Pengertian dan Karakteristik Tafsir Ijmali
Dalam segi bahasa, Ijmali memiliki arti “umum atau global.” Sedangkan menurut istilah, tafsir Ijmali adalah cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas, dengan menjelaskan maknanya secara umum atau global.
Tafsir ini disampaikan dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan mudah dibaca. Penulisan tafsir mengikuti susunan ayat-ayat dalam Al-Qur’an sesuai dengan urutan di dalam mushaf.
Penyampaian tafsir ini tetap dekat dengan gaya bahasa asli Al-Qur’an, sehingga pembaca atau pendengarnya masih merasakan seolah-olah sedang mendengarkan Al-Qur’an itu sendiri, meskipun yang didengarkan sebenarnya adalah penjelasannya.
Berdasarkan tata cara dan penyajiannya, metode ini memungkinkan diperoleh pengetahuan yang diinginkan dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Ijmali
1. Kelebihan Metode Tafsir Ijmali
Dalam hal ini, metode tafsir ijmali memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a) Praktis dan mudah dipahami: Tafsir dengan metode ini lebih praktis dan langsung dipahami tanpa adanya kerumitan, sehingga pembaca mudah dalam memahami makna Al-Qur’an. Metode ini sangat cocok untuk pemula dan disukai oleh berbagai kalangan masyarakat.
b) Bebas dari penafsiran Israiliyat: Karena tafsir ini disajikan secara singkat, tafsir Ijmali cenderung lebih murni dan terhindar dari pengaruh pemikiran Israiliyat, yang kadang tidak sesuai dengan martabat Al-Qur’an sebagai kalam Allah. Selain itu, tafsir ini juga mampu mencegah penyimpangan pemikiran yang jauh dari makna asli ayat Al-Quran, seperti spekulasi teologis atau sufistik.
c) Menggunakan bahasa yang singkat dan dekat dengan bahasa Al Qur’an: Tafsir Ijmali menggunakan bahasa yang ringkas dan padat, sehingga pembaca merasa akrab dan tidak sadar bahwa mereka sedang membaca tafsir. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahasa yang dekat dengan Al-Qur’an dan mufassir juga langsung menjelaskan makna kata atau ayat dengan menggunakan sinonimnya tanpa menyampaikan ide atau pendapat pribadi mereka. Kondisi ini tidak ditemukan dalam metode tafsir lain seperti tahlili, muqarin, dan maudhu’i, sehingga pemahaman kosakata dari ayat-ayat suci lebih mudah diperoleh dengan metode ini.
2. Kekurangan Metode Tafsir Ijmali
Dalam hal ini, metode tafsir ijmali memiliki beberapa kekurangan diantaranya sebagai berikut:
a) Menjadikan petunjuk Al-Qur’an bersifat parsial
Al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga satu ayat dengan ayat lainnya saling melengkapi dan membentuk makna yang komprehensif. Hal-hal yang masih bersifat global atau tidak jelas pada satu ayat, biasanya dijelaskan lebih rinci pada ayat lain. Dengan menggabungkan kedua ayat tersebut, pemahaman yang lengkap dapat diperoleh dan kekeliruan dapat dihindari.
b) Ruangan penafsiran yang terbatas untuk penjelasan yang memadai
Metode tafsir ijmālī tidak memberikan ruang yang cukup untuk melakukan analisis yang detail atau pembahasan yang mendalam mengenai suatu ayat. Oleh karena itu, jika diperlukan analisis yang rinci, metode ini tidak bisa diandalkan. Keterbatasan ini diakui oleh para mufassir yang menggunakan metode ini. Namun, keterbatasan tersebut tidak selalu dianggap sebagai kelemahan negatif, melainkan ciri positif dari tafsir yang menggunakan metode global ini.
Kitab-kitab yang Menggunakan Metode Tafsir Ijmali
Berikut terdapat beberapa kitab yang menjadikan metode tafsir ijmali sebagai metodologi dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an, diantaranya yaitu:
1. Tafsir al-Qur`ān al-Karīm (Muḥammad Farid Wajdi).
2. Al-Tafsīr al-Wasīṭ terbitan Majma’ al-Buḥūṡ al-Islāmiyyah.
3. Tafsir Jalālain (Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahalli).
4. Tāj al-Tafāsir.
5. Tafsir Al-Ibriz (KH. Bisri Musthofa).
Kitab-kitab yang disebutkan di atas, bukan hanya menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan metode tafsir ijmali, namun bisa jadi menafsirkannya menggunakan metode penafsiran lain, misalnya Tafsir Al-Ibriz sebagian dalam penafsirannya memang menggunakan metode ijmali namun sebagian yang lain juga menggunakan metode tahlili.