Esai

Islam Menyeru Umatnya Mencari Ilmu Pengetahuan

7 Mins read
(Sumber Gambar: Redaksi Kuliah Al-Islam)

Oleh: Fitratul Akbar

KULIAHALISLAM.COM – Islam adalah agama yang amat mementingkan dan menyeru umatnya untuk menuntut ilmu. Bahkan Al-Qur’an telah memainkan peranan yang cukup
penting dalam pembinaan tamadun islam agar umatnya terus belajar dan berkembang serta sering menyelidiki terhadap sesuatu perkara. Perkara ini dibuktikan di
dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah saw dalam firman Allah swt
(Al-Alaq 96: 1-5) yang bermaksud,
Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan (sekalian makhluk). Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang maha pemurah, yang mengajar manusia melalui
pena dan tulisan; ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Ayat ini memberi isyarat dan perintah yang amat jelas dalam
bidang pendidikan. Perkataan iqra (bacalah) yang di sebutkan oleh malaikat
jibril as berulang ulang kali kepada Rasulullah saw menegaskan supaya umat manusia
belajar, mengkaji, dan mencari ilmu. Jika diteliti secara lebih mendalam, ayat
ini mendidik dan mengajak orang yang beriman supaya menjadi orang yang
berilmu(Yusuf Ahmad, 2002: 53). Petunjuk awal ini jugalah yang telah mendorong Rasulullah menjadikan aspek pembinaan pribadi cemerlang sama ada secara
fisikal, mental, maupun spiritual mendahului segala agenda lain yang bersifat
duniawi, material, dan pembangunan fisikal(Ja’far, 2003: 137).

Berdasarkan ayat ini juga, ulama membuat kesimpulan bahwa
belajar atau mencari ilmu itu adalah wajib, terutamanya ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan agama Islam (Yusuf Ahmad, 2002:53). Kejadian Allah SWT yang
sangat luas memerlukan kajian yang mendalam, memerlukan manusia menggunakan
akalnya, dan memperoleh pengetahuan yang tinggi. Penguasaan ilmu adalah amat
dituntut oleh Islam. Justeru itu, Islam mewajibkan setiap umatnya, lelaki atau
perempuan, untuk menuntut ilmu secara terus berkelanjutan. Kewajiban ini juga bertujuan
supaya umat Islam itu tergolong dalam umat yang cerdas dan terhindar dari
kejahilan. Inilah ayat-ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT dan ia
merupakan rahmat Allah yang terbesar untuk umat manusia.

Dalam ayat-ayat
permulaan ini, Allah SWT telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya membaca
dan memperhatikan bukti kebesaran Allah di muka bumi ini; serta ayat ini
jugalah yang telah menjadi landasan terciptanya pendidikan Islam bagi sekalian
umat Islam (Reza, 2008: 24). Selain daripada perintah secara langsung dari
surah Al-Alaq, minda dan kesedaran manusia selalu dirangsang dengan pertanyaan
retorik firman-firman Allah SWT yang berbentuk “Apakah engkau tidak berakal?”,
“Apakah engkau tidak berfikir?”, dan seumpamanya. Menurut Mahyuddin Ashaari
(2001:2), dalam Al-Qur’an, perkataan “akal” diulang sebanyak 49 kali yang
kebanyakannya diungkapkan dalam bentuk perbuatan (fi’il mudhari’). Dalam ilmu
Bahasa Arab, ungkapan dalam bentuk ini membawa maksud selalu menggunakan akal
dan berfikir. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sering merangsang dan
menggalakkan manusia supaya menggunakan akal atau berfikir. Sehubungan dengan
itu, manusia juga dilahirkan dalam keadaan yang suci, bersih, dan tidak
mengetahui apa-apa.

Pendidikan awal adalah amat penting bagi mencorakkan
kehidupan seseorang itu yang bermula dari peringkat kanak-kanak lagi. Firman
Allah SWT yang bermaksud: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu kamu
dengan keadaan tidak mengetahui sesuatupun; dan Dia mengaruniakan kepada kamu
pendengaran dan penglihatan serta hati (akal fikiran) supaya kamu bersyukur”
. Di samping itu, Allah SWT juga telah menegaskan
dalam firman-Nya, surah Al-Zumar (39:9) tentang perbedaan di antara orang yang
berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Firman-Nya yang bermaksud adalah
seperti berikut: Katakanlah lagi (kepadanya): “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
Sesungguhnya, orang-orang
yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal
sempurna.

Baca...  Seni Praktik Manusia dalam Berakhlak Mulia (2)

Dalam ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan
penghargaan yang cukup tinggi terhadap orang yang berakal, berfikiran, dan berilmu
pengetahuan. Dalam ayat ini pula perkataan ulul al-bab dapat diartikan sebagai
orang yang berakal, atau orang yang mempunyai hati, yakni orang yang mempunyai
hikmah dan kebijaksanaan, yang terdiri daripada para ulama, golongan
cendekiawan, dan intelektual, serta siapa saja yang menggunakan hati dan
akal untuk memerhatikan dan memikirkan semua kejadian di muka bumi ini (Ashaari,
2001:3). Sehubungan dengan itu, dalam Al-Qur’an terdapat juga galakan supaya
manusia senantiasa berusaha untuk memperlengkapkan diri mereka dengan ilmu
pengetahuan. Sebagai contohnya, firman Allah SWT dalam surah Al-Mujadalah
(58:11) yang bermaksud: “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang berilmu beberapa derajat”
. Janji ganjaran
di sisi Allah ini merupakan insentif terpenting bagi umat manusia dalam mencari
dan menyebar ilmu yang mana telah mewujudkan satu budaya ilmu yang universal.

Dalam sejarah, umat Islam bersikap terbuka terhadap khazanah ilmu
tamadun-tamadun lain, tetapi kritis dengan menyebutkan khazanah ilmu tersebut
dengan nilai-nilai dan tuntutan Islam. Insentif inilah yang telah menjadi
pendorong kepada pemimpin-pemimpin Islam untuk menjadi pelopor dan penaung
kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan hak kepada setiap lapisan
masyarakat untuk memperkembangkan minat dan kecenderungan mereka terhadap ilmu
pengetahuan, walaupun tidak semua yang melibatkan diri secara aktif (Nor Wan
Daud, 1990:63). Menurut Ibn Khaldun (2000:537), Allah SWT telah memberikan derajat
yang tinggi kepada manusia dan membedakan manusia dengan makhluk lain
ciptaan-Nya melalui kemampuan manusia untuk berfikir supaya manusia dapat
mengatur segala tindak-tanduknya dengan baik. Al-Ghazali pula menyifatkan ilmu
pengetahuan adalah ilmu yang mampu meninggikan martabat manusia serta memberi
input yang berkesan untuk membina kekuatan pada jiwa manusia. Kekuatan inilah
yang akan mematahkan keinginan hawa nafsu dan membawa manusia menghampirkan
diri (taat) kepada Maha Pencipta. Jelasnya, ilmu pengetahuan bukan saja
menduduki hirarki terpenting dalam pembangunan manusia dan pembinaan
masyarakat secara keseluruhan, bahkan menjadi medium utama untuk menggerakkan manusia melaksanakan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.
Oleh yang demikian, potensi yang dibekalkan oleh Allah SWT kepada manusia ini
perlu dibangun, dididik, dan dilatih secara seimbang bagi melayakkan mereka
memikul tanggungjawab mengurus dan memimpin umat manusia, di samping merancang
dan mengatur untuk membangun dan memakmurkan alam ini sesuai dengan kejadiannya
sebagai makhluk berakal (dipetik oleh Ashaari, 2001:2).

Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa manusia memiliki
potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan izin Allah SWT. Oleh yang
demikian, terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk
menempuh dan menggunakan pelbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Selain
itu, terdapat banyak lagi ayat Al-Qur’an yang menunjukkan tentang kelebihan
ilmu dan betapa tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Umum
mengetahui bahwa pengutusan Nabi Muhammad SAW adalah merupakan era baru dalam
arena pendidikan. Ini termaktub dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah
(2:151), yang bermaksud: “(Nikmat berkiblatkan Ka’bah yang Kami berikan kepada
kamu itu), samalah seperti (nikmat) Kami mengutuskan kepada kamu seorang Rasul
dari kalangan kamu (yaitu Muhammad), yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu, dan membersihkan kamu (dari amalan syirik dan maksiat), dan yang
mengajarkan kamu kandungan kitab (AlQur’an) serta hikmat kebijaksanaan dan
mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui. Oleh itu ingatlah kamu kepada-Ku
(dengan mematuhi hukum dan undang-undang-Ku), supaya Aku membalas kamu dengan
kebaikan; dan bersyukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kamu kufur akan
nikmat-Ku”

Baca...  Karakter Integritas Dalam Kehidupan

Pendidikan pada era Rasulullah ini agak
berbeda dengan yang sebelumnya, karena ia bersumberkan wahyu. Aktivitas pembetulan akidah dan pembersihan kebudayaan yang di jalankan oleh Nabi di
Mekah adalah proses pertama ke arah pembentukan sebuah tamadun Islam yang beradab. Program peningkatan tamadun umat Islam ini diteruskan oleh Nabi
Muhammad SAW di Madinah dengan memperbanyakkan lagi institusi pendidikan.
Baginda telah menjadikan masjid-masjid di sekitar Madinah sebagai pusat
pendidikan dan pembelajaran, di samping kegiatan-kegiatan lain (Bakar,
1999:55). Untuk mewujudkan kekuatan sebuah bangsa dan negara, kekuatan agama
hendaklah di bina dan di kembangkan di semua peringkat pendidikan. Manakala untuk
mencapai matlamat memiliki warganegara yang baik, asas-asas pembinaan manusia
haruslah berpadu dan bermula dengan pembinaan akidah yang benar dan kukuh
(Thaiibul Mas’udil Banjaari, 2008).

Pendapat ini juga adalah berdasarkan firman
Allah SWT dalam surah Al-A’raf ayat 172, yang bermaksud: Dan (ingatlah wahai
Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun)
dari (tulang) belakang mereka dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka
sendiri, (sambil bertanya dengan firman-Nya): “Bukankah Aku Tuhan kamu?”.
Mereka semua menjawab: “Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi”. Yang
demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: “Sesungguhnya kami
adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang hakikat tauhid ini”.

Dari sudut pandangan Islam, mencari ilmu dan
mengajarkannya adalah satu kewajiban yang sangat mulia; maka oleh yang
demikian, mencari ilmu adalah satu kewajiban bagi setiap Muslim. Lebih tegas
lagi, Islam mewajibkan bagi setiap umat Islam untuk menuntut ilmu, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, yang bermaksud: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban ke
atas setiap orang Islam”
(Yahya Ibrahim, 2004). Sabda Rasulullah SAW ini
menunjukkan bahwa kewajiban menuntut ilmu bukanlah eksklusif kepada golongan
tertentu sahaja, bahkan kewajiban tersebut adalah ke atas seluruh umat Islam.
Allah SWT (Subhanahu Wa-Ta’ala) tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum sehingga
mereka berusaha untuk mengubahnya sendiri; dan di antara cara yang terbaik
untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan ilmu yang boleh didapati
daripada proses pendidikan. Terdapat juga beberapa Hadis yang menunjukkan
tentang kepentingan pendidikan kepada umat Islam. Sebagai contohnya, dalam
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari RA (Radiallahu Anh) dan Abu
Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, maksudnya: “Tiap-tiap kanak-kanak itu
dilahirkan dalam keadaan suci, maka ibu bapanyalah yang menjadikan ia Yahudi,
atau Nasrani, atau Majusi”
.

Dalam Hadis ini menerangkan
bahwa ibu bapa memainkan peranan yang cukup penting dalam pendidikan awal,
seperti membentuk asas-asas perkembangan diri seseorang anak. “Melentur buluh
biarlah di waktu rebung”,
peribahasa ini membawa analogi bahwa untuk mendapatkan
keberkesanan dalam pendidikan seseorang itu mestilah bermula daripada masa
kanak-kanak. Ini bertepatan dengan beberapa sabda Rasulullah SAW, contohnya: 
(1)
“Suruhlah anak-anak kamu bersolat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka ketika berumur sepuluh tahun, jika masih tidak bersolat”
; dan (2)
“Didiklah anak-anak kamu dengan sopan santun dalam tiga perkara: kasihkan Nabi
kamu, kasihkan kaum keluarganya, dan membaca Al-Qur’an”
(Langgulung, 1986). 
Sejarah juga telah membuktikan kepada kita bahwa kemajuan sesuatu bangsa
adalah bergantung kepada pencapaian ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh tamadun
tersebut. Kedudukan istimewa manusia di muka bumi ini, seperti yang dinyatakan
dengan jelas oleh Allah SWT, terletak kepada kelebihannya dalam ilmu pengetahuan.

Baca...  Falsafah Pancasila Mewujudkan Perdamaian Dunia

Rasulullah SAW juga telah
mengangkat tinggi orang-orang yang berilmu pengetahuan dan menyuruh umatnya
untuk menuntut ilmu tanpa mengira tempat, masa, dan bahasa. Antara sabda-sabda
yang pernah diungkapkan oleh Baginda Rasulullah SAW tentang kelebihan menuntut
ilmu ialah:
“Ilmu itu hidupnya (jiwanya) dan Islam tiang agamanya”. Siapa yang berbicara tentang ilmu berarti memuji Tuhan. Siapa yang berusaha mencari
ilmu
berarti menyembah Tuhan. Siapa yang mengajar ilmu, Allah menyempurnakan
pahalanya, dan siapa yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya, Allah akan
menunjukkan hal-hal yang belum diketahuinya”.
“Sesungguhnya Malaikat-malaikat
menghantarkan segala sayap bagi orang yang menuntut ilmu dan redha dengan apa
yang dituntutnya”
. “Siapa yang berjalan dalam keadaan jalan menuntut padanya
akan ilmu, niscaya memudahkan Allah Ta’ala baginya jalan ke surga, dan
sesungguhnya orang yang berilmu memohon ampun baginya oleh orang-orang yang di
dalam tujuh petala langit dan mereka yang ada di dalam bumi sehingga segala
ikan yang di dalam air”.
“Menghidupkan Allah Ta’ala akan hamba-hamba-Nya pada
hari kiamat, kemudian Dia membedakan para ulama, maka Dia berfirman kepada
mereka: Wahai para ulamak,
sesungguhnya Aku tidak menghantar ilmu-Ku pada
kamu
karena hendak menyiksa kamu, tetapi demi memuliakan kamu; pergilah kamu
sekalian ke
Surgaku, maka sesungguhnya Aku telah mengampuni bagi kamu”
.
Siapa yang datangnya Malaikat maut, sedang dia dalam menuntut ilmu supaya
menolong dengannya Islam, maka antaranya dan antara para Anbia derajat yang satu
di dalam surga”
. “Ilmu ada khazanah-khazanah dan anak kuncinya pertanyaan dan
tanyakanlah olehmu sekalian, maka sesungguhnya bertanya tentang ilmu itu diberi
pahalanya empat orang: Pertama, orang yang bertanya. Kedua, orang yang kena
tanya. Ketiga, orang yang mendengar pertanyaan dan jawaban. Keempat, orang yang
kasih kepada ketiga-tiga orang tersebut”
. “Demi sesungguhnya engkau
berpagi-pagi, maka engkau menuntut satu bab daripada ilmu lebih baik daripada
bahwa engkau sembahyang sunat seratus rakaat”.

Berdasarkan kepada Hadis-hadis
di atas, rata-rata memberikan dorongan kepada manusia supaya senantiasa
berusaha dalam memperlengkapkan diri dengan ilmu pengetahuan yang boleh didapati
daripada proses pendidikan. Pendidikan mempunyai kuasa untuk mengubah minda,
pandangan, dan cara hidup seseorang. Tegasnya, ilmu pengetahuan memainkan
peranan yang cukup penting sebagai asas kekuatan sesuatu bangsa atau tamadun.
Malah telah berlaku beberapa kali dalam sejarah, bagaimana sesuatu bangsa yang
kuat tetapi tidak di tunjangi dengan budaya ilmu yang baik akan memeluk dan
menganut nilai-nilai dan ciri-ciri tamadun lain yang di taklukinya.

2369 posts

About author
KULIAHALISLAM.COM merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Naskah Bima "Bo Sangaji Kai" Sebagai Ingatan Kolektif Bangsa

7 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Bo Sangaji Kai adalah harta benda pusaka yang tidak ternilai harganya bagi pemerintah daerah dan masyarakat Bima. Karena itu, penting…
Esai

Makna Ziarah Kubur dalam Perpektif Islam

6 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Ziarah kubur bukanlah masalah yang baru di kalangan masyarakat. Tetapi sudah dimaklumi keberadaannya dan sudah direalisasikan pada masa Rasulullah SAW….
Esai

Melihat Pengkhianatan Yahudi Bani Quraizah

5 Mins read
Komunitas Yahudi selanjutnya yang melakukan pengkhianatan terhadap hak persamaan warga negara dalam negara Madinah adalah Bani Quraizah. Sampai dengan tahun 627 M…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights