KeislamanSejarah

Kiprah Tokoh Penyebar Islam di Jawa Pra Walisongo: Syekh Maulana Akbar

4 Mins read

Didunia serba digital ini mayoritas orang menganggap remeh bahkan mengabaikan value dari sejarah. Hampir berbagai aspek dikehidupan ditentukan dari sejarah. Begitu juga dengan Agama Islam.

Sejarah dan agama Islam adalah dua aspek yang berkesinambungan, banyak aspek dalam agama islam yang dapat kita pelajari dari sejarah, seperti hukum (fiqih), Nuzulul Qur’an, dan tokoh- tokoh dibalik penyebaran Agama Islam.

Islam mulai banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa pada abad ke-15, yang dibawa oleh para pedagang bersal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India).

Keberadaan Islam lambat laun menyaingi eksistensi agama Hindu-Buddha yang sudah ada di Indonesia jauh sebelum Islam datang. Jika berbicara penyebaran Islam di Jawa, yang terlintas dipikiran kita pertama kali yakni Walisongo.

Akan tetapi sebelum Walisongo ada beberapa ulama yang sudah memperkenalkan Agama Islam di Jawa, salah satunya yakni Syekh Maulana Akbar. Hal inilah yang menjadi urgensi mengulik islam di prespektif sejarah, banyak yang mengabaikan asal usul masuknya islam itu sendiri. Karena sebelum kita mempelajari islam, kita harus mengetahui sejarah dari Islam.

Syekh Maulana Akbar adalah ulama penggerak Islam di Kuningan Jawa Barat, yang mana beliau satu zaman dengan Kakaknya yakni Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati) di Cirebon dan Syekh Quro (Syekh Hasannudin) di Karawang. Tiga orang ini adalah Ulama besar yang pertama kali menyebarkan Islam di Jawa.

Dalam Naskah Pangeran Wangsakerta, Syekh Maulana Akbar diketahui memiliki nama asli Datuk Bayanillah, sedangkan nama Syekh Maulana Akbar sendiri hanya terkenal di Kabupaten Kuningan, dikarenakan Syekh Maulana Akbar adalah gelar yang diberikan masyarakat Kuningan untuk beliau.

Syekh Maulana Akbar lahir sekitar tahun 1400 Masehi di Malaka. Beliau adalah putra seorang ulama besar yang bernama Syekh Datuk Ahmad, dan ibunya yang bernama Syarifah Mudaim.

Baca...  Alqur'an Kalam Ilahi Bukan Kalam Nabi

Menurut Didik Nur Rasyidin di bukunya tentang Syekh Nurjati studi tentang Islamisasi pra-Walisongo abad ke-15 menyebutkan, Syekh Maulana Akbar Merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyidina Ali Abidin bin Husein. Semasa kecil Syekh Maulana Akbar dan kakaknya mendapat didikan dari ayahnya, yakni Syekh Datuk Ahmad.

Bersumber dari Edi Suhardi Ekadjati dan Adarsa yang merupakan penggarap Naskah Pangeran Wangsekerta berpendapat, ketika remaja Syekh Maulana Akbar pergi ke tanah Arab untuk menimba ilmu agama.

Kemudian Beliau menetap di Mekah. Beliau juga menjadi guru dan mendirikan Madrasah sekaligus menjadi saudagar disana. Jika dilihat dari Usia Syekh Maulana Akbar saat remaja sampai mendirikan pondok di Kuningan ada kemungkinan Beliau pernah menjadi murid dari Madrasah-Madrasah yang berdiri disekitar Masjidil Haram.

Didalam Kitab Purwaka Caruban Nagari dikatakan bahwa Syekh Maulana Akbar kembali dari Mekkah untuk menemui kakaknya yakni Syekh Datuk Kahfi di daerah Amparan Jati.

Disana beliau mendapat gelar baru yakni Syekh Datuk Mahayun. Disanalah Syekh Maulana Akbar memutuskan mengikuti jejak kakaknya untuk berdakwah menyebarkan Agama Islam.

Menurut Naskah Pangeran Wangsakerta Syekh Maulana Akbar mulai mensyiarkan Agama Islam di Kuningan pada Tahun 1450 Masehi. Beliau memulai Syiar Dakwah Islamnya di Desa Sagarahiang kecamatan Darma, yang mana desa ini adalah desa tertua yang ada di Kabupaten Kuningan serta merupakan pusat dari Kabupaten Kuningan pada masa Kraton Saunggalah.

Menurut Ustadz Yayat, penerus pemegang Pondok di Desa Sagarahiang Kuningan, Saat Syekh Maulana Akbar berdakwah menyebarkan agama Islam disana, beliau mengajarkan masyarakat setempat mengenai fiqih madzhab Syafi’I, yang sekarang menjadi panutan mayoritas Muslim di Sagarahiang.

Hal ini dapat membuktikan bahwa saat beliau menuntut ilmu di Mekkah, beliau pernah menjadi murid dari Madrasah-madrasah yang ada di sekitar Masjidil Haram. Selain itu jika kita melihat Syekh Datuk Kahfi yang menganut Tarekat Syattariah serta Syekh Annur Abdul Khonidin yang merupakan kakek Syekh Datuk Isa dikenal sebagai Mursydi Tarekat Syattariah, kiranya ada kemungkinan bahwa Syekh Maulana Akbar juga menganut Tarekat Syattariah, Tarekat Syattariah sendiri dikenal mudah untuk untuk berpadu dengan Tradisi setempat dalam penyebarannya.

Baca...  Pemimpin Islam: Meneladani Kepemimpinan Rasulullah

Selain itu banyak sumber lokal menyatakan bahwa ajaran dan budaya yang dulu diyakini oleh masyarakat Sagarahaing, disempurnakan oleh ajaran- ajaran Syekh Maulana Akbar tanpa membuang Budaya yang telah ada yakni budaya Babaritan.

Hal inilah yang melatarbelakangi strategi dakwah Syekh Maulana Akbar, yakni dengan melakukan pendekatan budaya. Saat pertama kali sampai di Desa Sagarahiang, Syekh Maulana Akbar membangun langgar sebagai pusat dakwahnya disana, lambat laun langgar tersebut berkembang menjadi Pondok yang sekarang dikenal dengan nama Pondok Pesantren Pamijen/Pamijahan.

Bukan hanya di daerah Sagarahiang, Syekh Maulana Akbar juga mensyiarkan dakwahnya di daerah Kajene. Sebelum Kuningan dikenal dengan nama tersebut, dahulu Kuningan masih disebut dengan daerah Kajene.

Barulah dengan berdirinya Kerajaan Kuningan dibawah Sang Adipati Kuningan, maka semenjak tanggal berdirinya, daerah yang semula bernama Kajene diganti menjadi Kuningan. Namun saat Syekh Maulana Akbar datang, Kerajaan Kuningan belum berdiri, maka dari itu daerah tersebut masih dinamakan Kajene.

Pada waktu itu mayoritas penduduk Kajene mayoritas menganut Agama Hindu. Hal tersebutlah yang melatar belakangi Syekh Maulana Akbar mendirikan Pondok di Desa Sidapurna.

Berkat kegigihan Syekh Maulana Akbar, Pondok tersebutpun semakin berkembang dan jumlah santrinya pun semakin banyak. Hal tersebut juga melatarbelakangi Syekh maulana Akbar mendirikan pemukiman dengan dasar Islam yang dinamakan dengan pemukiman Purwawinangun, yang sekarang menjadi kelurahan di Kuningan.

Di Desa Sidapurna juga Syekh Maulana Akbar menikah dengan, kerabat Kerajaan Pajajaran yaitu Nyi Wandansari, putri dari Suryana. Adapun Suryana adalah putra Prabu Dewa Niskala atau Ningrat Kencana (1475- 1482), Raja Sunda yang berkedudukan di Kawali.

Dari pernikahan tersebut Syekh Maulana Akbar dikaruniai seorang putera bernama Syekh Maulana Arifin, yang menjadi penerus Pondok Pesantren Sidapurna. Berkat kegigihan Syekh Maulana Arifin, beliau memajukan bidang peternakan, terutama ternak kuda.

Baca...  Maqasid Hukum Talak dalam Islam: Analisis Berdasarkan Teks Al-Qur’an

Hal tersebut yang menjadi cikal bakal lahirnya kuda sebagai lambang Kabupaten Kuningan. Syekh Maulana Akbar wafat dan dimakamkan didaerah Sidapurna, tepatnya di makam Astana Gede Kuningan, yang berada di Jalan Syekh Maulana Akbar Sidapurna Kuningan Jawa Barat.

Kisah dakwah Syekh Maulana Akbar menjadi motivasi Sunan Gunumg Jati untuk meneruskan perjuangan Syekh Maulana Akbar, menyebarkan Islam di Kuningan dan di Jawa Barat

Referensi

https://id.scribd.com/document/583981820/BIOGRAFI-SYEKH-MAULANA-AKBARjurnal.pdf

https://radarkuningan.disway.id/read/658730/inilah-profil-syeh-maulana-akbar-ulama-besar-terkenal-di-kuningan-dimakamkan-di-sampiran/15

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/syekh-maulana-akbar-mendirikan-pesantren-di-sidapura.pdf

https://www.koranmandala.com/daerah/66350/syekh-maulana-akbar-tokoh-penyebar-islam-di-kuningan/

 

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
KeislamanPendidikan

Sumber Pengetahuan yang Sebenarnya

4 Mins read
Pada hakikatnya manusia sebagai mahkluk theomorfis mempunyai sesuatu yang agung didalam dirinya, yaitu akal—kehendak yang bebas (free will) dan kemampuan berbicara. Akal…
Keislaman

Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah (Analisis Pemahaman Ayat-Ayat Dakwah Muhammadiyah)

1 Mins read
Pendahuluan Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’rûf nahi munkar, dan tajdîd (pembaruan) baik dalam arti purifikasi (pemurnian) dan dinamisasi (pengembangan) berlandaskan…
KeislamanSejarah

Peran Kesultanan Banten: Penyebaran Islam dan Perdagangan di Nusantara

4 Mins read
Kesultanan Banten berawal dari sebuah wilayah di bawah bayang-bayang kekuasaan kerajaan yang berada di Jawa Barat yaitu Padjajaran. Kerajaan ini memiliki pengaruh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanTokoh

KH. Abdulloh Ma'sum Jauhari: Sosok Gondrong Yang Mempersatukan Ulama

Verified by MonsterInsights