SejarahTokoh

Teuku Umar Panglima Perang Aceh

3 Mins read

Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh tahun 1854 dan wafat 11 Februari 1899 M. Ia memimpin perang pada tahun 1876 di Meulaboh (Aceh Barat). Pada tahun itu raja Meulaboh mengikat perjanjian kerja sama dengan Belanda. Hal ini ditentang keras oleh Teuku Umar. Ia memimpin perlawanan terhadap pasukan Belanda yang memasuki Kampung Darat di tepi Sungai Merbau.

Pada tanggal 14 Februari 1878, Belanda berhasil menduduki Kampung Darat sehingga Teuku Umar pindah ke Aceh Besar dan bergabung dengan pasukan yang dipimpin Tuanku Hasyim, Panglima Polim, Teuku Lung Bata, Tengku Tjik Di Tiro, Teuku Nata dan Habib Abdurrahman.

Pada tahun 1881, Teuku Umar mempertahankan Pelabuhan Pate di Utara Meulaboh. Pada tahun 1882, ia berada di medan perang XXV Mukim, Aceh Besar, kemudian mengusir Belanda dari Krueng Raba dan mendirikan markas disana. Pada November 1883, sebuah kapal Inggris kandas di pantai kerajaan kecil Teunom, Aceh Barat.

Teuku Imam Muda, raja Teunom, menyadara semua awak kapal agar Belanda mencabut blokade terhadap pelabuhan Teunom dan membayar tebusan 100.000 ringgit. Belanda berusaha membebaskan para sandera (04 Januari 1884) tetapi gagal karena sandera dibawa ke pedalaman.

Maka Belanda mencari jalan damai dengan meminta bantuan Teuku Umar. Ketika itu, ia telah menyatakan diri berdamai dengan Belanda. Untuk membuktikan sikap damainya, ia bersedia memenuhi permintaan Belanda untuk merundingkan pembebasan para sandera dengan Raja Teunom. Tetapi sebenarnya secara rahasia ia menasihati raja agar tidak mengurangi jumlah uang tebusan, bahkan kalau perlu, meminta lebih besar

Pada tanggal 03 Juli 1884 M, Teuku Umar dan beberapa puluh anak buahnya di bawa dengan sebuah kapal perang Belanda ke sebuah tempat terpencil di Pantai Teunom. Tetapi dalam pelayaran itu amarahnya bangkit karena mendapat penghinaan dari orang-orang Belanda.

Maka setelah tiba di darat naik sebuah sekoci, ia dan anak buahnya menyerang kesembilan kelasi Belanda yang menggiringnya. Tujuh awal kapal tewas, seseorang luka parah dan seorang lagi melarikan diri. Teuku Umar mengambil senjata dan amunisi mereka, lalu melarikan diri untuk melanjutkan peperangan.

Ia melancarkan peperangan di Aceh Barat, karena ia diangkat Sultan Muhammad Daud Syah menjadi Amirul-bahri, Panglima Laut untuk wilayah itu. Pada tanggal 14 Juni 1886, ia menyerang kapal api kecil Hock Canton yang memuat lada dan sedang berlabuh di Pantai Rigaih, Aceh Barat.

Kapal itu diserang karena kaptennya bermaksud menyerahkan Teuku Umar ke penguasa Belanda dan tidak mau membayar harga lada sesuai dengan perjanjian. Kapten kapal dan juru mesinnya dibunuh, sedang istri kapten dan jurumudi satu dijadikan sandera untuk sejumlah uang tebusan.

Pasukan Belanda yang dikirim untuk membebaskan sandera dipukul mundur. Akhirnya, sandra dibebaskan setelah Belanda membayar uang tebusan sebesar 25.000 ringgit. September 1893, Teuku Umar bersama lima belas panglimanya mendatangi Gubernur militer Belanda, C.Deijkerhoff, untuk bekerja sama mengamankan Aceh.

Deijkerhoff menyambut baik tawaran itu dan dalam upacara di Kutaraja mengangkat Teuku Umar sebagai panglima besar dengan gelar Teuku Johan Pahlawan. Ia juga diberi hak memiliki tentara sebanyak 250 orang dan menerima uang sebanyak 66.360 gulden selama setahun dan mendapat rumah besar di Lam Pisang, Aceh Besar.

Pada tanggal 19 Januari 1896, ia diangkat sebagai Uluebalang Leupeung, Aceh Besar Selatan. Selama berpihak pada Belanda, Teuku Umar berhasil mengamankan sejumlah mukim dari pejuang Aceh. Tetapi hal itu tidak melemahkan perjuangan para pemimpin lainnya.

Sultan Muhammd Daud Syah mengirim surat untuk mengingatkannya pada Perang Sabil yang diikutinya bersama Tjik Di Tiro. Diingatkannya pula bahwa berpihak pada Belanda sama dengan melapaskan agama, syariat dan adat. Sultan memintanya agar kembali ke pihak pejuang Islam Aceh.

Permintaan sultan dan desakan Tjoet Njak Dien menyebabkan Teuku Umar kembali ke barisan Aceh. Ia bersama sejumlah besar pasukannya meninggalkan Belanda (29 Maret 1896) dengan membawa banyak uang, mesiu, dan senjata. Pada tanggal 26 April 1896, gubernur baru mulai melakukan serangan terhadap Teuku Umar di Mukim VI.

Pada bulan Mei 1896, pasukan Belanda dapat menguasai Mukim VI sehingga Teuku Umar mundur ke Daya Hulu, Aceh Barat. Sementara itu, pasukan Belanda terus mengejar Teuku Umar. Pada bulan Februari 1898, Teuku Umar datang ke Mukim VII Pidie l, memunuhi panggilan Sulta Muhammad Daud Syah untuk bergabung pada tanggal 1 April 1898 ia bersama Teuku Johan Lampaseh, Teuku Tjoeh Tungkob dan Uluebalang-uluebalang dari Mukim VI dsn III mengucapkan sumpah setia kepada sultan untuk bersama-sama meneruskan Perang Sabil.

Pada tanggal 23 Juli 1898 di Keude Meulu, Pidie, Teuku Umar ditunjuk sebagai pemimpi perang oleh musyawarah pemimpin adat dan agama. Karena hebatnya serangan Belanda, ia mundur ke Aceh Barat. Akhirnya dalam suatu pertempuran dekat Meulaboh, ia tertembak oleh pasukan Belanda.

93 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanSejarah

Al-Waqidi Sejarawan Islam Generasi Awal

3 Mins read
Kuliahalislam.com- Al-Waqidi lahir di Madinah tahun 130 Hijriah/748 Masehi dan wafat di Baghdad tahun 207 H/823 M. Ia merupakan Ulama hadis, ahli…
KeislamanTokoh

Konsep Kemaslahatan Najmuddin At-Tufi

4 Mins read
Kuliahalislam.com-Najmuddin At-Tufi , merupakan ahli fikih, Ushul fiqih dan hadis dari kalangan mazhab Hanbali yang hidup pada abad ke-7 Hijriah dan awal…
KeislamanSejarah

Nabi Sya'ya Dalam Riwayat Ibnu Katsir

3 Mins read
Kuliahalislam.com- Salah satu diantara nabi Bani Israel yang tidak diketahui dengan pasti masa pengutusannya, tetapi diutus setelah Nabi Daud Alaihissalam dan sebelum…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Berita

SUMU Kota Medan Dorong Kolaborasi Strategis Antara Pemerintah dan LP UMKM PP Muhammadiyah

Verified by MonsterInsights