Alqur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, khususnya dalam aspek kebahasaan. Keindahan, kesempurnaan, dan kedalaman bahasa yang dikandungnya menjadi bukti bahwa kitab suci ini bukanlah karya manusia biasa, melainkan karya Yang Maha Kuasa yang hakikatnya melampaui segalanya. Namun, apakah keajaiban ini masih bisa diwariskan dalam bentuk terjemahan Alqur’an?
Bahasa Arab sebagai medium penyampaian wahyu Alqur’an memiliki keistimewaan yang luar biasa, sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat, di antaranya:
Az-Zukhruf [43]:3
اِنَّا جَعَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَۚ
“Sesungguhnya Kami menjadikannya sebagai Al-Qur’an yang berbahasa Arab agar kamu mengerti.”
Fussilat [41]:3
كِتٰبٌ فُصِّلَتْ اٰيٰتُهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَۙ
“Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan sebagai bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum yang mengetahui.”
An-Nahl [16]: 103
وَلَقَدْ نَعْلَمُ اَنَّهُمْ يَقُوْلُوْنَ اِنَّمَا يُعَلِّمُهٗ بَشَرٌۗ لِسَانُ الَّذِيْ يُلْحِدُوْنَ اِلَيْهِ اَعْجَمِيٌّ وَّهٰذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُّبِيْنٌ
“Sungguh, Kami benar-benar mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) hanyalah diajarkan kepadanya (Nabi Muhammad) oleh seorang manusia.” Bahasa orang yang mereka tuduh (bahwa Nabi Muhammad belajar kepadanya) adalah bahasa ajam (bukan bahasa Arab). Padahal, ini (Al-Qur’an) adalah bahasa Arab yang jelas.”
Kesimpulan dari ayat-ayat di atas adalah bahwa bahasa Arab dipilih sebagai medium penyampaian wahyu Alqur’an karena keunggulannya yang luar biasa dalam menyampaikan makna secara mendalam, jelas, dan ringkas. Bahasa ini tidak hanya efektif dalam menjelaskan pesan-pesan Allah kepada masyarakat Arab pada masa turunnya wahyu, tetapi juga memiliki struktur yang kaya dan fleksibel yang memungkinkan pengungkapan berbagai dimensi makna.
Dengan sifatnya yang mubīn (jelas), bahasa Arab dalam Alqur’an mampu menghilangkan ambiguitas, sekaligus membuktikan keistimewaannya sebagai mukjizat yang tidak mungkin ditiru oleh manusia.
Bahasa dalam Alqur’an juga memiliki struktur yang tidak biasa dan sangat berbeda dari bahasa sehari-hari. Sebagai contoh, Surah Al-Qari’ah menggambarkan keindahan ritme dan susunan kata yang memukau pendengar.
Struktur dan pola bahasanya mampu memberikan makna mendalam sekaligus memuaskan bagi orang awam maupun cendekiawan. Lebih dari itu, Alqur’an tidak hanya menyentuh aspek estetika tetapi juga intelektual.
Ayat seperti QS. Yasin [36]: 80, “Dialah yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau. Kemudian, seketika itu kamu menyalakan (api) darinya.” Ayat ini dapat dipahami secara sederhana oleh orang awam, namun di sisi lain menawarkan kedalaman filosofis dan ilmiah bagi para pemikir.
Tantangan dalam Terjemahan
Secara historis, polemik seputar penerjemahan Alqur’an telah berlangsung sejak masa awal Islam. Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, pernah mengizinkan orang Persia yang baru masuk Islam untuk membaca makna Surah Al-Fatihah dalam bahasa Persia saat salat.
Namun, izin ini diberikan dengan syarat ketat dan hanya diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar tidak mampu melafalkan bahasa Arab. Belakangan, Abu Hanifah merevisi pendapatnya dengan menekankan pentingnya belajar bahasa Arab untuk menjaga autentisitas Alqur’an.
Pandangan ini sejalan dengan mayoritas ulama dari mazhab lain, seperti Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, yang menegaskan bahwa Alqur’an hanya dapat dibaca dalam bahasa aslinya, terutama dalam konteks ibadah formal seperti salat.
Polemik tentang penerjemahan Alqur’an juga muncul di era modern. Di Mesir pada awal abad ke-20, diskusi intensif terjadi antara pemikir liberal dan ulama konservatif terkait penerjemahan Alqur’an.
Pada tahun 1936, Majelis Tertinggi Urusan Agama Islam Mesir mendukung penerjemahan Alqur’an untuk meminimalkan kesalahan dalam interpretasi teks suci. Namun, ulama Al-Azhar menegaskan bahwa terjemahan bukanlah Alqur’an itu sendiri, melainkan sekadar upaya untuk menyampaikan makna teks aslinya.
Salah satu tantangan besar dalam penerjemahan Alqur’an adalah memastikan bahwa pembaca memahami perbedaannya dengan teks aslinya. Dalam tradisi Islam, terjemahan tidak dianggap sebagai Alqur’an, melainkan sebagai tafsir atau penjelasan. Oleh karena itu, penerjemah harus sangat berhati-hati agar tidak mengubah pesan ilahi atau memberikan interpretasi yang menyimpang.
Selain tantangan linguistik, ada pula bias budaya yang dapat memengaruhi hasil terjemahan. Dalam beberapa kasus, pesan emosional yang mendalam, seperti rasa penghiburan atau kasih sayang Allah kepada Nabi Muhammad SAW dalam Surah Ad-Duha, dapat terasa lebih formal dan kurang personal dalam terjemahan. Nuansa lembut dalam bahasa Arab sering kali sulit ditangkap dalam bahasa lain karena keterbatasan kosa kata atau perbedaan gaya bahasa.
Apakah Mukjizat Tetap Tersampaikan?
Meski terjemahan terbatas dalam menyampaikan keindahan bahasa asli, Alqur’an tetap memancarkan keajaibannya melalui substansi ajarannya. Ayat-ayat yang mengandung hukum, kisah, dan konsep teologis tetap memberikan pengaruh kuat, bahkan dalam bahasa lain.
Namun, untuk benar-benar memahami mukjizat kebahasaan Alqur’an, belajar bahasa Arab menjadi langkah yang tak tergantikan. Sebagai perbandingan, Marmaduke Pickthall, seorang cendekiawan non-Muslim yang menerjemahkan Alqur’an ke dalam bahasa Inggris, pernah menyebut bahwa meskipun terjemahannya tidak mampu menangkap semua aspek Alqur’an, ia tetap merasakan “simfoni tak tertandingi” yang bisa menggugah hati pembacanya.
Terjemahan Alqur’an memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan ilahiah kepada khalayak luas. Namun, memahami Alqur’an dalam bahasa aslinya menawarkan pengalaman yang jauh lebih kaya.
Bahasa asli Alqur’an memiliki dimensi keindahan, kedalaman, dan ketepatan yang tidak dapat disamai oleh terjemahan. Oleh karena itu, mempelajari bahasa Arab adalah salah satu upaya terbaik untuk mendekati mukjizat Alqur’an secara utuh.
Untuk menjawab pertanyaan awal, terjemahan mungkin tidak mampu sepenuhnya menyampaikan mukjizat bahasa Alqur’an, tetapi ia tetap menjadi jembatan penting dalam memahami pesan Allah SWT bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Arab.