KeislamanSejarah

Jamaluddin Al Kubro: Misteri Penyebar Islam dan Jejaknya di Nusantara

3 Mins read

Agama Islam masuk ke Nusantara dengan cara damai. Meskipun penyebaran Islam dapat di katakan sangat lambat. Dikarenakan masyarakat yang telah lama menganut agama Hindu dan Budha serta kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang tidak bisa di hapuskan begitu saja.

Pada Abad 12-13 Masehi Pulau Jawa dikuasai oleh kerjaan yang bercorak Hindhu dan Budha. Terutama Majapahit yang menjadi pusat kerjaan Hindhu dan Budha terbesar pada saat itu, mengingat agama Hindhu dan Budha yang telah mandarah dagingkan pada masyarakat Jawa.

Syekh Jumadil Kubro merupakan seorang ulama besar yang berpengaruh dalam penyebaran Islam di Nusantara terutama di Majapahit. Bahkan, para wali songo yang terkenal dalam menyebaran Islam di Jawa berasal dari keturunannya.

Sepanjang perjalanan dakwahnya, Syekh Jumadil Kubro banyak menyebarkan ajaran Islam di Kerajaan Samudra Pasai. Kemudian, beliau juga berkelana di wilayah Jawa mulai dari Semarang, Demak, Bojonegoro, hingga Majapahit. Peran Syekh Jumadil Kubro sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.

Kisah Syekh Jumadil Kubro Menyebarkan Agama Islam di Majapahit

Syekh Jumadil Kubro lahir di sebuah Desa di Samarkand, Uzbekistan. Pada pertengahan Abad ke 13/1270 M. Syekh Jumadil Kubro terlahir dengan Nama Syekh Jamaluddin Al-husain Al-Akbar. Beliau adalah keturunan ke- 10 dari Al-Husain Cucu Rasulullah SAW.

Sedangkan Kakek buyutnya bernama Muhammad Shohib Mirbath, seorang Ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Beliau memiliki garis keturunan langsung Imam Ja’far Shodiq, yakni generasi ke-6 dari Nabi Muhammad SAW.

Sejak kecil beliau telah mendapat Pendidikan Agama Islam yang baik dari Ayahnya Sayyid Zainul Husen. Beranjak dewasa, Syekh Jumadil Kubro pergi ke India untuk Belajar Tasawuf dan Ilmu Agama lainnya.

Baca...  Evolusi Metodologi Tafsir Al-Qur'an: Perubahan, Faktor, dan Konteks Sejarah

Kemudian Syekh Jumadil Kubro melanjutkan pencarian Ilmunya ke Makkah. Berbagai Ilmu keislaman diterimanya dari sejumlah Ulama besar Makkah dan Madinah. Dalam Buku Sejarah Islam Nusantara, Michael Laffan, 2016.

Syekh Jumadil Kubro menikah dengan seorang putri dari Uzbekistan dan di karuniai tiga putra: Maulana Malik Ibrahim (sunan Gresik), Ibrahim As-samarkandi (sunan Ampel), Maulana Ishaq (sunan Giri).

Beliau juga di kenal sebagai bapak para wali songo, karena beberapa wali songo, yaitu: Sunan Bonang dan Sunan Drajad, Syekh Jumadil Kubro adalah Buyutnya. Sementara Sunan Qudus adalah Cicitnya (keturunan keempat).

Sebelum aktif berdakwah, Syekh Jumadil Kubro di perintahkan oleh Sultan Mehmed I (Khalifah Turki Utsmani) untuk menyebarkan Agama Islam di wilayah Kerajaan Majapahit.

Syekh Jumadil Kubro tiba di Jawa pada Tahun 1339 Masehi, beliau langsung di hadapkan dengan situasi Politik Kerajaan Majapahit. Ajaran Hindhu – Budha saat itu pun masih sangat kuat di wilayah Jawa.

Dalam mengembangkan dakwah pertamanya, di kalangan Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro berdakwah dengan cara berdagang dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain secara sembunyi-sembunyi, karena beliau merasa dakwah secara terang-terangan belum bisa di lakukanya, karena hal tersebut akan mengundang kemurkaan Kerajaan Majapahit.

Ajaran Islam yang di ajarkan oleh Syekh Jumadil Kubro pada saat itu sangatlah sederhana, beliau tidak langsung memerintahkan penganutnya untuk Sholat, puasa dan hal-hal yang diwajibkan oleh Agama.

Tetapi beliau melihat Masyarakat yang menganut Islam masih Awwam dan sangat sedikit. Sehingga beliau di segani oleh Masyarakat Dalam menyebarkan Ajaran Islam di lingkungan Kerajaan. dengan cara tersebut, syekh Jumadil Kubro mendekati Para bangsawan dan penguasa untuk mengenalkan bagaimana Ajaran Islam yang di bawanya itu.

Baca...  Adab Yang Terlupakan: Tantangan Pendidikan Sopan Santun Anak Kepada Orang Tua

Meski begitu banyak tantangan terhadap Syekh Jumadil Kubro dalam menyebarkan Agama yang beliau bawa pada saat itu, termasuk di kalangan Kerajaan Majapahit. Yang akhirnya memilih untuk memeluk Islam dan menjadi murid Syekh Jumadil Kubro.

Sehingga banyak yang meninggalkan Ajaran Hindu-Budha dan menjadi pengikut beliau. Pada masa ini juga mulai bermunculan ulama-ulama lain yang melakukan Dakwah ke seluruh penjuru Jawa.

Makam Syekh Jumadil Kubro

Beliau Wafat pada Tahun 1376 dan beberapa makam yang telah di temukan oleh presiden Indonesia ke-4 diantaranya Syekh Jumadil Kubro Yang berada di suatu Lokasi yaitu Makam Troloyo Desa Sentonorejo kecamatan Trowulan Mojokerto.

Konon Troloyo, merupakan Makam khusus untuk penguburan kerabat raja, atau orang orang dalam Kerajaan Majapahit. menunjukan bahwa, beliau memiliki kedekatan dengan penjabat Kerajaan Hindu terbesar pada saat itu.

Makam Syekh Jumadil Kubro mungkin membingungkan banyak orang, pasalnya terdapat beberapa tempat yang di nyatakan sebagai Makam sesepuhnya Wali songo.

Adapun dengan pendapat lain bahwa Makam Syekh Jumadil Kubro berada di Wajo, Sulawesi Selatan. Dikarenakan beliau terakhir kali berdakwah di daerah Gowa. Di karenakan Sebagian besar orang Bugis ketika itu belum masuk Islam.

Peran Syekh Jumadil Kubro yang begitu penting dalam Sejarah Islam di Nusantara beliau di kenal sebagai orang yang meruwat di tanah Jawa. Beliau juga telah membuat banyak bangsawan Majapahit memeluk Agama Islam. Ini membuktikan bahwa sejak dulu umat Islam bisa hidup berdampingan secara damai dengan mayoritas pemeluk Hindu-Budha (Bhairawa).

1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
KeislamanKisah

Syaikhona Kholil: Guru Para Ulama dan Pahlawan Nasional

3 Mins read
Wajah Islam Indonesia hari ini tidak lepas dari pengaruh Syaikhona Kholil, sebab hampir semua ulama berpengaruh hari ini, secara genealogis-intelektual, adalah “murid”…
Keislaman

Gus Ulil: Keabsahan Iman Orang Yang Taklid dan Dalil-dalilnya

5 Mins read
Faktanya, imannya orang-orang awam (yang tidak terpelajar) seringkali dianggap remeh-temeh oleh orang-orang yang terdidik. Bagaimana tidak! Orang awam mampunya dalam beragama itu…
KeislamanSejarah

Laksamana Malahayati Mutiara Aceh yang Bersinar di Samudra

4 Mins read
Dalam sejarah kemaritiman yang didominasi laki-laki, Laksamana Malahayati berhasil mencatatkan Namanya sebagai sosok laksamana perempuan. Dalam tradisi kemaritiman Aceh, ia merupakan perintis…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

The Majesty of The Taj Mahal : Kemegahan Istana yang Berdiri dengan Keajaiban Cinta

Verified by MonsterInsights