KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Kisah-kisah Orang Pelit

3 Mins read

Dikatakan bahwa Muhammad bin Yahya bin Khalid bin Barmak adalah seorang yang sangat pelit (1 banding 10). Ia adalah pejabat besar dan penyokong dalam dinasti Abbasiyah. Bapaknya yang bernama Yahya bin Khalid merupakan sekretaris khalifah Harun Ar-Rasyid. Mereka berasal dari kawasan Timur Islam pada saat itu di daerah Balagh, Afganistan bagian Utara (mendekati Uzbekistan dan seterusnya).

Anda tahu! Dahulu daerah Balagh pernah menjadi Ibu Kota atau Provinsi terkenal yang disebut Khurasan. Seperti kita tahu bahwa Al-Ghazali adalah ulama besar yang berasal dari Khurasan.

Itu sebabnya, tak heran jika dalam sejarah peradaban Islam Khurasan dikenal dengan pusat peradaban tinggi. Dan dari sana lahir ulama-ulama besar seperti Imam Bukhari dan beberapa kolektor hadis. Iya keluarga Barmak berasal dari Balagh.

Awal kali ketika dinasti Abbasiyah muncul (munculnya di mulai dari pemberontakan), maka jenderalnya berasal dari daerah Balagh. Tokoh-tokoh penting dari Balagh dalam gerakan pendirian dinasti Abbasiyah memberontak terhadap Umayyah, salah satunya adalah Abu Muslim Al-Khurasani.

Ketika Abu Muslim Al-Khurasani sedang kampanye (mobilisasi militer) untuk menggulingkan dinasi Umayyah dan mendirikan dinasti Abbasiyah, maka keluarga Barmak adalah taming utama untuk mendukungnya. Setelah misi mendirikan dinasti Abbasiyah berhasil, maka keluarga Barmak akhirnya di usung untuk menjadi kabinet menteri dan berpindah ke Baghdad.

Syahdan. Suatu waktu Muhammad bin Yahya ingin makan makanan enak, akan tetapi ia hanya makan biji ganja, padahal ia adalah seorang menteri. Lalu ditanyan kepada petugas, “Siapa saja yang hadir pada saat pesta makan itu?” Dijawab, “Ya para jajaran menteri dan juru tulisnya.” Ditanya lagi, “Siapa saja yang ikut makan?” Dijawab, “Hanya lalat saja yang ikut.”

Baca...  Meminang dan Hukum Melihat Yang Akan di Pinang

Tak berhenti di sini, lalu ditanyakan lagi, “Apa pakaiannya beliau? Bukankah kamu orang dekatnya? Kenapa pakaian kamu jelek banget dan penuh dengan tambal-tambalan?” Dijawab, “Demi Allah! Aku tidak punya jarum untuk jahit baju ini. Dan andaikan Muhammad bin Yahya memiliki rumah dari Baghdad sampai ke kawasan Nubiyah (Yordania) penuh dengan jarum-jarum, lalu kemudian datang Malaikat Jibril dan Mikail disertai Nabi Ya’kub dan ingin meminjamkan jarum dari Muhammad bin Yahya untuk menjahitkan baju anaknya yaitu Nabi Yusuf yang di robek dari belakang, maka niscaya Muhammad bin Yahya tidak akan melakukannya.” Begitulah kepelitannya Muhammad bin Yahya.

Dikisahkan, Marwan bin Abi Hafsah, seorang penyair besar pada zaman akhir dinasti Umayyah dan awal dinasti Abbasiyah (dekat dengan kalangan raja-raja Abbasiyah). Dikatakan, bahwa Marwan bin Abi Hafsah tidak pernah makan daging karena saking pelitnya, kecuali sudah “ngilernya” tidak ketulungan.

Ketika Marwan sudah ngiler daging, maka ia akan mengutus pembantunya untuk membeli daging kepala (kepala kambing misalnya), dan ia memakannya. Lalu ditanyakan kepada Marwan, “Wahai tuan! Kamu kenapa ketika beli daging hanya daging kepala saja, kenapa tidak beli paha?” Dijawab, “Karena aku tahu harganya daging kepala, sementara yang lain tidak tahu. Jadi karena aku sudah tahu harganya, maka pembantuku tidak akan bisa membohongiku.”

Tak hanya itu, lanjut Marwan, “Dan pembantuku tidak akan bisa membuat aku rugi serta tidak bisa masak daging kepala. Jadi aku masak sendiri dan tidak menyuruh pembantuku karena takut dicicipi. Jika pembantuku menyentuh hidung dan telinga dari daging kepala itu, maka aku akan mengetahuinya. Selain itu, daging kepala itu jenisnya banyak seperti ada mata, kuping, pipi, lidah, otak dan lainnya. Jadi beli satu dapatnya banyak.”

Baca...  Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Apakah Tindakan-tindakan Tuhan Hasan atau Qabih?

Kata Gus Ulil, andaikan Marwan hidup di zaman sekarang, maka ketika mau berbelanja, ia terlebih dahulu akan nunggu diskon. Jadi, jika harganya normal, ia tidak akan membelinya, padahal uangnya banyak. Apakah zaman sekarang ada yang seperti itu? Ya banyak.

Suatu waktu Marwan bin Hafsah menuju ke khalifah Al-Mahdi (anaknya Harun Ar-Rasyid). Seorang perempuan dari keluarga Marwan berkata, “Apakah ketika kamu pulang dari khalifah akan membawa oleh-oleh untukku?” Marwan menjawab, “Kalau nanti khalifah memberiku 100 ribu dirham, maka aku akan memberimu 1 dirham.” Rupanya, sepulang dari khalifah Marwan diberikan uang 60 ribu dirham. Dan ia memberikan si perempuan sebanyak 4 dawanik (1/6 dirham).

Suatu hari Marwan pernah membeli daging 1 dirham. Lalu tiba-tiba ada temannya datang mengajak makan. Dalam hatinya bergumam, “Waduh sudah terlanjur beli daging, tapi ada teman mengajak makan.” Tanpa pikir panjang Marwan kemudian mengembalikan daging ke toko, dan uangnya diminta kembali, akan tetapi dikurangi 1 danik dan berkata, “Aku tidak suka berlebihan, jadi daging ini aku kembalikan dulu.” Inilah, kata Gus Ulil, yang disebut dengan qabih al-bukhli (pelit yang jelek).

Dikisahkan, bahwa Imam A’mas, salah seorang imam besar dalam riwayat hadits, mempunyai tetangga yang selalu mengajaknya untuk mampir. Lalu sang tetangga berkata, “Ini ada makanan roti.” Namun Imam A’mas selalu menolaknya.

Suatu hari sang tetangga nawari lagi, dan kebetulan Imam A’mas sekarang lagi lapar. Kata para tetangganya, “Monggo mampir kiai.” Lalu Imam A’mas langsung masuk dan disuguhkan secuil roti serta garam. Tidak ada lain.

Nah, ditengah keasyikan makannya, tiba-tiba ada seorang minta-minta (pengemis). Sang pemilik rumah berkata kepadanya, “Semoga diberkahi terhadap kamu.” Kemudian pengemisnya masih minta lagi, sang pemilik rumah berkata lagi, “Semoga diberkahi terhadap kamu.” Sang pengemis masih minta lagi, namun sang pemilik rumah berkata, “Pergilah engkau! Jika tidak pergi aku akan mukulin kamu.”

Baca...  Gus Ulil Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Mengobati Sifat Rakus dan Tamak Kepada Dunia

Melihat kejadian itu, Imam A’mas marah dan memanggil tetangga itu. Katanya, “Pergi kamu.” Beliau kemudian berkata, “Aku tidak pernah lihat orang yang memenuhi janjinya melebihi orang ini. Di suruh mampir dengan makanan secuil roti lalu dicampur garam kok beneran. Demi Tuhan! Tidak ada tambah-tambahan makanan lainnya.” Wallahu a’lam bisshawab.

117 posts

About author
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Ihya’ Ulumuddin

Gus Ulil Ngaji Ihya' Ulumuddin: Mencela Harta dan Sikap Kikir

4 Mins read
Harta adalah salah satu unsur terpenting di dunia. Menurut Al-Ghazali, dunia adalah segala hal yang terjadi sebelum kita meninggal. “Dunia” adalah “sesuatu…
Keislaman

Analisis Praktik Kesederhanaan Mahar Oleh Masyarakat Muslim Tinjauan Hadis Nabi

17 Mins read
Abstrak Meningkatnya permintaan mahar dalam praktik pernikahan Muslim di masa sekarang ini memunculkan kekhawatiran terhadap pergeseran makna substantif mahar dalam Islam. Mahar…
KeislamanKisah

Ruang Aman dari Allah: Narasi Kesembuhan Jiwa Nabi Musa

5 Mins read
Setiap manusia pasti memiliki luka batin yang mengendap di dalam dirinya. Luka di masa lalu, trauma yang selalu sama rasa sakitnya dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
KeislamanNgaji Jawahirul Qur’an

Gus Ulil Ngaji Jawahirul Qur’an: Jejak Kaum Mutakayisun

Verified by MonsterInsights