Lunturnya marwah diskusi pada diri calon akademisi. Diskusi adalah kegiatan bertukar pikiran, gagasan, dan pendapat antara dua orang atau lebih untuk mencari kesepakatan pendapat atau solusi dari suatu masalah. Kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas.
Padahal kegiatan diskusi/musyawarah ini sendiri telah dicontohkan oleh nabi kita Muhammad ﷺ dan para sahabatnya ketika terdapat suatu polemik dan harus diselesaikan secara bersama, sebagaimana diceritakan dalam hadis,
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ مَشُوْرَةٍ لِاَصْحَابِهِ مِنْ رَسُوْلِ الله صلّى الله عليه و سلم
Artinya: “Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya dibanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Tirmidzi).
Mengapa Rasulullah mencontohkan demikian? Karena beliau tahu bagaimana cara menghormati sikap dan pikiran orang lain. Dalam hidup ini kita tak mungkin lepas dari perbedaan pendapat, dan musyawarah merupakan salah satu mekanisme untuk mencairkan perselisihan pandangan agar tak sampai merusak kebersamaan.
Kita semua juga mengetahui bagaimana terjadinya revolusi Prancis, itu bermula dari para akademisi dan tokoh pada saat itu berkumpul untuk membahas dan mengadu argumennya masing-masing sehingga mereka menciptakan hal besar dan dicatat oleh sejarah, semua itu terbangun dari sebuah pekerjaan yang bernama diskusi.
Mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa yang mana harus berpikiran cemerlang dan mempunyai pandangan dari semua sisi yang akan menjawab persoalan dan polemik yang ada di masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga dia sendiri mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyebarkan ilmu yang didapatkannya dari bangku kuliah .
Memandang realita mahasiswa masa kini, kelas hanya dijadikan sebagai sarana pelampiasan untuk mencari absen, dikelaspun hanya tidur, apalagi bosan tinggal buka HP dan scroll sosial media, sama sekali tidak mendengarkan penjelasan dari dosen ikut mengadu argumen dan pandangannya terkait apa yang sedang dibahas. Hal-hal seperti penyakit mahasiswa masa kini yang berakibat fatal terhadap perkembangan pola pikir menyelesaikan polemik-polemik yang ada di masyarakat.
Para mahasiswa seolah-olah disuapi referensi-referensi oleh dosen yang seharusnya bila itu dimatangkan dan didiskusikan kembali maka akan menjadi suatu komponen ide yang barangkali bermanfaat bagi orang-orang disekelilingnya, inilah sikap alami yang seharusnya dimiliki calon-calon akademisi, sikap suka berbagi diksi, mengadu argumen diksi, bahkan seharusnya kita bisa mengadu argumen dengan dosen-dosen kita dengan catatan menggunakan adab yang baik dan sopan dalam menyampaikan suatu pendapat .
Oleh karena itu dari penulis berpesan yang juga sebagai seorang mahasiswa kepada calon-calon pemimpin bangsa Indonesia di masa yang akan datang untuk belajar dengan rajin dan rajin berdiskusi, giat untuk menyampaikan dan mengadu argumen dengan teman-teman satu kelas, jadikan kelas kalian ibaratkan sebuah café yang ada di Prancis sebagai tempat untuk mengadu gagasan, ide, diksi, karena mungkin saja sesuatu kecil yang kalian diskusikan didalam kelas, mempunyai dampak yang besar terhadap sekeliling kita.