(Sumber Gambar: Fitratul Akbar) |
Oleh: Fitratul
Akbar*
KULIAHALISLAM.COM – Setiap
kebudayaan dan peradaban memiliki semangat, pengetahuan, karakteristik, perasaan,
tradisi, pandangan dan cita-cita rakyat dari suatu masyarakat tertentu.
Semangat dan karakteristik tersebut memberikan makna pada sebuah kebudayaan itu
sendiri. Oleh karena itu, untuk mengenal sebuah masyarakat dan negara berarti
kita mengenal kebenaran terdalamnya, kepekaan batinnya, dan perasaan yang
tersembunyi. Seperti, Yunani mempunyai budaya filosofis. Romawi berbudaya
militer dan artistik. India berbudaya spiritualistik. Masyarakat atau Umat
islam berbudaya religius dan spiritualitas. Inilah yang disebut dengan
taksonomi budaya.
Dengan kata
lain, taksonomi budaya juga bersinonim dengan etos dan vitalitas. Yang dimaksud
dengan etos adalah ciri-ciri budaya yang membedakan satu budaya dengan budaya
yang lain, atau satu negara dengan yang lain. Karena dengan adanya etos dan
vitalitas budaya inilah yang dapat membedakan antara negara dengan negara yang
lain dalam menjalani dan membangun sebuah tatanan masyarakat itu untuk mencapai
tujuannya.
Misalnya,
peradaban Barat/Eropa yang diwakili oleh negara Uni Eropa dan Amerika Serikat
memiliki etos dan vitalitas budaya seperti dikenal dengan masyarakat sekuler,
individualias, kebebasan, kemerdekaan dan cinta ilmu pengetahuan. Begitupun,
dengan peradaban Asia yang diwakili oleh negara Cina, Jepang dan Korea memiliki
etos yang dikenal dengan masyarakat pekerja keras, ulet, kolektif, budaya disiplin,
rajin membaca. Pun sama dengan peradaban Islam yang diwakili oleh negara-negara
Arab Timur Tengah dan Asia Tenggara Indonesia, memiliki etos dan vitalitas
budaya, yang dikenal dengan masyarakat yang religius/agamais, bersemangat dan
kerja keras, kolektifitas, banyak mazhab/aliran.
Dengan demikian,
melihat dan mencermati contoh taksonomi budaya dari negara-negara di atas dapat
disimpulkan bahwa, sebuah kebudayaan adalah bersifat dinamis, selalu berubah,
mengalami perubahan. Karena budaya adalah hasil olah pikir, olah rasa dan karsa
dari setiap umat manusia baik budaya secara material maupun immaterial. Tentunya,
sebuah budaya haruslah menciptakan kebudayaan positif yang menciptakan sebuah
masyarakat dan negara yang lebih baik, berwawasan luas dan bermoral tinggi.
Karena itu,
salah satu yang menjadi produk budaya, jati diri, identitas dan kepribadian
negara indonesia adalah budaya gotong royong, persaudaraan atau menghormati
orang lain (respect for people)
sesama masyarakat.
Menghormati
Terhadap Sesama
Mempunyai
hubungan sosial yang baik dengan makhluk Allah yang lain dan untuk sementara
menghindari semua tindak keingkaran terhadapnya, merupakan suatu tanda
kemurahan hati Allah yang sangat luas kepada hambanya. Barangsiapa bersikap
tulus dan rendah hati terhadap Allah di dalam jiwanya yang paling dalam,
pastilah akan mempunyai hubungan sosial yang baik secara lahiriah.
Pertahankanlah persahabatan dengan orang lain demi Allah dan jangan berkawan
semata-mata demi keuntunganmu sendiri dalam masalah-masalah duniawi, untuk
mencari kedudukan, untuk pamer atau untuk mencari nama baik.
Perlakukanlah
orang yang lebih tua darimu sebagaimana kamu memperlakukan ayahmu, dan orang
yang lebih muda darimu sebagaimana kamu memperlakukan seorang anak. Perlakukan
kawanmu-kawanmu sebagaimana kamu memperlakukan saudaramu. Jangan tinggalkan apa
yang kamu ketahui dengan pasti di dalam hatimu demi sesuatu yang kamu dengar
dari orang lain yang kamu ragukan. Bersikaplah lemah lembut ketika kamu
menganjurkan kebaikan, dan berkasih sayanglah ketika melarang kejahatan. Jangan
sekali kali mengabaikan nasihat yang baik
dalam setiap kesempatan.(LENTERA ILAHI, 99 Nasehat Imam Jafar Ash-Shidiq).
Tidak seorang
pun menghargai kehormatan orang-orang beriman kecuali dia yang menghargai
kehorharmatan dan pernyataan Allah atas orang-orang beriman itu. Orang yang
paling memenuhi syarat untuk mendapatkan pernyataan kesucian dari Allah dan
Rasulullah SAW adalah dia yang paling besar penghargaannya pada kehormatan
orang-orang beriman. Barangsiapa menganggap remeh kehormatan orang orang
beriman berarti ia telah melepaskan pakaian keimanannya. Nabi SAW bersabda,
“Bagian dari penghargaan kepada Allah adalah menghargai orang orang yang dekat
dengan allah dalam keyakinannya”. Dalam hadits lain, “Barangsiapa tidak
mengasihi orang muda atau tidak menghormati orangtua bukanlah termasuk golongan
kami. Jangan menyatakan seorang muslim itu kafir padahal tobat akan dapat
mendatangkan ampunan baginya, kecuali jika ia adalah orang yang telah disebut
oleh allah dalam kitabnya.(LENTERA ILAHI, 99 Wasiat Imam Jafar Ash-Shidiq).
Dengan demikian,
dari kedua hadist diatas dapat disimpulkan bahwa, orang-orang yang telah
menghargai dan menjalankan setiap perintah dan larangan Allah swt, adalah dia
yang menghargai atau menghormati manusia lainnya. Menghormati anak anak kecil,
dewasa dan orang tua, juga yang berbeda suku, budaya, daerah dan agama lainnya.
Karena memang, Allah swt sendiri telah mencipatakan manusia dengan derajat yang
sama, yang membedakan kecuali ketaqwaan dan amalannya didunia ini.
Karena itu,
masyarakat dan sesama muslim, saudara seiman berjabat tangan ketika bertemu
adalah bentuk kecintaan kepada ajaran Allah swt, juga saling kenal mengenal,
menambah kasih sayang dan mempererat
persaudaraan antar sesama. Rasulullah bersabda, “Setiapkali para saudara
berjabat tangan dalam keyakinan kepada Tuhan, perbuatan perbuatan mereka yang
salah dihapuskan sehingga mereka menjadi seperti ketika baru saja dilahirkan
oleh ibu mereka”. Tidak ada kecintaan dan rasa hormat satu sama lain dari dua
orang saudara yang dapat berkembang tanpa adanya perkembangan dari mereka
masing-masing.
Menjadi
kewajiban bagi seseorang yang mempunyai paling banyak pengetahuan tentang iman
Tuhan di antara dua orang untuk mendorong temannya menjalankan fungsi-fungsi
wajib yang telah ditetapkan oleh allah untuk menuntunnya agar berjalan lurus,
berpuas diri, dan tidak bersikap berlebih-lebihan, untuk menyampaikan kepadanya
berita berita baik dari belas kasih Allah, dan untuk membuatnya takut akan
hukumannya. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Sebaik-baik nya agama adalah bahwa
kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai diri sendiri, dan apa yang
kamu rasakan sakit untuk dirimu sendiri, yakinilah bahwa itu juga sakit bagi
orang lain. Kemudian, “Tidaklah dikatakan orang beriman sehingga ia mencintai
saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.(Hadis Muslim dan Ibnu Majah).
*)Penulis adalah Pegiat isu-isu Keislaman dan Kebangsaan. Redaksi Pelaksana Kuliah Al-Islam.
halo, terima kasih sudah berbagi informasi yang menarik
kunjungi juga webste UIN Walisongo Semarang di walisongo.ac.id