususnya naskah “Bo Sangaji Kai” sebagai pusaka naskah yang akan tercatat sebagai Ingatan Kolektif Nasional dan Memori Kolektif Bangsa, terutama bagi Bima”. Lebih lanjut, “kami akan membuat pusat-pusat kajian untuk memfasilitasi, memperkenalkan, dan mengimplementasikan pusaka Naskah Bima “Bo Sangaji Kai” kepada anak-anak pelajar SMA, SMP dan anak SD. Agar supaya naskah-naskah tersebut bisa dikaji, didalami, ditelaah dan di implementasikan oleh setiap kalangan warga sebagai pengenalan jati diri, identitas dan pandangan hidup beragama, bermasyarakat, bernegara dan berbangsa”. Ucap Kadis Perpusda

Baca...  Semangat Kaum Muda Meraih Kemajuan Negara (Memperingati Hari Pahlawan Nasional 2023)

Sedangkan, bapak Dr. Agus Sutoyo, M.Si (Kepala Pusat Jasa dan Informasi Perpusnas RI dan Kepala Pengelolaan Pernaskahan Nusantara, Indonesia), dalam sambutannya mengatakan bahwa, “Pengarusutamaan pernaskahan Nusantara adalah salah satu program prioritas dari Perpusnas RI. Tujuannya agar naskah-naskah kuno ini bisa dikaji, didalami, dan dikenalkan kepada generasi muda, warga masyarakat dan mempublikasikan hasil pengkajian naskah-naskah tersebut di alih bahasakan kedalam bahasa Bima. Naskah Bima “Bo Sangaji Kai” salah satu naskah yang di pilih dan di registrasi oleh Perpusnas RI dan Dewan Pernaskahan Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) dan Memori Of The World (MoW)”. Ucap bapak tersebut

Ikhtiar Kedepan

Museum Kebudayaan Samparaja, bekerjasama dengan Perpustakaan dan Arsip Nasional RI (Perpusnas), Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Mannasa), Pemerintah Walikota Bima, Bupati Daerah Kabupaten Bima, Dinas Perpustakaan-Arsip Daerah Kota Bima, dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah serta pemerhati sejarah dan budaya, sastrawan, penulis dan jurnalis masyarakat umum, kaum muda mahasiswa dan pelajar lainnya. Untuk terus menerus sosialisasi, koordinasi, kristalisasi, dan implementasi agar supaya naskah “Bo Sangaji Kai” dapat terwujud sebagai Ingatan Kolektif Nasional dan Memori Kolektif Dunia, dalam aktivitas kehidupan beragama bermasyarakat dan bernegara berbangsa.

Dengan demikian, bahwa kebudayaan dan kemajuan suatu Daerah tidak hanya sebatas budaya seni suara, seni tari, seni ukir dan seni rupa, budaya bangunan museum, budaya material dan lainnya. Melainkan ada yang lebih subtansi budaya dan kebudayaan adalah bagaimana setiap warga negara, dari pejabat-pejabat publik politisi-politisi dan tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya atau stakeholder yang konsern dengan sejarah dan kebudayaan akan selalu berawal dari memulai membaca, menelaah, meneliti, mengkaji dan mendiskusikan suatu gagasan atau imajinasi dalam membangun suatu daerah membaca naskah-naskah, manuskrip-manuskrip kuno, dokumen dan karya-karya yang diwarisi oleh para pendiri dan tokoh-tokoh bangsa atau daerah, yang diwariskan oleh leluhur sejak lama dan bernilai pusaka dalam merekam setiap jejak dan peristiwa gejolak dan dinamika daerah dan masyarakat yg hidup di dalamnya.

Dengan kata lain, dalam membangun suatu daerah, masyarakat dan negara penting untuk membaca dan mengkaji naskah-naskah dan manuskrip kuno yang dimiliki dan diwariskan oleh para pendiri dan tokoh-tokoh leluhur sebagai pedoman, petunjuk, panduan dan arah kompas kebijakan agar berjalan menuju keadaban dan kemajuan untuk masyarakat, karena gagasan narasi dan imajinasi dalam terukir dalam naskah-naskah tersebut berhubungan sangat erat dengan pandangan dan jiwaraga setiap pejabat dan tokoh agama, budaya serta warga masyarakat di daerah.

10 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Makna Ziarah Kubur dalam Perpektif Islam

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Ziarah kubur bukanlah masalah yang baru di kalangan masyarakat. Tetapi sudah dimaklumi keberadaannya dan sudah direalisasikan pada masa Rasulullah SAW….
Esai

Melihat Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizah

5 Mins read
Komunitas Yahudi selanjutnya yang melakukan pengkhianatan terhadap hak persamaan warga negara dalam negara Madinah adalah Bani Quraizah. Sampai dengan tahun 627 M…
Esai

Semarak Pemilih dalam Pilkada Kota Bima 2024

3 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Komisi pemilihan umum, dari tingkat nasional hingga daerah, melewati tahapan pilkada yakni pemilihan nomor urut paslon, untuk pemilihan Gubernur, Bupati…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights