Syahadatain yang kita ucapkan bukan hanya perkataan bermakna lisani saja, melainkan syahadatain yang kita ucapkan mempunyai makna rohani pula di dalamnya.
Syahadat yang pertama adalah pengakuan diri dengan mengikhlaskan sepenuhnya jasad dan jiwa akan Ke-Esa-an Allah SWT dengan senantiasa menjalankan apa yang telah Allah perintahkan dan juga menjauhkan apa yang dilarang oleh Allah dalam kitab-Nya.
Sedangkan syahadat yang kedua merupakan pengakuan diri dengan mengikhlaskan sepenuhnya jasad dan jiwa kepada sang pembawa risalah kebenaran untuk umat manusia yakni Nabi Muhammad SAW.
Manusia merupakan makhluk yang istimewa karna akalnya, karna keistimewaan itulah, maka Allah SWT menjadikan manusia pemimpin dimuka bumi, dan mengutus para Nabi dan Rasul pada setiap generasinya agar supaya manusia senantiasa taat kepada Allah SWT.
Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam. Kita senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika salat dan azan. Kalimat syahadatain sering diucapkan oleh umat Islam dalam pelbagai keadaan.
Kita menghafal kalimat syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih. Lantas apakah ucapan syahadatain yang telah kita ucapkan ini sudah betul-betul diwujudkan dalam amaliah yaumiah atau perbuatan keseharian manusia.?
Syahadatain merupakan gerbang utama dalam Agama Islam. Salat, Zakat, Puasa dan amalan-amalan lainya tidaklah berharga di mata Allah SWT sebelum melewati gerbang utama tersebut.
Dengan tertanamnya syahadatain dalam diri kita dengan benar, maka akan kokoh pula bangunan keagamaan yang dibangun, dan akan mudah buat kita mengerjakan amalan-amalan yang di perintahkan Alloh dan senantiasa menegakan ajaran Alloh SWT.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, beliau juga menyerukan kalimat syahadatain ini kepada masyarakat Arab yang masih terjebak dalam kejahilan. Dalam suatu peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para pemimpin-pemimpin dari Quraisy.
Nabi Muhammad SAW bersabda “Wahai saudara-saudarku, maukan kalian aku beri satu kalimat, dimana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh daratan jazirah Arab?”
Seketika mendengar itu Abu Jahalpun segera menjawab, “Jangakan satu kalimat, sepuluh kalimatpun akan kuterima, dan segera berikan kepadaku.” Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda “Ucapkanlah laa ilaha illallah wa anna muhammadu raasulullah.”
Mendengar itu Abu Jahal langsung membalasnya, “kalau kalimat itu yang kau minta kami mengucapkan, berarti engkau telah menyalakan genderang peperangan terhadap kami orang-orang Arab.”
Dari kisah singkat Nabi di atas membuktikan bahwa dakwah Nabi Muhammad SAW merupakan penanaman kalimat syahadatain kepada umat manusia pada saat itu.
Tiga Cara Menyemai Generasi Syahadatain
Untuk saat ini setidaknya ada tiga cara untuk menyemai generasi-generasi syahadatain dan menjadi manusia yang memiliki ruh dakwah seperti dakwah nabi Muhammad SAW kepada masyarakat Arab pada saat itu.
Pertama, meyakini bahwa Syahadat adalah pintu masuk ke dalam Islam. Keyakinan ini harus di tanamkan sejak dini, bahwa syahadatain merupakan pintu masuk ke dalam Islam yang menjadikan apa yang kita lakukan itu bernilai dimata Allah SWT sekecil dan sedikit apapun jumlahnya.
Jika di analogikan dalam sebuah perlombaan lari, ada seseorang yang berlari sangat cepat dan berhasil mencapai garis finish terlebih dahulu, akan tetapi dewan juri mengatakan bahwa dia tidaklah menang, mengapa demikian ? karna dia belum terdaftar dalam perlombaan lari tersebut.
Artinya sebanyak apapun ia sedekah, bermilyaran bahkan triliyunan jika dia belum mengucap kalimat syahadatain maka hal tersebut sia-sia di mata Allah SWT, berbedahalnya ketika kita berinfaq seribu rupian dengan keimanan kepada Allah, maka akan bernilai di mata Allah bahkan dilipat gandakan oleh Allah SWT.
Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka telah melakukan hal itu, terperiharalah darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya, sedangkan hisab mereka kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu bunyi hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa terperiharalah darah dan harta benda mereka dengan kalimat syahadatain dan amalan-amalan setelahnya.
Kedua, menanamkan bahwa Syahadatain merupakan ringkasan ajaran Islam. Dalam syahadatanin setidaknya ada dua prinsip pokok di dalamnya, pertama, adalah pengakuan diri terhadap ke-Esa-an Allah SWT ini mencakup tauhid sebagai landasan dalam beragama.
Prinsip yang kedua merupakan pengakuan terhadap Kerasulan Muhammad SAW, mencakup sunnah-sunnah dan tauladan-tauladan beliau dalam keseharian yang meliputi perkara Muamalah maupun ibadah untuk mengikuti manhaj Allah SWT.
Dua prinsip pokok ini jika tertanam dengan baik dalam diri, maka sudah mencakup seluruh Ajaran Islam.
Banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang tauladan Rasulullah dalam mengikuti Manhaj Allah SWT diantaranya “Muhammad SAW adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan QS. Ali Imran (3): 31, dan aktifitas hidup orang yang beriman kepada Allah, hendaknya mengikuti ajaran Muhammad SAW.”
Ketiga, memahamkan bahwa Syahadat adalah dasar dari sebuah perubahan. Syahadatain mampu merubah manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan itu juga meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.
Kalau kita menengok pada sejarah yang tercatat dalam Islam bahwa Umar bin Khattab merupakan salah satu bukti nyata dari perubahan yang di sebabkan oleh Syahadatain.
Dalam aspek keyakinan dan jalan hidupnya seorang Umar bin Khattab yang pada awalnya sangat memusuhi dakwah Nabi Muhammad SAW seketika menjadi pembela di garis terdepan dakwah Muhammad SAW.
Itu merupakan bukti nyata bahwa syahdatain merupakan dasar dari sebuah perubahan. Jika ada yang bermasalah dalam hidup, mungkin ada yang salah dalam penanaman syahadatain dalam diri.
Maka dari itu kita juga di perintahkan untuk senantiasa memperbarui keimanan kita sebagai Muslim, salah satu diantara memperbarui iman kita adalah memaknai kembali kalimat Syahadatain yang kita ucapkan sebagai perjanjian sakral kita kepada Allah SWT.