Hatman Roqfah, Bintang Fajar Pratama, M. Alif Nazwa Abdillah, Galang Ahmad Al-Gozali, Abdul Ghafur
Sumber: ydsf : yayasan dana sosial al-falah (https://www.ydsf.org/berita/sejarah-dan-perkembangan-islam-di-maroko-ydsf-kydM.html)
Maroko yang kita kenal sebagai negeri Maghribi merupakan negara Afrika Utara yang terletak di ujung barat laut Afrika di ujung benua Eropa yang terbentang dari Laut Mediterania dan Samudra Atlantik. Maroko juga memiliki daya tarik yang tersendiri, salah satunya yaitu gurun sahara yang luas dan megah, karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari gurun dan pegunungan.
Sampai saat ini Maroko masih menyimpan jejak peradaban Islam yang sangat kuat, hal itu bisa dilihat dengan adanya kota-kota kuno seperti Fez dan Marrakesh. Maroko juga memiliki keistimewaan lain, yakni identitas keagamaan yang sangat dipengaruhi oleh Aswaja (Ahlussunnah wal-Jama’ah).
Identitas keagamaan tersebut tidaklah lahir secara tiba-tiba, namun melalui proses sejarah yang panjang dan melibatkan dinamika politik, intelektual, dan sosial di kawasan negeri Maghribi. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai Aswaja itu dapat mengakar dan menjadi spirit di negeri Maghribi, akan kita jelaskan pada pembahasan berikut.
Sejarah Masuknya Aswaja ke Negeri Maroko
Sejarah masuknya Aswaja tidak terlepas dari ekspansi Islam ke negeri Maroko yang dimulai dari penaklukkan oleh dinasti Umayyah. pada masa Al-Walid I bin Abdul Malik, penaklukkan Wilayah Afrika tidak didapatkan secara instan, melainkan melalui proses yang sangat panjang dan memakan waktu kurang lebih 53 tahun.
Proses masuknya Islam ke Maroko dimulai pada tahun 670M dipimpin oleh Dinasti Umayyah yang berpegang pada ajaran-ajaran Sunni. Namun, penguasaan Ahlussunnah wal Jama’ah di Maroko tidak terjadi dengan segera, karena pada awal abad itu Maroko masih dilanda dengan berbagai macam konflik politik yang di dominasi oleh Dinasti Idrisiyyah (789 M) yang menganut ajaran Syiah.[1]
Pengesahan Aswaja secara resmi dan terstruktur di Maroko merupakan hasil dari berbagai perjuangan Dinasti Berber (suku asli Afrika utara) pada era abad pertengahan, yang berhasil membangun tiga pilar yang sangat fundamental, yakni[2]:
- Pengesahan Pilar Fikih (Mazhab Maliki): Titik perubahan pertama terjadi pada masa Dinasti Murabitun (Almoravid) yang berkuasa pada abad ke-11 M. Dinasti ini secara jelas menjadikan Mazhab Maliki sebagai mazhab fikih yang resmi dan satu-satunya untuk negara. Para Fuqaha Maliki memiliki kekuasaan politik yang signifikan, sehingga ajaran Imam Malik bin Anas dapat berkembang dengan baik dan diakui sebagai ajaran yang paling sesuai dengan kultur dan masyarakat Maghribi.
- Pengesahan Pilar Teologi (Akidah Asy’ariyah): Pilar yang kedua ini diperkuat melalui Dinasti Muwahhidun (Almohad) yang menggantikan Murabitun pada abad ke-12 M. Meskipun gerakan Muwahhidun bersikap keras terhadap ulama Maliki sebelumnya, mereka pada dasarnya mengadopsi keyakinan yang sejalan dengan Akidah Asy’ariyah (Teologi Sunni) yang moderat, untuk menyucikan keyakinan dari penyimpangan. Dengan demikian, Akidah Asy’ariyah menjadi kerangka teologis resmi yang mendampingi Mazhab Maliki pada saat itu.
- Pilar Spiritual (Tasawuf Sunni): Sebagai pelengkap, Tasawuf Sunni (Ihsan) mengakar kuat melalui berbagai macam tarekat, seperti Tarekat Syadziliyah dan Qadariyah. Tasawuf memberikan dimensi spiritual dan moral yang menyelaraskan praktik ibadah dengan fikih Maliki dan teologi Asy’ariyah.
Perkembangan Aswaja Di Maroko Sehingga Menjadi Mayoritas
Perjalanan Aswaja di Maroko merupakan sejarah yang panjang untuk membentuk suatu identitas keagamaan dengan penyebaran Islam di Negri Magribi, sehingga Maroko menjadi salah satu pusat terpenting di Afrika Utara sejak didirikannya tiga pokok resmi Aswaja yakni Fiqih Maliki, Aqidah Asy’ariyah, dan Tasawuf Sunni.
Pembentukan identitas-identitas ini terjadi pada masa dinasti-dinasti besar seperti Murabbitun dan Muwahhidun, mereka memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat identitas ini. Mereka juga tidak hanya menjadikannya sebagai panduan agama, namun juga sebagai dasar politik dan sosial.
Para ulama-ulama yang bermazhab Maliki menempati posisi yang signifikan dalam struktur pemerintahan. Melalui kota-kota besar seperti Fez dan Marrakesh mereka mengajarkan khazanah Fiqih Maliki dan Aqidah Asy’ariyah kepada generasi-generasi muda. Hal ini menjamin kesinambungan paham Aswaja dari generasi ke generasi.
Adapun tasawuf Sunni memiliki sebagai pengikat sosial yang memperkuat keberlangsungan Aswaja di kalangan masyarakat. Tarekat-tarekat besar seperti Qadariyah dan Syadziliyah tidak hanya mengajarkan aspek spiritual, tetapi juga mendorong solidaritas masyarakat.[3]
Zawiyah yang dulunya sebagai pusat kegiatan sufi kini telah berubah menjadi tempat pendidikan, ekonomi dan budaya, sehingga misi Aswaja semakin kuat dan mengakar dalam aktivitas sehari hari.[4]
Keberhasilan Aswaja di Maroko didukung juga dengan kemampuannya yang bisa menyesuaikan diri dengan budaya-budaya setempat, terutamanya dengan tradisi Berber, barulah kemudian nilai-nilai Islam Sunni dipadukan dengan kearifan lokalnya, sehingga masyarakat merasakan pendekatan ajaran tersebut dengan tradisi mereka.
Integrasi ini yang membuat pengakuan Islam Sunni menjadi berkembang pesat dan menjadi mayoritas masyarakat. Selain itu juga, letak geografi Maroko yang strategis menjadi penghubung Islam ke Andalusia dan Afrika Barat, dan berfungsi sebagai benteng Islam di bagian barat dunia Muslim.
Dari Lokasi inilah ajaran-ajaran Aswaja mulai menyebar luas dan menguatkan reputasi Maroko sebagai salah satu negara Sunni yang paling kuat. Mayoritas penduduk Maroko sampai saat ini mengikuti mazhab Imam Maliki. Pemerintah Maroko juga menguatkan identitas agama ini dalam kehidupan beragama dan sosial masyarakat, sehingga Aswaja sampai saat ini terus mengakar pada kehidupan masyarakatnya.[5]
Perkembangan Aswaja di Maroko ini merupakan hasil dari perjalanan sejarah yang sangat panjang, dimulai dari ekspansi Islam pada masa dinasti Umayyah pada tahun 670M. Perkembangan Aswaja di Maroko juga banyak melibatkan dinasti-dinasti Politik, para Ulama, dan tarekat-tarekat sufi.
Dengan berkat tiga pilar utama yang didirikan oleh dinasti Berber, yaitu fikih Maliki, Aqidah Asy’ariyah, dan tasawuf Sunni, kini Aswaja telah berhasil menjadi mayoritas dan membentuk identitas keagamaan masyarakat Maroko sampai saat ini.
[1] Azhar Nur, “Sejarah Islam di Maroko” Jurnal Adabiyah, vol.11 No.1 (2011), 128-129.
[2] Fariz Ainun Na’im, Tiga identitas keagamaan Muslim di Maroko, (Tiga Identitas Keagamaan Muslim di Maroko – Islami[dot]co), di akses pada Jumat, 28 November 2025
[3] Jatma Aswaja Id, “sejarah tarekat syadziliyah: Menelusuri jejak spiritual dari Maghribi hingga dunia”, (https://jatma-aswaja.id/profile/jatma-aswaja-id) di akses pada jumat, 28 November 2025.
[4] Aridho Hidayat Alif, “Zawiyah dan Khanqah dalam Khazanah Pendidikan Islam”, (https://www.mapesaaceh.com/) di akses pada jumat, 28 November 2025.
[5] NU Online, “penyebaran Islam di Maroko: Jejak sejarah dan pengaruh bani Umayyah”, (https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/penyebaran-islam-di-maroko-jejak-sejarah-dan-pengaruh-bani-umayyah-Ef0Yc ),di akses pada Jumat, 28 November 2025

