Esai

Musibah Kematian Manusia Dalam Perspektif Islam

6 Mins read

Manusia adalah makhluk yang paling istimewa di dunia ini, manusia terus mengalami perubahan (change over time), memulai kehidupan dalam kandungan ibu selama sembilan bulan melalui tahapan nuthfah (0-2 minggu) biasa disebut dengan zigot, alaqah (2-8 minggu) biasa disebut dengan embrio, kemudian mudhghah (9 minggu-lahir) biasa disebut dengan janin atau fetus, kemudian manusia lahir ke dunia dalam keadaan fithrah (suci) yakni membawa nilai-nilai ketauhidan (mengesakan Allah), kemudian lahir ke dunia biasa disebut dengan infancy (usia 0-2 minggu), usia ini adalah kritis bagi bayi, perlu sikap positif, peka, stimulus dan respons yang kuat, memberi stimulan dan respons yang cepat lalu tumbuh menjadi bayi (usia 2 minggu-2 tahun), kanak-kanak (thufuulah) atau biasa disebut dengan usia emas (golden age) dimulai dari usia 2-10 tahun, remaja (usia 10-19 tahun), dalam Islam usia remaja digolongkan dalam baligh (sudah sampai umur) dan sudah terbeban hukum (mukallaf), kemudian berlanjut ke tahapan kehidupan manusia yang paling panjang dan kompleks adalah usia dewasa (usia 30-60 tahun) kemudian lanjut usia (usia 60-an ke atas) sampai meninggal, Rentang kehidupan manusia diabadikan Allah Swt di dalam Alquran Al-Hajj ayat 5, mengimani ada kehidupan setelah kematian.

Arti Kematian Dalam Islam

Kematian dalam Islam memegang peranan penting seperti menjaga keimanan dan akhlak pemeluk Islam. Bahwa kematian dipahami melalui beberapa konsep seperti Rest; Perjalan yang terbagi menjadi Keberangkatan, Pemisahan, dan Akhir; Manusia yang dapat dispesifikasikan sebagai Penyelamat dan Penolong; dan Hadiah (Untuk Orang Lain). Dengan demikian, bahwa pemahaman tentang kematian mempunyai struktur konseptual dasar, yaitu Kematian Adalah Hidup; kematian dikonsepkan sebagai kehidupan karena peristiwa kematian dipahami sebagai aktivitas manusia. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Islam memandang kematian secara positif (kecuali pada Death Is An Adversary).

Setiap manusia pasti akan menemui kematian yang waktunya dirahasiakan Tuhan. Islam memandang kematian sebagai suatu kepastian, keberkahan, nasehat, dan pengingat bagi manusia untuk mengambil hikmah darinya.

Penyebutan kata mati dan hidup berdasarkan konsep Islam merupakan suatu mata rantai kehidupan yang saling menghubungkan. Artinya kematian merupakan dimensi kehidupan selanjutnya dan akan terjadi setelah proses kehidupan pertama. Peristiwa mati dan hidup, oleh Al-Qur’an dinilai sebagai salah satu bentuk penciptaan yang patut dicermati; bahkan perhatian terhadap dua kata ini (mati dan hidup) memerlukan analisa yang sebenarnya, dengan mengacu pada sifat Tuhan melalui representasi asma’ al-husna, bahwa kadar kebaikan Tuhan memang tidak terbatas. Dengan kata lain, mati dan hidup merupakan ciptaan Tuhan yang patut disyukuri dan diterima dengan setulus-tulusnya sebagai landasan ketakwaan seorang hamba dalam konteks keimanan.

Dengan demikian, kematian dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan di satu sisi dan sesuatu yang ditunggu di sisi lain. Untuk menghormati momen ini, orang-orang berkumpul dan berdoa untuk kematian dan diri mereka sendiri. Upacara yaitu hari raya memberikan dampak yang menguntungkan dalam kehidupan sosial mereka, menciptakan keharmonisan dan solidaritas antar anggota masyarakat.

Baca...  Jenang Kudus: Tradisi Manis dalam Budaya Islam Nusantara yang Unik

Kematian dengan sendirinya akan dihindari oleh manusia karena dianggap sebagai sesuatu yang menyakitkan atau tidak menyenangkan. Kematian sendiri dianggap sebagai tahap terakhir kehidupan di dunia. Kematian dalam Psikologi Islam adalah proses pemisahan jiwa dari tubuh. Apabila konsep kematian dilihat dari sudut pandang Psikologi Islam, maka dapat diketahui bahwa ketika ruh berpisah dengan raga, maka ruh akan tetap ada dan kembali ke alam keluhuran meskipun raga telah musnah.

Pertanyaan tentang kematian merupakan suatu hal yang rumit untuk ditafsirkan. Sebab makna kematian tergantung dari bagaimana sudut pandang seseorang yang diperoleh selama hidup di dunia. Kematian di berbagai daerah selalu disertai dengan proses ritualisasi, alasan disebut ritualisasi adalah pandangan bahwa jika seseorang mengalami kematian, bukan berarti ia telah menghilang atau mengakhiri hidupnya.

Kematian merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi setiap makhluk hidup. Kepercayaan terhadap kematian dan kehidupan setelah kematian tentunya sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Seperti halnya pemahaman makna syahid bagi kelompok tertentu. Pemahaman tersebut berdampak pada kehidupan kelompok lain, misalnya bom bunuh diri, menyerang kelompok lain yang dianggap sesat. Selain itu, berbagai kepercayaan (agama) juga mengartikan kematian dan akhirat dengan penafsiran yang beragam.

Kematian merupakan peristiwa penting yang sangat mengharukan dalam sebuah drama kehidupan, sehingga peristiwa seperti itu tidak boleh dibiarkan begitu saja. Dalam tradisi tradisi, kematian selalu memunculkan berbagai ritual, yaitu ritual sakral.

Kematian Dalam Alquran

Kematian adalah akhir dari setiap kehidupan di dunia. Al-Qur’an menyebut kematian sebagai ajal, tawaffa atau pasrah’. Istilah ini terdapat di empat belas tempat dalam Al-Qur’an yang kesemuanya mengandung makna yang sama, yaitu kematian. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana kematian dalam perspektif Al Quran. Menurut Al-Qur’an, kematian adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi pada semua makhluk hidup, yaitu makhluk yang mempunyai jiwa dalam tubuh (fisik). Kematian dalam perspektif Al-Quran adalah putusnya keterikatan ruh dengan jasad dalam wujud yang diketahui, disertai perubahan keadaan, serta perpindahan dari satu alam ke alam lain. Pemisahan antara jiwa dan raga inilah yang menjadi pintu gerbang memasuki kehidupan baru.

Para mufasir seperti Ibnu Katsir, Sayyid Quthb, Buya Hamka, ‘Aidh al-Qarni, dan Quraish Shihab sepakat bahwa kematian menurut Al-Qur’an adalah sesuatu yang pasti. Namun, tidak ada manusia yang bisa mengetahui kapan kematian akan terjadi. Allah SWT. dalam Al-Quran hanya menjelaskan adanya perjanjian antara manusia dengan Tuhannya serta proses penciptaan manusia, namun tidak menjelaskan kapan suatu makhluk akan mati. Al-Qur’an juga menjelaskan sebab-sebab mengapa seseorang akan mengalami kematian, seperti terbunuh, sakit, dan kecelakaan. Semuanya menjadi jalan menuju kematian.

Baca...  Penolakan Gereja di Jagakarsa Analisis Melalui Teori Fazlur Rahman

Kematian bukanlah akhir dari keberadaan manusia, seperti yang dinyatakan oleh para filsuf materialis, namun pintu gerbang menuju tingkat keberadaan berikutnya. Kehidupan di dunia dan kematian merupakan suatu jaringan sistem dalam mekanisme penciptaan. Kematian merupakan bagian dari persiapan menghadapi kehidupan berikutnya, yang akan melengkapi realitas keberadaan manusia, yang akan membawanya ke tujuan akhirnya, Surga atau Neraka. Tolak ukur kemajuan dan peradaban manusia tidak bisa hanya didasarkan pada prestasi materi saja, karena semua itu sama sekali tidak menjamin kemanfaatan bagi kelangsungan keberadaannya yang tidak berakhir dengan kematian fisiknya.

Dalam Islam, kematian merupakan salah satu tahapan perjalanan yang harus dilalui oleh semua manusia. Jika dipahami dan didekati dengan cara yang benar, sesungguhnya kematian adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri. Inilah poin penting yang ingin penulis sampaikan. M. Quraish Shihab, dalam buku ini. Melalui penelitian pandangan berbagai kalangan, mulai dari para filosof, ilmuwan, umat beragama, dan tentunya Al-Qur’an. Penulis ingin menekankan bahwa tidak ada manusia yang luput dari kematian. Hindari saja. Cara terbaik menghadapinya adalah dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Sebab dengan adanya kematian, sebenarnya manusia sedang memasuki babak baru dalam hidupnya.

Kematian merupakan sebuah permasalahan yang tidak pernah berakhir dalam kehidupan. Kematian adalah suatu kepastian bagi semua orang. Kematian adalah keniscayaan yang tidak terelakkan, bisa dirasakan oleh manusia kapan saja di sepanjang kehidupannya.

Dalam pendekatan psikologi qur’ani, kematian dipandang sebagai peristiwa yang ghaib dialami oleh setiap insan yang hidup pas mengalami kematian ataupun wajib merasakan peristiwa kematian. Psikolog qur’ani dapat mempelajari bagaimana sikap dan pandangan manusia terhadap masalah kematian, bagaimana psikis manusia disaat-saat menjelang peristiwa kematian (sakratul maut). Kepercayaan manusia terhadap kematian merupakan salah satu motivasi manusia beragama. Boleh dikatakan bahwa adanya kematian mengingat mati merupakan dasar manusia untuk beragama.

Respon Terkait Kematian

Setiap kali mendapat, mendengar, dan menerima kabar duka dari keluarga, sesama tetangga dan kerabat dekat menerima kabar berita, maka kita akan berucap Innalillahi Wainnailaihi Raji’un (bahwa sesungguhnya semua manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT), kalimat ini diucapkan saat seseorang dalam hidupnya, mendapat atau merasakan kabar duka, musibah atau ujian kesulitan yang menderanya. Bahwa, dalam hidup ini manusia tidak terlepas dari konsepsi kehidupan dan kematian, kegembiraan dan kesedihan, kesendirian dan kebersamaan, kesuksesan dan kegagalan, semuanya itu ibarat dua sisi mata koin yang bisa dilepaskan atau dipisahkan. Karena itulah hakikat intinya dari nilai-nilai hidup manusia dimuka bumi atau dunia yang fana sementara penuh dengan fatamorgana, ujian cobaan, halangan rintangan pun juga rasa kebaikan, kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan, yang membuatnya untuk terus melakukan menebar kebaikan, harkat martabat kemuliaan atau keselamatan untuk sesama manusia dalam aktivitas kehidupan. Namun, dari fenomena yang kerapkali sulit dihadapi oleh manusia manusia adalah saat diri kita, anggota keluarga, teman-teman atau kerabat dekat dan masyarakat lainnya adalah saat mendapat atau mendengar kabar kematian.

Baca...  Pendekatan Teori Double Movement Pada Penistaan Agama Oleh Sukmawati Soekarno Putri

Ada sebagian yang sudah rela ikhlas, tulus dan ridho atas musibah ujian kematian yang dihadapinya, karena manusia-manusia ini selalu mau sadar, ingat, dan dekat berfikir zikir kepada Allah SWT terkait hakikat inti dari proses hidup dan kehidupan manusia di dunia. Respon ini sebagai bentuk orang-orang yang selalu mengerti paham dan makna dari hakikat keberadaan manusia di dunia ini. Ini adalah bentuk orang-orang yang wafat atau kembali berhadapan dengan Allah SWT dengan jiwa tenang, damai, amal jariyah dan khusnul khatimah dihadapan Tuhan maha pengasih penyayang dan Rahmat ampunan dari Allah SWT. Ada sebagian yang masih sulit atau kaget dalam mendapat menerima kabar kematian ini, karena sebelumnya tidak dapat kabar berita informasi atau pengetahuan terkait proses musibah wafatnya seseorang baik anggota keluarga, tetangga dan kaum kerabat sekitar. Orang-orang jenis ini adalah orang-orang yang mendapat ujian cobaan atau derita sakit yang berkepanjangan namun tetap sabar, tabah, ikhlas dan ikhtiar kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan atau Rahmat ampunan untuk menggugurkan segala dosa, salah dan khilafnya, derita ujian sakit sebagai sarana meringankan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT Tuhan maha cinta bagi makhluk-nya manusia-manusia dan alam semesta raya. Namun, ada sebahagian lagi orang-orang yang hanya respon nampak terlihat santai, tidak peduli, mencela, menebar fitnah, ghibah dan berkata-kata buruk terhadap keluarga yang mendapat kabar berdukacita, musibah yang dihadapi oleh setiap almarhum/almarhumah, dari keluarga dan kaum kerabat sekitarnya.

Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, semua orang punya persepsi atau pendapat terkait perasaannya saat menghadapi kejadian tersebut, ada yang hanya merespon secara sopan santun dan penuh akhlak mulia dalam menjaga perasaan keluarga yang berduka, ada yang mengumbar secara terang-terangan tanpa tau adab atau etika sosial, bahkan ada yang menjadikan musibah, dukacita tersebut sebagai bahan obrolan, gunjingan, kapitalisasi atau malah jatuh kedalam lembah keburukan dalam interaksi sosial dan bermasyarakat.

10 posts

About author
Alumni Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis adalah Redaktur Pelaksana Kuliah Al-Islam
Articles
Related posts
Esai

Naskah Bima "Bo Sangaji Kai" Sebagai Ingatan Kolektif Bangsa

7 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Bo Sangaji Kai adalah harta benda pusaka yang tidak ternilai harganya bagi pemerintah daerah dan masyarakat Bima. Karena itu, penting…
Esai

Makna Ziarah Kubur dalam Perpektif Islam

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Ziarah kubur bukanlah masalah yang baru di kalangan masyarakat. Tetapi sudah dimaklumi keberadaannya dan sudah direalisasikan pada masa Rasulullah SAW….
Esai

Melihat Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizah

5 Mins read
Komunitas Yahudi selanjutnya yang melakukan pengkhianatan terhadap hak persamaan warga negara dalam negara Madinah adalah Bani Quraizah. Sampai dengan tahun 627 M…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights