Pendidikan

Jum’at Berkah dan Pendidikan Moralitas

5 Mins read

Pada hari Jum’at, banyak masjid di Indonesia sering kita jumpai fenomena sosial berupa kegiatan yang dikenal sebagai “Jum’at Berkah”. Kegiatan ini sering kali mudah kita temukan di masjid sekitar kepulauan Jawa dan Madura.

Konteks dari jumat berkah sendiri, makanan atau minuman dibagikan secara cuma-cuma kepada jamaah dan masyarakat umum. Ide dasar yang melatar belakangi sangat mulia, yaitu berbagi rezeki, mengamalkan ajaran Islam tentang kepedulian terhadap sesama, dan menumbuhkan solidaritas.

Namun, ironisnya tidak sedikit masjid yang mengadakan kegiatan ini justru menimbulkan kegaduhan, dimana orang-orang berebut makanan, berdesakan, bahkan saling dorong setelah salat selesai yang pada akhirnya menciptakan suasana di lingkungan masjid tidak tenang dan menggangu jamaah lain yang masih melaksanakan dzikir.

Fenomena ini membuat kita sadar bahwa kegaduhan yang terjadi mayoritas disebabkan dari jamaah golongan generasi Z dan Alfa. Mirisnya lagi ketika mereka berangkat menuju masjid ternyata sudah mengatur strategi posisi sebelah mana agar mereka bisa cepat untuk mendapatkan makanan dan mereka juga terbiasa datang terlambat dengan tujuan untuk mendapatkan saf paling belakang, “nanti kita duduk di tempat-tempat strategis seperti biasanya yaa dan atur formasi agar tidak ditempatin orang lain disebelah belakang serta samping kita” ujarnya.

Alasan faktual para jamaah melakukan hal tersebut, karena mereka memiliki niatan untuk berebut makanan agar mendapatkan gratisan dan bisa berhemat ketika waktu istirahat siang datang. Perilaku ini membuat esensi keberkahan dari kegiatan “Jum’at Berkah” dikotori dan nilai-nilai sosial yang akan diinternalisasikan tidak mampu tercapai.

Tidak hanya itu, suatu hari disebuah masjid yang berdekatan dengan lembaga pendidikan, yaitu Perguruan Tinggi (PT) dan SLTA terjadi sebuah kegaduhan dimana para jamaah saling senggol dan berebutan tanpa melihat satu sama lain yang menjadikan anak kecil kena sikut sampai menagis. Sehingga, terjadi sebuah keributan antara orang tua anak dan generasi Z, yang mana mereka sama-sama jamaah salat Jum’at. Pada akhirnya minggu setelah terjadi peristiwa tersebut, pihak masjid memberhentikan kegiatan “Jum’at Berkah” selama sekitar tiga minggu.

Jika kita telisik, para jamaah salat Jum’at golongan generasi Z dan Alfa memiliki tanggung jawab yang besar sebagai generasi emas 45 dan membuat peradaban yang lebih berdaulat, maju, serta berkelanjutan (Muttaqin et al., 2023). Bagaimana bisa menuju generasi emas Indonesia jika generasi kita sendiri tidak memiliki moral yang baik.

Baca...  Menuju Pendidikan Agama Islam Yang Berkualitas: Strategi Inovatif di Era Digital

Fenomena ini memunculkan pertanyaan mendalam bagi kita semua; apakah kegiatan Jum’at Berkah telah kehilangan esensi moralnya? Apakah semangat berbagai sudah tereduksi menjadi sekedar bagi-bagi makanan tanpa mendidik nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya?

Nilai Dasar Jum’at Berkah

Konsep Jum’at Berkah sejatinya mengakar pada nilai-nilai keislaman yang agung, yaitu sedekah, empati, dan ukhuwah islamiyah. Nabi Muhammad Saw. sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak amalan pada hari Jum’at, termasuk sedekah karena bagi seorang muslim yang melaksanakan akan diangkat derajatnya, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. dalam hadis berikut:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

Artinya: “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya”. (H.R. Muslim No. 2588)

Dalam konteks ini, membagikan makanan atau minuman setelah salat Jum’at menjadi praktik yang selaras dengan tuntunan agama dan Jum’at Berkah menjadi esensi bagi seorang muslim untuk melaksanakan sedekah secara mudah serta praktis (Sinta et al., 2024). Sedekah yang sudah menjadi tradisi dan dimanifestasikan secara kolektif ini, sepatutnya menjadi sebuah wadah bagi para jamaah untuk saling menghormati dan mendahulukan berbagi kepada yang membutuhkan.

Bentuk amalan yang sudah terlaksana secara baik ini selayaknya tidak berhenti pada tindakan fisik semata. Namun juga harus menjadi sarana pendidikan moral bagi para jamaah. Sayangnya, moralitas itu seringkali terlupakan oleh para jamaah ketika Jum’at Berkah berlangsung.

Fakta yang terjadi justru kebalikannya; aksi dorong-dorongan, suara gaduh, bahkan ada yang sampai mengeluarkan emosi dan fisiknya karena berebut makanan, serta lupa berdzikir setelah salat selesai demi makanan. Maka, bukan amalan kebaikan yang terlihat melainkan kemerosotan adab.

Baca...  Implementasi Pendidikan Karakter dalam Sistem Pendidikan

Krisis Moral dalam Praktik Sosial Keagamaan

Kegaduhan yang terjadi dalam kegiatan Jum’at Berkah mencerminkan bahwa jamaah belum sepenuhnya memahami makna dari tindakan berbagi itu sendiri. Banyak orang yang datang bukan karena kesadaran spiritual atau solidaritas, melainkan karena motif ekonomi dan nafsu semata tanpa mempertimbangkan sikap kesalehan sosial terhadap sesama. Hal ini memang bisa dimaklumi dalam konteks kemiskinan struktural. Namun tetap saja, semestinya nilai moral dan tata krama tetap dijaga.

Kegiatan yang seharusnya memiliki makna religius berubah menjadi ajang berebut, yang bahkan bisa membahayakan jamaah lain yang ikut mengantri. Dalam kondisi seperti ini, ajaran tentang tertib, sabar, dan menghargai sesama menjadi tidak tampak. Maka, kita perlu menyadari bahwa tanpa pendidikan moral yang menyertai, praktik keagamaan dan kegiatan baik sekalipun, bisa kehilangan maknanya.

Peran Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Moral

Masjid bukan hanya tempat salat, tetapi juga pusat pendidikan umat. Oleh karena itu, pengurus atau pihak takmir masjid memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai moral dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan. Dalam konteks Jum’at Berkah, ada beberapa pendekatan yang bisa diterapkan untuk menjaga nilai-nilai moralitas agar mampu ditanamkan dalam diri setiap jamaah.

Pertama, pendidikan antrian dan disiplin sosial; sebelum pembagian makanan, bisa dilakukan edukasi ringan tentang pentingnya antri, sabar, dan menjaga ketertiban. Orientasi ini dapat dilakukan melalui khutbah awal Jum’at dan poster-poster edukatif di area masjid. Jika kita mengulik sebuah peristiwa yang telah terjadi di atas tadi, bahwa kegiatan Jum’at Berkah tidak diadakan selama tiga minggu.

Ternyata pihak takmir membuat pendekatan dan peraturan yang lebih terorganisir setelahnya, dengan malakukan sistem antri dan memprioritaskan anak-anak terlebih dahulu untuk mengambil makanan. Akhirnya kegiatan sosial dapat berjalan dengan terbit dan pendekatan yang dilakukan efektif, akan tetapi ironisnya jamaah dari generazi Z dan Alfa semakin berkurang sejak mekanisme tersebut diberlakukan.

Kedua, sistem distribusi yang lebih terorganisir. Ketiga, memberdayakan remaja masjid (Suryawati, 2021) dan relawan wanita; peran pemuda dan relawan wanita sangat penting untuk mengatur logistik, memberikan contoh perilkau tertib dan relawan wanita lebih mudah mengatur posisi letak makanan Jum’at Berkah ketika salah Jum’at sedang dilaksanakan, serta mampu membimbing jamaah dalam menjalani kegiatan sosial ini secara lebih bermartabat.

Baca...  Pendidikan Agama Islam Untuk Generasi Milenial: Strategi Pengajaran dan Metode Pembelajaran yang Efektif

Keempat, internalisasi nilai-nilai pendidikan moralitas dalam khutbah Jum’at; para khotib lebih menekankan pada esensi dari kegiatan Jum’at Berkah sendiri yang mampu disandingkan dengan nilai moral yang ada di dalam kegiatan sosial tersebut.

Pendidikan moral tidak hanya diajarkan di sekolah atau madrasah, tetapi juga harus dibentuk melalui pengalaman langsung di masyarakat. Kegiatan Jum’at Berkah bisa menjadi laboratorium pendidikan moral yang efektif jika dikemas dengan baik. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendapatkan manfaat material, tetapi juga mendapatkan pembelajaran nilai seperti rasa hormat terhadap sesama.

Sebaliknya, jika kegiatan ini dibiarkan berjalan tanpa pembinaan moral, maka berpotensi menciptakan generasi yang terbiasa dengan budaya berebut, tidak tahu antri, dan mengabaikan hak orang lain. Hal ini tentu akan berimbas negatif pada kualitas sosial masyarakat secara keseluruhan.

Jum’at Berkah adalah kegiatan yang sangat mulia jika dilaksanakan dengan nilai moral yang benar. Namun, praktik yang sering kali gaduh dan tidak tertib justru mencederai nilai keislaman yang ingin ditegakkan. Oleh karena itu, masjid sebagai pusat peradaban umat harus mengambil peran lebih aktif dalam menjadikan kegiatan Jum’at Berkah, bukan hanya ajang berbagi makanan, tetapi juga ajang menanamkan dan melatih moralitas masyarakat. Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan Jumat yang berkah, tetapi juga masyarakat yang beradab dan bermoral.

Daftar Pustaka

Muttaqin, I., Usmanto, & Noviani, D. (2023). Penguatan Pendidikan Karakter: Tantangan Dalam Mewujudkan Generasi Emas Di Era 5.0. As-Shuffah: Journal of Islamic Studies, 11(1), 11–17.

Sinta, A. D., Shulhan, S., & Lessy, Z. (2024). Fenomena UMKM Berbagi “Jumat Berkah” Di Yogyakarta. Jurnal Penelitian Islam, 18(2), 284–303.

Suryawati, E. (2021). Pemberdayaan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam. Al-Rabwah: Jurnal Ilmu Pendidikan, 15(02), 60–60.

1 posts

About author
MAN Sampang
Articles
Related posts
KeislamanPendidikan

Mengenal Ahlur Ray'i dalam Hukum Islam

3 Mins read
Kuliahalislam. Ahlur Ra’yi (ahl ar-ra’y) merupakan sebutan para pakar hukum Islam yang ditujukan kepada Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan para pengikutnya,…
OpiniPendidikan

Pendidikan Formal dan Nonformal, Definisi dan Urgensi dalam Kehidupan

2 Mins read
Pemahaman umum yang beredar di masyarakat perihal pendidikan hanya sempit pada proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah, universitas atau pondok pesantren. Ini…
Pendidikan

Mengapa Sekolah Bisnis Online dan Kursus Studi Kelayakan Itu Penting?

3 Mins read
Mengapa Sekolah Bisnis Online dan Kursus Studi Kelayakan Itu Penting? Dalam era digital saat ini, dunia bisnis online berkembang pesat. Banyak individu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

Baitul Arqam Pimpinan Universitas 'Aisyiyah Surakarta: Wasaṭiyyah Islam dan Masa Depan Moderasi Beragama di Indonesia

Verified by MonsterInsights