Kisah

Pesarean Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung: Sejarah Majapahit di Tengah Tradisi Lokal

3 Mins read

Kabupaten Sidoarjo, yang dulu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit, menyimpan berbagai peninggalan sejarah bernilai tinggi. Banyak cerita sejarah yang diwariskan oleh para leluhur yang masih hidup di tengah masyarakat. Salah satu peninggalan bersejarah tersebut adalah Pesarean Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung, yang terletak di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian.

Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung, yang akrab disapa Den Ayu oleh penduduk setempat, merupakan putri tunggal dari Adipati Terung, bernama Raden Kusen, seorang panglima Kerajaan Majapahit pada masa kekuasaan Prabu Brawijaya V. Menurut penuturan juru kunci makam, dikisahkan pada zaman dahulu, Adipati Terung yang berjuang untuk Kerajaan Majapahit terpaksa meninggalkan keluarganya demi tugas peperangan.

Ia meninggalkan putrinya, Raden Ayu Putri, yang saat itu mulai beranjak remaja. Layaknya gadis seusianya, Den Ayu sangat menyukai bunga. Putri cantik kebanggaan ayahnya ini sering mengisi harinya dengan menanam bunga di pekarangan. Salah satunya bunga Pandan Wangi, yang hasilnya sering ia bagikan kepada masyarakat. Suatu hari, ketika hendak memetik bunga yang telah siap dipanen, Den Ayu terlupa membawa pisau untuk memotong bunga.

Tiba-tiba, seseorang yang misterius muncul dan meminjamkan pisau kepadanya. Orang tersebut konon memiliki kekuatan sakti dan berpesan kepada Den Ayu agar pisau itu jangan diletakkan di atas pangkuannya. Terlarut dalam asyiknya memotong bunga, Den Ayu secara tidak sengaja melupakan pesan seseorang tadi dan tanpa sadar menaruh pisau di atas pangkuannya. Tak lama kemudian, pisau tersebut hilang begitu saja.

Hari demi hari berlalu, dan Raden Ayu Putri Ontjat mulai menyadari bahwa perutnya semakin membesar. Dikarenakan ia masih gadis dan belum menikah, penduduk setempat mulai curiga akan hal itu dan beranggapan bahwa Den Ayu sedang hamil di luar nikah. Kabar ini pun cepat menyebar ke seluruh kadipaten. Berita tersebut sampai ke telinga Adipati Terung yang sedang berada di medan perang. Dipenuhi amarah, sang Adipati memutuskan kembali untuk menemui putrinya.

Baca...  Korupsi dalam Perspektif Alqur’an

Raden Ayu Putri Ontjat berusaha menjelaskan sekuat tenaga kepada ayahnya dan ia tetap teguh pada pendiriannya bahwa ia tidak bersalah meski dituduh demikian. Sayangnya, sang ayah, Raden Kusen, yang juga dikenal sebagai Adipati Terung, lebih mempercayai kabar yang berkembang di masyarakat daripada kata-kata putri kesayangannya. Untuk menjaga kehormatan keluarga, Adipati Terung pun dengan berat hati memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati pada sang putri.

Sebelum eksekusi dilaksanakan, Raden Ayu Putri menyampaikan pesan terakhirnya. Ia berkata bahwa jika dirinya benar-benar tidak bersalah, darah yang mengalir dari tubuhnya akan berwarna putih dan beraroma wangi. Namun, jika ia bersalah, darahnya akan berwarna merah dan berbau anyir. Ia juga berpesan agar setelah meninggal, jasadnya dilarung ke aliran Bengawan Terung.

Dengan hati penuh kesedihan, Adipati Terung akhirnya melaksanakan hukuman tersebut menggunakan Pusaka Segoro Wedang. Saat tusukan mengenai tubuh Sang Putri, darah yang mengalir ternyata benar-benar berwarna putih dan wangi, membuktikan ketidakbersalahan putrinya. Menyadari kesalahannya, Adipati Terung segera memeluk putrinya yang sudah tidak bernyawa, namun penyesalannya datang terlambat.

Keanehan berlanjut ketika jenazah Raden Ayu Putri dilarung di aliran Bengawan Terung. Air sungai tiba-tiba berhenti mengalir, dan jasadnya tetap mengapung di permukaan. Seiring waktu, air sungai mulai surut dan menyempit, hingga akhirnya jenazah putri tersebut dikebumikan di tempat itu. Lokasi tersebut kini menjadi makam yang dikenal hingga sekarang. Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung tetap menjadi sosok yang dihormati hingga saat ini, meski telah wafat berabad-abad lalu.

Menurut Sumaji, penjaga makam, makam Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung selalu ramai oleh para peziarah, baik dari wilayah sekitar maupun luar kota yang datang dengan berbagai tujuan. Para peziarah ini sebenarnya melestarikan tradisi kuno ziarah makam yang sudah ada jauh sebelum Islam hadir di Nusantara, dan dikenal oleh masyarakat setempat sebagai sowan Den Ayu. Dalam bahasa Jawa, sowan berarti berkunjung kepada sosok yang lebih tua atau leluhur.

Baca...  Konflik di Papua Yang Melibatkan Tuntutan Kemerdekaan Oleh Kelompok Separatis dan Respon Militer Oleh Pemerintah Indonesia

Para pengunjung yang datang berziarah pun memiliki motivasi yang beragam, dipengaruhi oleh latar sosial, budaya, dan kepentingan pribadi masing-masing. Pak Sumaji menuturkan bahwa ada mitos seputar jodoh yang turut menarik pengunjung. Mitos ini berkembang dari berbagai cerita dan bukti peziarah sendiri. Menurutnya, di makam tersebut sering diadakan kegiatan seperti ruwat desa yang dilangsungkan di Pendopo pada hari-hari tertentu sesuai kalender Jawa.

Saat acara ini berlangsung, banyak peziarah yang bermalam di sana dan menjalankan beberapa ritual, seperti membasuh wajah dengan air kendi di samping makam dan menaburkan bedak pada nisan serta wajah mereka sendiri. Meski begitu, Pak Sumaji menekankan bahwa pihak pengelola makam tidak menyarankan hal-hal terkait mitos ini. Bahkan, terdapat tulisan di depan makam yang mengingatkan pengunjung agar memohon hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Masyarakat sekitar dan pengelola makam melihat kegiatan ziarah ini sebagai cara untuk memperkenalkan daerah mereka sebagai wisata sejarah yang terkait dengan peninggalan Majapahit. Sebab, di sekitar makam ini juga ditemukan beberapa artefak bersejarah, yang menjadi warisan penting yang dijaga oleh masyarakat. Selain itu, tradisi ziarah ini turut menghidupkan kembali kisah sejarah dan budaya lokal tentang Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung.

Sumber: Juru kunci makam Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung

1 posts

About author
Sedang menempuh pendidikan S1 Akidah dan Filsafat Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
KeislamanKisah

Memetik Hikmah Kisah Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidir

4 Mins read
Salah satu nabi yang memiliki anugerah tubuh kuat dan gagah adalah Nabi Musa AS, beliau berasal dari kaum Bani Israil dan merupakan…
KeislamanKisah

Syaikhona Kholil: Guru Para Ulama dan Pahlawan Nasional

3 Mins read
Wajah Islam Indonesia hari ini tidak lepas dari pengaruh Syaikhona Kholil, sebab hampir semua ulama berpengaruh hari ini, secara genealogis-intelektual, adalah “murid”…
Kisah

Cerita Palestina Dari Said Mukaffiy: Relawan Palestina Keturunan Yaman dan Aceh

3 Mins read
Konflik Israel-Palestina selalu hadir disetiap media dari Televisi, Youtube, Instagram, Facebook, Tiktok yang hampir mewarnai mata kita masing dengan perang berkelanjutan tanpa…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

Rakernas Lazismu 2025, Sinergi Kebajikan untuk Inovasi Sosial dan Capaian SDGs

Verified by MonsterInsights