Kebijakan Nabi Muhammad terhadap Yahudi Khaibar. Sekembalinya dari Hudaibiyah menurut sebuah sumber, Nabi Muhammad hanya tinggal lima belas malam dan sumber lain menyatakan satu bulan, beliau memerintahkan supaya bersiap-siap untuk menyerbu Khaibar, dengan syarat hanya mereka yang ikut ke Hudaibiyah saja yang boleh menyerbu dan, juga harus sukarela tanpa ada rampasan perang yang akan dibagikan.
Rupanya, sebanyak 1600 orang dengan 100 kavaleri Muslimin berangkat. Jarak antara Khaibar dengan Madinah itu mereka tempuh dalam waktu tiga hari. Tidak terasa ternyata malamnya mereka telah berada di depan benteng Khaibar.
Keesokan harinya bila para pekerja Khaibar berangkat kerja ke ladang-ladang dengan membawa sekop dan keranjang dan melihat pasukan Muslimin, mereka berlarian sambil berteriak-teriak, “Muhammad dengan pasukannya!” Ketika mendengar suara mereka itu Nabi Muhammad berkata, “Khaibar binasa. Apabila kami sampai di halaman polongan ini, maka pagi itu amat buruk buat mereka yang telah diberi peringatan itu.”
Menurut Watt, salah seorang pakar studi Keislaman dari Britania Raya, alasan langsung bagi Nabi Muhammad untuk menyerang Khaibar adalah komunitas Yahudi Khaibar, khususnya para pemimpin Bani Nadir yang asli dari Madinah, masih geram kepada Nabi Muhammad. Mereka menggunakan harta benda untuk membangkitkan senjata melawan kaum muslim.
Yahudi Khaibar memang sudah menantikan Nabi Muhammad untuk menyerang membebaskan mereka. Mereka ingin mencari jalan diri. Sebagian mereka ada yang menyarankan terdiri dari Yahudi Khaibar dan Yahudi Wadi al-Qura dan Taima’. Blok ini akan supaya segera langsung menyerbu Madinah tanpa menggantungkan diri kepada kabilah-kabilah Arab yang lain.
Sedang yang lain berpendapat supaya masuk saja bersekutu dengan Nabi Muhammad. Sebab, dengan begitu kebencian terhadap mereka dapat terhapus dari hati kaum muslimin, terutama dari pihak Ansar. Dalam hal ini, setelah Huyay ibn Akhtab dan golongan Yahudi lainnya terlibat dalam usaha menghasut kabilah-kabilah Arab untuk menyerang Madinah dalam peristiwa Khandaq.
Akan tetapi, semangat kedua belah pihak sudah memuncak, sehingga sebelum terjadi perang pihak muslimin sudah lebih dulu berhasil menewaskan sejumlah pemimpin Khaibar, yaitu Sallam ibn Abi al-Huqaiq dan Yasir ibn Razzam.
Oleh karena golongan Yahudi selalu mengadakan kontak dengan Gatfan tatkala pertama kali tersiar berita Nabi Muhammad akan menyerang mereka, merekapun segera meminta bantuan kabilah-kabilah itu. Mengenai Gatfan ini, para ahli masih berbeda pendapat: Jadikah kabilah ini memberikan bala bantuan, ataukah pasukan Muslimin sudah memutuskan hubungan dengan Khaibar?
Namun demikian, lepas dari apakah Gatfan ini sampai membantu pihak Yahudi atau malah menjauhkan diri, kenyataannya peperangan ini merupakan perang terbesar yang pernah terjadi, mengingat kelompok-kelompok Yahudi di Khaibar merupakan koloni Yahudi terkuat yang paling kaya dan paling besar pula persenjataannya.
Disamping itu, pihak muslimin pun sudah yakin sekali, bahwa selama Yahudi tetap menjadi duri dalam daging seluruh jazirah, maka selama itu pula agama Musa dengan agama baru ini akan jadi panjang tanpa tercapai suatu penyelesaian. Dengan demikian mereka terjun menyambung nyawa tanpa ragu-ragu lagi.
Watt mengatakan, Khaibar terdiri atas sekitar lima kelompok benteng atau istana kecil. Banyak di antaranya yang dibangun di puncak perbukitan dan dianggap tidak terkalahkan. Sementara Mubarakfuri salah seorang sarjana Islam India mengatakan bahwa benteng tersebut menjadi dua bagian.
Bagian pertama memiliki lima benteng, yaitu Na’im, al-Sab ibn Mu’az, Qal’ah al-Zubair, Ubay dan Nazzar. Tiga benteng pertama terletak di wilayah Nattah dan dua benteng terakhir di wilayah al-Syiqq. Sedangkan bagian kedua yang juga disebut dengan al-Katibah, memiliki tiga benteng, yaitu al- Qamus, al-Watih dan al-Sulalim.
Dengan persiapan senjata yang cukup, kaum muslimin sekarang sudah berada di depan benteng Khaibar. Suku Yahudi juga sedang berunding dengan sesama mereka. Pemimpin mereka Sallam ibn Misykam menyarankan, supaya harta-benda dan sanak keluarga mereka dimasukkan ke dalam benteng Watih dan Sulalim.
Tak hanya itu, bahkan bahan makanan dan perlengkapan dimasukkan ke dalam benteng Na’im. Demikian juga prajurit dan barisan penggempur dimasukkan ke dalam wilayah Nattah. Sedangkan Sallam ibn Misykam mereka dalam peperangan. Sekarang kedua belah pihak sudah berhadap-hadapan di sekitar wilayah Nattah, pertempuranpun dimulai.
Benteng pertama yang diserbu orang-orang muslim adalah yang merupakan garis pertahanan pertama bagi orang- orang Yahudi, karena tempatnya yang cukup strategis. Benteng Naim ini ditempati para tokoh dan pahlawan Yahudi. Yang jumlahnya ada sekitar 1000 orang.
Selama berhari-hari, benteng Na’im pun jatuh di tangan muslim. Pemimpin mereka tewas di tangan Ali in Abi Talib. Terjadi pertempuran hebat di sekitar benteng Na’im. Di sini, banyak pahlawan Yahudi yang terbunuh.
Karena itu, pertahanan merekapun semakin mengendor dan tak sanggup lagi menghadang serang orang-orang muslim. Hal ini menunjukkan pihak Yahudi itu mati-matian bertempur dan begitu juga pihak muslimin yang mengepung dan menyerbu dengan segenap daya dan upaya.
Akhirnya, tak lama kemudian, pihak muslimin menaklukkan benteng Qamus, setelah lebih dulu terjadi pertempuran sengit. Persediaan bahan makanan kaum muslimin ketika itu sudah tidak mencukupi lagi.
Akan tetapi, setelah mereka menaklukkan benteng al-Sab ibn Mu’az, kebutuhan mereka sekarang sudah tidak begitu mendesak lagi. Sebab, banyak bila dibandingkan dengan benteng-benteng lainnya yang akan memungkinkan bagi mereka meneruskan perjuangan melawan Yahudi dan mengepung benteng-benteng lainnya.
Sementara itu, tidak sejengkal tanahpun atau sebuah bentengpun mau diserahkan kepada pihak Yahudi sebelum mereka benar-benar mau mempertahankannya secara heroik, dan dengan segala tenaga mereka berusaha membendung serangan muslimin tersebut.
Kemudian pihak Muslimin mengepung benteng Zubair, Pengepungan ini tampaknya cukup lama disertai dengan pertempuran yang sengit pula. Sungguhpun begitu mereka tidak juga berhasil menaklukkannya. Hal ini disebabkan, karena benteng ini terletak di puncak sebuah bukit, yang tidak bisa dijangkau kuda atau pejalan kaki, karena perjalanan ke sana cukup terjal dan sulit.
Setelah akhirnya saluran air ke benteng itu diputuskan, pihak Yahudi terpaksa keluar dan dengan mati-matian mereka memerangi kaum Muslimin sekalipun mereka akhirnya lari juga.
Dengan demikian, benteng-benteng itu satu demi satu jatuh ke tangan Muslimin yang berakhir pada enteng Watih dan Sulalim yang merupakan kelompok benteng Katibah, dua buah benteng terakhir yang sangat kokoh dan kuat.
Tak berhenti di sini, pihak Muslimin lalu memperketat kepungannya di sekitar benteng-benteng Khaibar lainnya, sedang pihak Yahudi mati-matian mempertahankan keyakinannya. Bahwa kekalahan mereka menghadapi Nabi Muhammad berarti suatu penumpasan terakhir terhadap Bani Israil di negeri Arab. Adapun yang terluka dari pihak Muslimin sebanyak 50 orang. Sedangkan dari pihak Yahudi sangat banyak. Bersambung…
1 Comment