Bagaimana cara memperbaiki kelupaan membaca doa sebelum makan dan minum? Penulis pernah mengalami kelupaan membaca doa sebelum makan ketika sedang terburu-buru.
Setelah membaca hadis dan panduan dari ulama, saya merasa lebih tenang mengetahui bahwa ada cara untuk memperbaiki kelupaan tersebut dan tetap memperoleh berkah dari Allah.” Artikel ini akan membahas cara memperbaiki kelupaan ini berdasarkan hadis Nabi dan teks dari kitab-kitab klasik.
Rasulullah SAW memberikan panduan spesifik untuk memperbaiki kelupaan dalam membaca doa sebelum makan melalui hadis berikut:
مَن نَسِيَ أَنْ يَسْمِ اللهَ عَلَى طَعَامِهِ فَلْيَقُلْ: بسم الله في أوله وآخره
Artinya: “Barangsiapa lupa untuk membaca Bismillah pada makanan, hendaklah dia mengatakan: ‘Bismillah fi awwalihi wa akhirihi‘ (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” (HR. Abu Daud, no. 3767; Tirmidzi, no. 1806).
Hadis ini menunjukkan bahwa jika seseorang lupa membaca doa di awal makan, dia dianjurkan untuk membaca doa ini setelah makan. Ini menegaskan bahwa meskipun niat untuk berdoa harus ada sejak awal, ada fleksibilitas untuk memperbaiki kelupaan dengan tetap berdoa di akhir.
Hadis berikut memberikan panduan serupa untuk aktivitas lainnya, seperti minum,
إِذَا نَسِيَ أَحَدُكُمْ أَنْ يَسْمِ اللهَ عَلَى شَرَابِهِ، فَلْيَقُلْ: بسم الله في أوله وآخره
Artinya: “Jika salah seorang di antara kalian lupa membaca Bismillah ketika minum, maka hendaklah dia membaca: ‘Bismillah fi awwalihi wa akhirihi‘ (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” (HR. Abu Daud, no. 3768).
Hadis ini menunjukkan kemudahan dalam memperbaiki kelupaan doa dalam konteks minuman dan aktivitas lainnya, yang pada dasarnya adalah prinsip umum bahwa memperbaiki kekurangan dalam ibadah adalah mungkin dan dianjurkan.
Para ulama juga memberikan panduan tentang bagaimana memperbaiki kelupaan doa. Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’ menulis,
فَإِذَا نَسِيَ الْعَبْدُ الدُّعَاءَ فِي أَوَّلِ الطَّعَامِ يَجْزِئُ أَنْ يُقَالَ بَعْدَهُ
Artinya: “Jika seorang hamba lupa doa di awal makan, maka boleh untuk mengucapkannya setelah makan.” (Imam Nawawi, Al-Majmu’, Juz 1, halaman 128).
Imam Ibn Qudamah dalam Al-Mughni juga menulis,
وَإِذَا نَسِيَ الدُّعَاءَ فِي أَوَّلِ الشَّرَابِ أَوْ طَعَامٍ فَإِنَّهُ يَقُولُ بَعْدَهُ: بسم الله في أوله وآخره
Artinya: “Jika seseorang lupa doa di awal minuman atau makanan, maka dia boleh membaca doa tersebut setelahnya: ‘Bismillah fi awwalihi wa akhirihi’ (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).” (Ibn Qudamah, Al-Mughni, Juz 1, halaman 110).
Hadis dan pendapat ulama menunjukkan bahwa meskipun membaca doa sebelum memulai aktivitas seperti makan atau minum adalah sunnah yang dianjurkan, Islam memberikan fleksibilitas untuk memperbaiki kelupaan.
Ini adalah contoh bagaimana agama kita memudahkan umat-Nya dalam menjalankan ibadah dengan mengakomodasi keadaan manusia yang tidak selalu sempurna. Adanya aturan untuk membaca doa setelah terlupa menunjukkan bahwa Islam memandang niat dan usaha untuk berdoa lebih penting daripada kesalahan teknis dalam waktu pelaksanaan.
Ini mencerminkan sikap Islam yang penuh kasih dan memudahkan umat-Nya. Meskipun ada kesempatan untuk memperbaiki kelupaan, penting untuk diingat bahwa niat awal dan kesadaran akan doa sangat penting dalam ibadah.
Ini menekankan perlunya perhatian dan penghayatan dalam praktik ibadah sehari-hari. Membaca doa sebelum memulai aktivitas adalah bagian dari adab yang baik dalam Islam. Bahkan jika terlupa, berusaha memperbaikinya adalah bentuk usaha untuk mengikuti sunnah dan menjaga adab.
Dalam pengalaman pribadi, saya merasa bahwa panduan ini memberikan keseimbangan antara menjaga keautentikan ibadah dan memberikan kemudahan bagi umat Islam.
Dalam dunia yang sibuk dan penuh gangguan, kelupaan adalah hal yang wajar, dan Islam memberikan jalan untuk memperbaiki kekurangan tersebut tanpa harus merasa tertekan. Ini adalah contoh keindahan ajaran Islam yang memahami kondisi manusia dan menawarkan solusi yang praktis.
Membaca doa sebelum aktivitas adalah sunnah yang dianjurkan, namun jika terlupa, kita dapat memperbaikinya dengan doa yang sama setelah aktivitas selesai. Hadis dan pendapat ulama menunjukkan kemudahan dan fleksibilitas dalam beribadah, asalkan niat dan kesadaran untuk meminta berkah tetap ada.
Ini menunjukkan bahwa agama kita tidak hanya mementingkan pelaksanaan ritual tetapi juga memahami keadaan dan kebutuhan umat-Nya. “Memang menarik untuk dipertimbangkan bagaimana fleksibilitas dalam doa ini mencerminkan prinsip-prinsip dasar Islam tentang kemudahan dan pengertian. Ini mengajarkan kita bahwa meskipun kita berusaha keras untuk mengikuti sunnah, penting juga untuk memahami bahwa Allah memahami keterbatasan manusia.”