Pendahuluan
Tafsir Al-Kasysyaf (‘an Haqā’iq at-Tanzīl) karya Al-Zamakhsyari (w. 538 H) merupakan salah satu karya monumental dalam khazanah Islam. Hingga kini, kitab ini terus menjadi rujukan utama, terutama dalam aspek kebahasaan. Banyak kalangan menyebut Al-Kasysyaf sebagai “tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an melalui bahasa”. Hal ini karena fokus utamanya bukan pada cerita, fikih, atau tasawuf, melainkan pada struktur bahasa Arab, balāghah, dan keindahan retorika Al-Qur’an.
Pendekatan linguistik inilah yang membuat Tafsir Al Kasysyaf sangat kuat ketika digunakan untuk menjelaskan ayat-ayat musykilat. Ayat musykilat adalah ayat yang maknanya sulit dipahami, memiliki ketidakjelasan, atau memicu multi-tafsir.
Biasanya, ayat musykilat menimbulkan perdebatan karena kemungkinan maknanya yang beragam. Sebagian mufassir memilah maknanya lewat pendekatan teologis atau riwayat. Namun, Al-Zamakhsyari memilih jalan berbeda. Ia memulai langkahnya dengan analisis bahasa yang ketat. Baginya, persoalan makna ayat harus dipahami dari akar kata, susunan kalimat, dan gaya bahasa Al-Qur’an itu sendiri.
Pendekatan ini membuat pembacaan Al-Kasysyaf terasa lebih jernih. Ketika menemukan ayat yang rumit, Al-Zamakhsyari tidak langsung memilih interpretasi sepihak. Ia memeriksa hubungan sintaksis, konteks linguistik, perubahan bentuk kata, serta susunan retorikanya. Hasilnya, kesulitan makna ayat sering kali terurai dengan sendirinya melalui pembedahan bahasa tersebut.
Biografi Singkat Al-Zamakhsyari
Nama lengkap penulis kitab ini adalah Abu al-Qasim Mahmud ibn Muhammad ibn ‘Umar al-Zamakhsyari. Beliau dilahirkan di Zamakhsyar, Khawarizm pada tahun 467 H, dan wafat di Jurjaniyyah pada tahun 538 H. Ia dikenal sebagai imam besar dalam bidang tafsir, hadis, dan bahasa Arab pada zamannya. Kealimannya diakui secara luas, sehingga banyak orang rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk berguru kepadanya.
Selain alim, Al-Zamakhsyari juga termasuk ulama yang produktif. Beberapa karya tulisnya yang terkenal antara lain:
- Al-Kasysyaf (Kitab Tafsir)
- Asas Al-Balaghah (Kitab Bahasa/Sastra)
- Ruus Al-Masail (Kitab Fikih)
Penting untuk dicatat bahwa Al-Zamakhsyari merupakan penganut paham Mu’tazilah yang setia. Ia bahkan terang-terangan mengakui hal ini. Dikisahkan, pada mukadimah asli kitab Al-Kasysyaf, ia menuliskan “segala puji bagi Allah yang menciptakan Al-Qur’an”. Kalimat ini menegaskan pandangan kemahlukan Al-Qur’an khas Mu’tazilah, meskipun kalimat tersebut mungkin sudah disunting pada cetakan masa kini.
Selayang Pandang Kitab Tafsir Al-Kasysyaf
Secara metodologi, sebagian besar penafsiran Al-Zamakhsyari lebih menekankan penggunaan akal atau pemikiran rasional (ra’y). Oleh karena itu, Tafsir Al Kasysyaf digolongkan sebagai tafsir bi al-ra’y. Meskipun demikian, ia tetap menggunakan dalil naqli seperti ayat Al-Qur’an dan hadis sebagai pendukung di beberapa bagian.
Para ulama memasukkan karya ini ke kategori tafsir bi al-ra’y karena penjelasannya sangat dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan keyakinan teologis penulisnya. Di dalam kitab ini, jarang ditemukan penafsiran yang didasarkan semata-mata pada riwayat sahabat atau tabi’in, kecuali pada ayat-ayat tertentu saja.
Al-Zamakhsyari menggunakan metode Tahlili (analitis), yaitu menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan urutan ayat demi ayat dengan uraian yang terperinci. Adapun corak (lawn) yang dipakai adalah Adabi wa I‘tiqadi. Hal ini wajar mengingat ia adalah seorang teolog Mu’tazilah sekaligus pakar bahasa Arab yang menguasai sastra, nahwu, dan balaghah.
4 Keunggulan Linguistik Tafsir Al Kasysyaf
Berikut adalah empat alasan mengapa analisis bahasa dalam kitab ini dianggap unggul dalam membedah ayat-ayat musykilat:
1. Analisis Struktur Kalimat yang Teliti
Al-Zamakhsyari memeriksa struktur kata (ṣarf) dan hubungan antarkata dalam kalimat (naḥw) secara mendalam. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan fungsi, nuansa, dan kedalaman makna ayat. Ia membahas alasan penggunaan bentuk tertentu—misalnya bentuk maṣdar, fi‘il muḍāri‘, atau struktur jumlah—untuk menjelaskan efek maknanya. Bahkan, ahli tafsir klasik seperti Al-Baidlawi banyak menjadikan analisis ini sebagai rujukan utama.
2. Fokus pada Balāghah dan Retorika
Kekuatan terbesar Al-Kasysyaf terletak pada pemaparan balāghah, khususnya majas, isti‘arah, kināyah, dan prinsip nazhm (keterpaduan struktur). Konsep nazhm yang dipengaruhi pemikiran Al-Jurjani membuat penjelasannya terasa indah. Makna tidak hanya muncul dari satu kata, tetapi dari harmonisasi susunan kata dalam ayat. Analisis ini sering kali mampu meluruskan kesan rumit pada ayat musykilat dengan menunjukkan keindahan retorikanya.
3. Perbandingan Dialek dan Syair Arab
Al-Zamakhsyari kerap mengutip syair Arab kuno sebagai landasan untuk memperkuat makna kata. Selain itu, ia membandingkan variasi bacaan (qirā’āt) untuk menunjukkan bagaimana perubahan huruf atau struktur dapat memengaruhi makna. Metode ini krusial dalam menafsirkan ayat musykilat, karena kesulitan makna sering kali muncul dari perbedaan bacaan atau penggunaan kosakata langka.
4. Logika Bahasa yang Tersusun
Ketika sebuah ayat mengandung kata ganti (ḍamīr) yang rujukannya tidak jelas atau memiliki makna ganda, Al-Kasysyaf menggunakan logika bahasa untuk membatasi makna. Ia mencari makna yang paling mungkin dan rasional. Meskipun pendekatannya menggunakan akal, ia tetap berpegang teguh pada pola (kaidah) bahasa Arab klasik sebagai pijakan utamanya.
Kritik: Antara Keunggulan Bahasa dan Bias Teologis
Meskipun sangat kuat dalam aspek bahasa, Tafsir Al Kasysyaf tidak lepas dari kritik. Sebagian ulama menyoroti nuansa pemikiran Mu‘tazilah yang kental, terutama pada ayat-ayat yang membahas sifat Allah, takdir (qadar), atau persoalan teologi lainnya.
Akan tetapi, kritik tersebut tidak mengurangi nilai linguistiknya. Para mufassir setelahnya, seperti Al-Baidlawi dan Al-Razi, tetap mengutip analisis kebahasaan Al-Zamakhsyari sembari “menyaring” aspek teologisnya. Ini membuktikan bahwa keunggulan linguistik Tafsir Al Kasysyaf tetap diterima dan dihormati lintas mazhab hingga hari ini.
Daftar Pustaka
Al-Zamakhsharī, Mahmūd bin ‘Umar. (1969). Al-Kashshāf ‘an Haqā’iq at-Tanzīl wa ‘Uyūn al-Aqwāl fī Wujūh at-Ta’wīl. Cairo: Dār al-Ma‘ārif.
Alfiyah, Avif. (2018). Kajian Kitab Al Kasyaf Karya Zamakhsyari. Jurnal Studi Islam, 1.
Chair, Badrul Munir. (2023). Corak Hermeneutika Al-Qur’an dalam Tafsir Al-Zamakhsharī. MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 7(1).
Labib, A. (2023). A study of methodology and interpretation on Tafsir al-Kasyaf. Hikmah: Journal of Islamic Studies, 3(1), 45–60.
Surya, Ilham & Wahyuni, Sri. (2025). Analisis Tafsir Al-Kasysyāf Karya Al-Zamakhsyari: Konteks Sejarah, Pendekatan, dan Corak Penafsiran. TAFASIR: Journal of Quranic Studies 3(1).

