KULIAHALISLAM.COM – Kota Bima wilayah yang dikaruniai Allah SWT dengan potensi keindahan sumber daya alam yang indah, cantik, bersih dan beragam. Kota Bima dikelilingi pegunungan dan bukit-bukit yang menjulang gagah dari berbagai arah. Dari pegunungan dan bukit-bukit itu, muncul potensi kekayaan bumi hasil usaha warga, yang menanam jagung, padi-padi, ubi-ubian, pohon jati, mahoni, obat-obatan cengkeh, dan lainnya. Pun, akses menuju wilayah pegunungan dan pinggiran kota pun, sudah mulai terkoneksi dari wilayah Bima daratan kota sampai pinggiran kota, jadi akses jalur lalu lintas barang semakin mudah, cepat dan lancar terdistribusi. Namun, pihak pemerintah pun perlu untuk betul-betul melindungi kebutuhan warga dari aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan agar supaya hasil kerja warga dapat terlindungi, terjamin dan mendapatkan manfaat ekonomi bagi hidupnya sehari-hari bersama keluarga.
Kota Bima ditaburi kekayaan alam pepohonan, tanaman-tanaman dan pemandangan indah, luar biasa anggun dan teduh di tengah-tengah kota, di sudut-sudut taman kota. Tersedia ruang terbuka hijau dan asri sebagai sarana rekreasi santai warga diakhir pekan. Kota Bima dikelilingi tepi lautan, tepian air yang berbatasan dengan teluk Bima, berbatasan lautan dengan kampung-kampung atau desa-desa di pulau seberang lautan dan pegunungan bagian Barat daerah. Dari serpihan lautan teluk itu, warga bisa mencari nafkah di lautan, mengais ikan-ikan dan sumber daya lautan sebagai kebutuhan diri, dan sebagian buat barang dagangan para nelayan. Pun, warga warga membuka usaha makanan, cemilan, minuman, dll (usaha bakulan) yang berderet deretan usaha kecil warga, berupa sepanjang garis pantai ditepian lautan mulai dari Batas Kota, memanjang ke arah Utara wadu Mbolo, pantai Lawata sampai wisata pantai taman Amahami.
Kota Bima adalah kota yang sangat strategis, eksotis, mistis dan religius humanis. Karena kota menjadi daya tarik wisatawan lokal dan wisatawan asing yang datang berkunjung menikmati potensi keindahan wisata alam dan wisata sejarah budaya dan religi dalam kota. Pun, kota Bima menjadi kota yang selalu memiliki daya tarik, meski dalam kondisi yang penuh dinamika atau persepsi dari orang-orang lain terkait watak karakter dan pesonanya. Maka, tidaklah heran orang-orang pendatang/perantau dari berbagai daerah membentuk organisasi paguyuban sebagai komunitas lokal, wadah komunikasi interaksi dan berbagi informasi antar sesama perantau. Misal, perantau Minang/Padang, perantau Timur Flobamorata, perantau Jawa, perantau Sulawesi dan perantau daerah lainnya.
Kota Bima adalah kota yang sangat strategis bagi perkembangan lalu lintas pendidikan, agama, politik sosial, ekonomi, budaya, bisnis dan potensi daerah lainnya. Kota Bima terus-menerus akan tumbuh berkembang maju, menuju daerah yang bermartabat dan berkeadaban. Kota Bima ini kota yang sangat istimewa, dan berbudaya dengan potensial daerah, dalam bidang sejarah budaya dan wisata religi, wisata budaya karena ada museum Asi Mbojo, museum Samparaja, asi kalende, makam kesultanan dan corak sejarah dan budaya lainnya. Peninggalan artefak budaya ini tidak hanya dipandang sebagai warisan sejarah material saja tetapi perlu dipandang sebagai khazanah kekayaan budaya daerah untuk membaca, menelaah dan memetik nilai kebajikan dan kearifan budaya, agar kita bisa ketahui keberlangsungan perjalanan sejarah daerah dari peninggalan kerajaan, kesultanan, ulama dan cendekiawan yang berjuang melindungi wilayah daerah. Selain itu, ada potensi wisata pantai, karena letak kota Bima berada di daerah pinggiran teluk berbatas lautan, maka di sepanjang wilayah pinggiran dikelilingi pantai-pantai, sebut saja pantai Lawata, pantai Amahami, pantai Ule, pantai Bonto, pantai kolo, dan pantai so numbe sampai ke arah Utara berbatasan dengan wilayah Utara kabupaten Bima. Sebagai destinasi wisata menikmati akhir pekan, liburan dan berkumpul bareng keluarga teman dan komunitas, ngumpul santai atau acara gathering instansi dan organisasi lainnya. Bisa sambil bakar ikan segar, makan jagung, pisang, ketela, makan tradisional Bima dan menikmati semilir angin pantai, pesona laut dan pemandangan alam se-kelilingnya.
Kota Bima dikenal sebagai kota yang sangat strategis, eksotis, mistis dan religius. Karena kota Bima secara geografis terletak antara pulau bali, lombok (Bima NTB) dan pulau Labuan Bajo (Bajo NTT) sehingga menjadi daerah atau wilayah yang kerapkali menjadi kota transit bagi wisatawan asing dan lokal, transit lalu lintas barang dan jasa yang menuju ke arah barat dan sebaliknya, dan lalu lintas perhubungan jalan tol lautan dari Utara ke Selatan, dari ke timur menuju ke Barat pun sebaliknya. Letak geografis yang sangat strategis tersebut menjadi daya tarik bagi daya tawar suatu wilayah untuk membangun identitas, nilai dan karakter daerah kota Bima. Potensi kota Bima dibidang pertanian dan peternakan adalah potensi sapi, kerbau, bawang, garam dan seni budaya tenun yang setiap hari di distribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, khusus nya wilayah pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Indonesia timur.
Kota Bima juga dikenal sebagai kota yang melahirkan kiyai kiyai, ulama, cendekiawan, intelektual dan aktivis muslim berpengaruh, berdedikasi, militan dan cerdas yang senantiasa menyebarkan dan berdakwah nilai-nilai Islam sesuai dengan gaya, potensi minat dan kecenderungan pemahamannya terkait makna kandungan agama Islam, dari hasil bacaan atau interaksi dengan sesama komunitas muslim tersebut kemudian setiap individu atau kader-kader berdiaposra untuk melanjutkan estafet dakwah memperkenalkan dan menyebar ajaran Islam dimanapun berada.
Maka, saat masuk waktu ashar, magrib dan isya sekumpulan anak-anak sekolah, remaja muda mudi mesjid berbondong bondong menuju mesjid untuk sholat berjamaah, kemudian ke taman-taman pendidikan Al-Qur’an terdekat (kampung) untuk belajar ngaji, perlancar ngaji, dan hafalan serta adab akhlak islam sesuai usia faham masing’. Ada yang konsern belajar tahsin, makhrajil huruf, murotal, tilawah, dan hafalan surah-surah. Maka, dari proses belajar mengajar di surau, mushola dan taman pendidikan Al-Qur’an itu lahir kaum muda mudi, qori Qoriah tampil di level nasional dan mengharumkan nama daerah, meraih juara qori Qoriah internasional. Selain itu, tidaklah heran jika di serial mushola mushola, dan mesjid-mesjid hampir setiap pekan dilaksanakan kajian topik masalah ibadah mahdah, ngaji tentang akidah islam, muamalah dan amaliah ummat serta diskusi persoalan pokok-pokok agama Islam, isu-isu aktual agama islam, dinamika yang dihadapi umat Islam di daerah dan dunia.
Namun, kajian-kajian diskusi tentang Islam, akidah atau muamalah tersebut hanya diikuti oleh segelintir orang, sekelompok jamaah mesjid, aktivis muslim dan warga setempat. Tidaklah heran muncul tokoh-tokoh baru, ustad ustadz muda, dan cendekiawan atau aktivis muslim yang berlomba-lomba berkreasi menampilkan konten dakwah yang kreatif, inovatif dan canggih, juga ada yang berdakwah keliling di tiap kampung, dan daerah setempat.
Kota Bima dalam Peristiwa
Namun, kota Bima seperti yang digambarkan, di impikan atau yang di bicarakan oleh berbagai kalangan dan warga masyarakat penduduk setempat. Terdapat kasus krusial yang terus-menerus terjadi, membutuhkan penanganan secara mendesak dan perhatian dari pihak terkait untuk menjaga dan memberdayakan nasib, kondisi dan martabat sebagai anak dan warga di masa depan.
Masih ada permasalahan problematika dan gejolak peristiwa yang terjadi sehari-hari, bahkan dinormalisasi sebagai perbuatan. Misalnya, kasus konflik antar kampung dan kelurahan, tawuran antar pelajar SMP, SMA dan geng komunitas lainnya, menimbulkan kasus yang berkesudahan, memicu korban jiwa, fanatik, dendam kesumat, memicu kasus kriminal, brutalitas lainnya dan terbatasnya aktivitas hidup keseharian warga. Masih ada yang ugal-ugalan dijalan raya, menerobos lampu merah, lawan arus, menebar ancaman dan kejahatan di jalan raya (baik pihak aparat dan warga sebaliknya), kendarai secara membabi buta, semena-mena tidak mengenal hak-hak perasaan sesama, tidak mengenal aturan dan tata krama bersosial. Dan bahkan memicu kejahatan brutal dijalan raya, akhirnya menganggu akses warga pengguna jalan raya di ruang publik. Masih ada anak-anak bayi hidup terlantar terlunta-lunta, anak-anak kecil hidup tidak jelas, kesana kemari jadi gelandangan atau pengemis dijalan raya, di pasar-pasar dan rumah’ warga, sebab sulit akses pendidikan, agama dan kesehatan, pun kerapkali tidak mendapat sentuhan dan didikan bersama dari keluarga atau warga sehingga cenderung mendapat kekerasan, ancaman, pemerasan, eksploitasi, intimidasi dari sesama anak-anak dan kelakuan buruk orangtuanya. Masih ada kaum muda mudi yang belum mendapat pekerjaan yang layak, sesuai potensi dan minatnya, minimnya akses bantuan material finansial dan ruang-ruang komunitas yang layak, mendapat sarana untuk kebebasan berekpresi, berkreasi atau berkarya sebagai upaya kontribusi kepada kampung dan daerah.
Penataan Kota
Dalam wilayah kota, atau penataan kota masih nampak semarawat, berantakan, tidak teratur dan kumuh. Misalnya, jalan-jalan raya yang menghubungkan lintas provinsi dan lintas kota terlihat rusak, tambal sulam, drainase-drainase berantakan kotor, sampah sembarang, dan usaha-usaha bakulan (kios, toko), berdiri di atas bantaran drainase, merusak tata kota dan mempersempit ruas jalanan kota. Apalagi, disetiap sudut-sudut lampu merah, ada sekelompok orang-orang yang mengemis, meminta bantuan, dan badut-badut yang mengais pundi-pundi rupiah. Anak-anak kecil yang jualan dipinggir jalanan. Sungguh penampakan yang membuat hati pilu, potret semrawut, kemiskinan, dan dinamika daerah.
Pun, kondisi warga yang tinggal di wilayah bantaran sungai-sungai besar, semakin semrawut kumuh dan kotor karena warga membuang sampah-sampah sembarang, di pinggiran sungai. Sungai-sungai semakin dangkal, kering kerontang dan tempat pembuangan berbagai macam kotoran. Lebih-lebih, warga yang tinggal di dekat sungai romo, nampak sangat semakin berantakan, kotor dan kumuh. Warga nampak acuh tak acuh, tidak peduli, tak punya nurani lagi. Maka, nmpak seolah-olah hidup nyaman dan normal dalam kondisi sungai kotor dan kumuh. Sehingga, aliran drainase-drainase ke gotgot tersumbat penuh sampah, mudah terkena banjir bandang dan berdampak buruk bagi lingkungan warga dikampung dan tengah kota.
Infrastruktur Jalan Raya
Pembangunan infrastruktur jalan raya yang menghubungkan antar provinsi, kabupaten dan kota semakin baik, nulis dan terus dilakukan perbaikan (hotmix), agar mempermudah sarana prasarana transportasi barang dan jasa, lalu lintas wisatawan antar kota dan kebutuhan akses sosial ekonomi dan budaya dalam aktivitas keseharian warga masyarakat di daerah. Pun, infrastruktur jalan raya yang menghubungkan gang-gang dan drainase antar kampung, kelurahan di wilayah pegunungan, pinggiran dan semua wilayah yang belum terkoneksi kelayakan jalan raya perlu mendapat perhatian dan prioritas kebijakan agar supaya aktivitas warga menjadi baik, lancar, mudah dan efisien dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya.
Misalnya, akses warga yang mendiami di wilayah pegunungan bisa membuka lahan perkebunan, akses lahan, bibit, perawatan dan perbaikan di perkebunan petani, peternak akan mencipta hasil yang baik, layak dan manfaat. Selain itu, dengan perhatian kebijakan prioritas membangun infrastruktur jalan raya, akses teknologi informasi dan bantuan lainnya akan terasa bermanfaat, warga tidak lagi mengeluh, merasa tidak adil, diabaikan dan ditelantarkan oleh pihak pemerintah daerah dan pejabat publik di suatu wilayah tertentu, daerah Bima..Misalnya, kini akses jalan raya dari pusat kota Bima menuju daerah pinggiran destinasi wisata di pantai Ule, pantai Bonto, pantai kolo, so numbe, oi fanda dan lainnya. Nampak jalan raya terlihat baik’, di lewati dan digunakan oleh seluruh warga masyarakat untuk menunjang aktivitas kebutuhan kehidupan sehari-hari.
Perlu ada kesadaran bersama dan jaminan bersama-sama dari pihak terkait untuk menjaga keamanan pengguna jalan raya, pemasangan lampu jalan, dan kebutuhan lainnya agar terhindar dari sesuatu yang tidak di inginkan, perbuatan kecelakaan dan kriminal. Juga, akses jalan raya yang menuju ke wilayah pegunungan bagian timur, seperti ndano Na’e, busu, ntobo, Rite dan sekitarnya. Jalan raya Lampe, Kodo, nungga, tolo weri, Lela Mase, dan sekitarnya. Wilayah pegunungan bagian Utara, misal daerah nitu, oi foo, panggi, rontu. Artinya, kampung-kampung atau kelurahan yang berada di wilayah-wilayah pegunungan dan pinggiran tersebut, selain membangun infrastruktur jalan raya, drainase, dan potensi sumber daya alamnya melainkan perlu juga untuk membangun sarana pendukung akses hidup warga, pemasangan teknologi informasi, akses pendidikan, agama, sosial budaya dan ekonomi warga masyarakat tersebut. Jika ada kesadaran dari pihak pemerintah dan pejabat’ publik terkait maka akan muncul sinergitas dan konektivitas potensi-potensi kemajuan daerah.
Akhirnya
Dengan demikian, bahwa warga masyarakat kota Bima ini tetap menjalani secara normal aktivitas pekerjaan, bekerja mencari nafkah, mengajar di sekolah-sekolah dan sesuai potensi profesi di bidangnya masing-masing tersebut untuk menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, kebutuhan sanak saudara dan keluarga. Meskipun, harus bekerja keras, membanting tulang dan berkreasi lebih luas untuk mendapat pundi-pundi cuan tersebut. Misalnya, menghadiri acara tetangga keluarga yang hajatan, nikahan, kematian, syukuran dan aktivitas sosial kemasyarakatan sehari-hari.
Makanya, Perlu ada kemauan politik (politicall will) dari pemerintah dan pejabat-pejabat publik, Forkompinda, bekerjasama dengan komunitas kebudayaan, pegiat literasi dan aktivis kaum muda daerah untuk memberikan kebijakan yang berpihak kepada kalangan warga masyarakat dan bergotong royong berkontribusi sesuai peran-peran masing-masing. Baik dalam menyediakan harga-harga kebutuhan pokok yang murah, kebutuhan bibit-bibit pepohonan, buah-buahan yang terjangkau dan unggul, akses ekonomi yang luas merata, bantuan PKH, BLT, bantuan modal dan perlindungan usaha bagi UMKM lokal, dan instrumen bantuan sosial lainnya. Pun, dibidang pendidikan, pemerintah perlu memberikan akses pendidikan yang adil bagi anak-anak daerah, agar bisa penuhi wajib belajar sekolah, mengembangkan potensi diri dan keterampilan kerja serta wawasan keagamaan, keislaman, keindonesiaan, dan kebangsaan. Juga, ruang-ruang terbuka yang layak dan pantas sebagai panggung kreasi, seni, sastra, budaya, dan karya-karya kreatif kaum muda untuk menunjang potensi ekonomi kreatif, wahana pendidikan dan kemajuan kebudayaan daerah.