KULIAHALISLAM.COM – Sejak Indonesia mengumumkan proklamasi pada tahun 1945, rasa nasionalisme dan percaya diri yang dimiliki oleh Indonesia memang semakin utopis.
Entah kita sadari atau tidak, perayaan hari kemerdekaan tidak lebih dari seremonial upacara dan aneka perlombaan yang tujuan dan fungsinya tidak ada unsur estetika. Malah semakin tidak jelas acara-acara tersebut, yang ada hanyalah ramai, bersorak, dan bergembira.
Sedangkan rasa nasionalisme agar lebih cinta dan peduli terhadap bangsa kita sudah jauh sirna. Ada juga yang berakhir dengan kelucuan-kelucuan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan rasa kepercayaan diri sebagai rakyat mencintai bangsanya.
Sudah sedemikian parahkah kecintaan kita kepada bangsa ini, sehingga manifestasi kecintaan bangsa hanya berupa topeng-topeng dan badut yang menyatakan cinta kepada bangsa, tapi tidak ada langkah konkretnya?.
Bangsa ini sudah menjadi bangsa yang tidak percaya diri. Bangsa yang tidak percaya diri dengan kemampuan kelebihan yang dimiliki oleh bangsanya sendiri. Bangsa yang tidak memiliki rasa cinta mendalam terhadap merah putih sebagaimana para pahlawan dulu.
Bangsa yang bangga dengan produk negara lain, tapi tidak bangga dengan produk sendiri, bangsa yang rela menjual kekayaan alamnya kepada negara lain, yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memerhatikan kesejahteraan rakyat.
Bangsa yang semakin bangga jika mampu melayani kepentingan bangsa lain dengan baik. Bangsa yang lebih memilih mengabaikan kehidupan rakyat kecil dan mengurusi keluhan orang besar.
Memang pahit, tapi itulah yang terjadi. Kita perlu berkiblat kepada bangsa lain. Saat bangsa lain ingin memberikan pengaruh atau kontrol terhadap bangsa lain, kita di Indonesia mengharapkan kepada bangsa lain untuk menguasai Indonesia.
Kita tawarkan seluruhnya berbagai macam skema dan cara bagaimana bangsa lain bisa berkuasa di Indonesia. Kita persilakan mereka untuk mengelola dan menjalankan operasi mereka di bangsa kita. Kita tawarkan mereka dengan berbagai macam insentif untuk mempermudah mereka.
Kemudian, pada akhirnya kita tawari mereka dengan biaya tenaga kerja yang sangat murah. Kita lakukan pengamanan ketat dan garansi bagi bangsa lain yang mau datang ke indonesia.
Mereka akan mendapatkan untung besar, bahkan bangsa ini sangat rela untuk memberikan keuntungan kepada bangsa lain, meskipun kita hanya mengorbankan rakyat dan bangsa ini. Lihat saja disekitar kita.
Adakah produk bangsa kita yang menjadi raja di Indonesia? Dalam penelitian sejauh ini, Indonesia adalah negara dengan jumlah outlet KFC, Starbuck, dan outlet lainnya yang besar.
Lebih parahnya lagi, kalau kita melihat outlet KFC, McD, dan lain sebagainya selalu terlihat lebih ramai jika dibandingkan dengan warung tradisional yang dimiliki oleh rakyat pribumi sendiri. Dan lebih parahnya lagi, kita akan lebih bangga jika mampu membeli baju, celana, dan lainya sebagainya, atau produk asing daripada produk buatan lokal.
Semua itu, orang akan berdalih, itulah akibat globalisasi. Globalisasi adalah fase dan ungkapan negara kuat, karena pasar di negara mereka sudah tidak mampu menyerap produk atau bahkan uang mereka.
Indonesia seharusnya tidak menjadi objek penderita dari globalisasi. Kita tidak pernah mengharamkan kerjasama dengan bangsa lain. Konteks kerjasama harus saling menguntungkan dan saling sederajat.
Saat ini bukan lagi kerjasama sederajat. Kita lebih sering memosisikan diri lebih rendah dari bangsa lain. Kita mau dengan sadar mengatakan, inilah negara Indonesia, sebuah bangsa yang tugasnya hanya menjadi pelayan terbaik bagi semua bangsa yang ingin datang berinvestasi.
Kita sudah melupakan semangat juang para pahlawan terdahulu. Soekarno dengan tegas memiliki konsep, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan mampu untuk bersanding sejajar dengan bangsa lain. Terbukti kerajaan kerajaan Nusantara zaman dahuku sudah pernah membuktikan.
Sebagaimana yang tercatat dalam sejarah Indonesia, tidak ada negara lain yang mampu menguasai Nusantara. Dalam sejarah Indonesia selalu hancur berantakan, karena ulah sebagian orang yang bekerja sama dengan bangsa lain untuk menjadi yang terkuat di Indonesia.
Sebagaimana Soekarno mengatakan, Indonesia ini negara yang super hebat. Sudah dijajah selama seratus tahun, namun harus terus bertahan. Ini termasuk kekuatan tersendiri yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada Indonesia. Sudah seharusnya Indonesia menjadi negara nomor satu di dunia.
Dari sisi finansial, Indonesia sudah terbukti, kita mampu membayar utang dengan tertib, kita mampu membeli produk asing yang harganya mahal, kita mampu untuk bertahan sengsara selama ini.
Sebenarnya kita mampu melakukan apa pun yang negara ini inginkan. Kalaupun Amerika membenci Cina hanya karena produk Cina masuk ke Amerika, maka Indonesia tidak sedikit pun memiliki rasa benci. Indonesia justru memanggil produk tersebut untuk masuk ke Indonesia.
Orang Indonesia bangga jika menggunakan produk asing dengan harga yang lebih tinggi. Orang Indonesia akan mencemooh barang buatan lokal yang hasil karya anak bangsa sendiri. Bahkan, mindset yang ada di Indonesia adalah wajar, jika produk luar harganya mahal, dan sangat tidak etis produk produk lokal berharga mahal.
Pesan-pesan Bung Karno ini terus relevan dengan kondisi saat ini, kata-kata dan ucapan yang penuh motivasi bukan hanya sekedar ucapkan, tetapi selalu dibuktikan dengan perbuatan. Karena memang manusia yang dipegang adalah ucapannya, setelah itu baru tindakannya.
Apa yang membuat kita tidak kepercaya diri, karena pemimpin memberikan contoh tanpa perjuangan untuk membangun negara hanya mengandalkan hutang luar negeri dan hutang dijadikan beban rakyat sepanjang masa.
Sementara itu, hasil pinjaman hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Para pejabat lebih senang hidup bermewah-mewah, tidak memperhatikan nasib rakyat miskin, dan masih terlalu jauh merasakan hidup sejahtera.
Ketergantungan kepada pihak asing membuat diri kita kehilangan kepercayaan diri dan menajdi malas untuk hidup di atas kekuatan sendiri. Inilah yang terus menerus diwariskan oleh para pemimpin kita. Hingga pada akhirnya selalu turun temurun melahirkan bangsa yang tidak memiliki kepercayaan diri. Kita di program tidak mampu bangkit untuk mandiri.
Selain itu, dibidang sosial ekonomi.
Negara Indonesia mengalami kesenjangan sosial yang parah. Yakni suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial, atau adanya jurang pemisah yang semakin lebar antar golongan bawah dan golongan atas. Kesenjangan ini timbul karena tidak adanya keseimbangan atau kesamaan kemampuan daripada warga masyarakat di bidang sosial ekonomi.
Berdasarkan sejarah kehidupan manusia, gejala yang menggambarkan keadaan golongan atas dan golongan bawah secara berdampingan dalam kehidupan masyarakat merupakan masalah sosial. Hal ini menjadi gejala sosial yang wajar terjadi dalam perkembangan masyarakat.
Namun, setelah masyarakat memiliki rencana melakukan modernisasi di segala bidang penghidupan, terutama di bidang industri atau ekonomi, maka timbullah nilai-nilai sosial yang baru, seperti munculnya konsep masyarakat tradisional dan masyarakat modern, masyarakat maju dan masyarakat ekonomi terbelakang, sehingga muncul individu sebagai makhluk sosial.
Pada saat itulah, individu sadar akan kedudukan sosial dan ekonomi, dan akan menggolongkan dirinya sebagai orang yang kaya dan miskin. Kemiskinan kemudian dianggap sebagai pemicu masalah sosial yang sangat dibenci oleh masyarakat.
Kemudian, dari kemiskinan ini mungkin memicu kecemburuan sosial, tindakan anarkis dan aksi-aksi lainnya yang memicu memperlebar ketimpangan sosial di masyarakat. Bila tindakan ini tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hal yang bersifat negatif akan semakin subur di negeri ini, sepeti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan dan lain sebagainya.
Misi Kemerdekaan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar, tapi kita dijajah bukan hanya fisik. Pikiran pun dijajah habis-habisan, sehingga rasa kepercayaan diri tentang optimisme negara Indonesia maju cukup sulit.
Sedangkan yang ada di mindset kita adalah bangsa Barat yang memiliki kemajuan dan peradaban modern. Bangsa kita sendiri hanya bangsa yang teringgal jauh dari orang-orang Barat.
Namun, bagaimana dengan keadaan Indonesia saat ini? Bukankah Soekarno sudah mengungkapkan, bahwa bangsa Indonesia kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia?kedua faktor ini bisa menjadi aset untuk masa depan. Tidak heran, kalau rakyat sudah mulai optimis dan percaya diri.
Maka, bangsa Indonesia lebih maju jika dibandingkan dengan negara Amerika Serikat, Jerman, Belanda, Perancis, dan lain sebagainya.
Suatu negara, khususnya negara Indonesia tidak akan bisa berkembang maju mencapai visi atau tujuannya, kalau masih tunduk atau bergantung pada dominasi/kepentingan negara-negara asing/luar.
Mungkin, sebuah negara bisa maju dengan adanya bantuan negara asing, tetapi sangat sedikit bahkan sebaliknya negara kita Indonesia/ berkembang ini akan tetap kalah dengan kepentingan/hegemoni negara lain.
Oleh karena itu. Jika suatu negara memiliki kemerdekaan, kemandirian dan kebebasan, maka negara akan bisa maju dan sejahtera, dalam menentukan jalannya masyarakat dan pemerintahannya sendiri.
Karena dengan kemerdekaan dan kemandirian itu, setiap pemimpin pemerintahan dan masyarakat luas dapat saling berlomba-lomba, bekerja, berkontribusi dan bersemangat dalam melakukan perjuangan baik itu
bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga, sekolah dan kuliah untuk meningkatkan wawasan keilmuan dan meningkatkan moralitas bagi masyarakat lainnya.
Karena dengan kemerdekaan dan kemandirian itulah setiap manusia/masyarakat tidak takut adanya ancaman, kekeraan, kebencian dan konflik antar sesama. Melainkan dengan kemerdekaan setiap manusia dapat bebas menentukkan nasib sendiri, bebas berpikir, berpendapat dengan bertanggung jawab dan berkontribusi untuk kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan negara.
Dengan demikian, perkembangan negara dan masyarakat kita menuntut pembangunan sumber daya manusia yang jauh lebih luas jangkauan wawasannya dan lebih tinggi tingkat kecakapannya baik dalam penguasaan teknologi informasi, ilmu pengetahuan dan moralitas/etika atau akhlak sebuah masyarakat.
Bahwa kemajuan atau kejayaan sebuah masyarakat dan negara tidaklah ditentukkan betapa berlimpah dan banyaknya sumber daya alam dan berlimpahnya populasi sumber daya manusianya.
Melainkan kejayaan dan kemajuan sebuah masyarakat dan negara adalah ditentukkan oleh kualitas, kapasitas dan hasil kerja nyata setiap manusia atau masyarakatnya itu sendiri.
Kualitas dalam perkembangan dan penguasaan teknologi informasi yang digunakan dengan cara atau etika yang sopan santun, jujur dan menghargai perbedaan dan menebarkan pencerahan ilmu dan akhlak antar sesama manusia di masyarakat.
Juga kualitas atau hasil kerja nyata berupa keterampilan membaca, menulis dan bertukar pendapat/ wawasan, menjalin kasih sayang, tolong menolong dan persatuan antara sesama manusia.
Selanjutnya, untuk mencapai sebuah masyarakat dan negara Indonesia yang maju, adil, makmur dan sejahtera adalah bergantung atau kembali kepada diri sendiri dan masyarakat.
Karena itu, perubahan dan kemajuan adalah terletak dalam jiwa raga/hati nurani kita masing-masing, dan kesadaran untuk mengawali perubahan harus dibangun dari jiwa raga kita dalam bentuk semangat, kerja keras dan tolong menolong, gotong royong, toleransi dan menjalin persatuan dan persaudaraan antar sesama manusia atau masyarakat.
Sehingga dengan menempuh misi atau langkah itulah kita bisa mencapai puncak kejayaan dan kemenangan negara kita Indonesia tercinta ini dimasa kini dan masa datang, sampai generasi anak-anak, cucu-cucu dan pemuda sebagai calon pemimpin dan agen perubahan dan penerus cita-cita bangsa di masa kini dan masa akan datang.
Editor : Adis