KeislamanTokoh

Abu Ja’far al-Mansur Pendiri Daulah Abbasiyah

3 Mins read

Abu Ja’far al-Mansur lahir di Humaymah, Yordania 95 H/714 M dan dimakamkan di Bir Maimun, Mekah 159 H/775 M. Dia merupakan Khalifah II Daulah Dinasti Abbasiyah, saudara dari Abu Abbas as-Saffah, khalifah pertama Daulah Abbasiyah. Karena senantiasa menang dalam peperangan baik dalam memadamkan kerusuhan kaum pemberontak di dalam wilayah kerajaan maupun dalam menekan serangan Imperium Bizantium, maka dia digelari “al-Mansur” yang artinya adalah orang yang mendapat Pertolongan Allah.

Kekhalifahannya semasa dengan Kaisar Konstantine V di Bizantium, Kaisar Hsuan Tsung dari Dinasti Tang di China dan Raja Nagabhata I pembangun Dinasti Gurjara-Prathihara di anak benua India. Baiat kepadanya berlangsung di ibukota Hasyimiyah serta di wilayah Irak dan Iran.

Di Khurasan, baiat berlangsung di bawah pengawasan Abu Muslim al-Khurasani yang menjabat al-Wali ( raja muda atau Gubernur) di sana. Atas pengaruh dua orang pamannya yang tidak setuju atas pengangkatannya sebagai khalifah yaitu Abdullah Bin Ali dan Saleh bin Ali yang menjabat sebagai gubernur di wilayah Palestina dan Suriah serta wilayah Mesir, Afrika Utara dan Barat jauh sampai Andalusia maka Palestina, Suriah dan Mesir, tidak berbaiat kepadanya bahkan menyusun kekuatan untuk melawannya.

Panglima Besar Abu Muslim al-Khurasani yang dia tugaskan untuk mematahkan perlawanan tersebut berhasil menumpas pasukan pemberontak tetapi Abdullah Bin Ali dapat meloloskan diri. Dia menyerahkan diri setelah khalifah berjanji menjamin keselamatannya. Ternyata dia ditahan dan dibunuh setelah ditahan selama 9 tahun.

Suatu tragedi terjadi ketika dalam dirinya tumbuh rasa khawatir bahwa sang panglima besar Abu Muslim akan memberontak, apalagi setelah beberapa laporan menyatakan sikap panglima tersebut mulai angkuh dan beberapa pucuk suratnya tidak ditanggapi oleh penguasa Khurasan itu. Ia dianggap al-Mansur sebagai tokoh yang akan menimbulkan persoalan bagi dinasti yang sedang dibangun ini.

Dia mengutus Abu Hamid Al-Harwari untuk membujuk Abu Muslim supaya mau datang ke ibukota menemuinya. Meskipun utusan diterima dengan congkak namun akhirnya panglima tersebut memenuhi panggilannya. Di ibukota, dia diadili dan dijatuhi hukuman mati. Dia juga memadamkan pemberontakan di Khurasan yang dipimpin oleh Sundbad, seorang pemuka Mazdaisme ( agama majusi) yang simpatisan fanatik Abu Muslim.

Dalam berhadapan dengan Kaisar Constantine V dari Bizantium, dia berhasil merebut kembali Kota Benteng Malatia, maju menguasai wilayah Coppadocia, lalu bergerak ke barat dan merampas kembali Sisilia. Kalau bukan karena permohonan damai dari Kaisar Constantine, dia bermaksud akan melaju ke utara melintasi pegunungan Taurus dengan sasaran kawasan Selat Bosporus. Tujuh tahun masa damai yang dikenal dengan Seven’s Years Truce (758-765), ditebus oleh Bizantium dengan keharusan membayar umpeti tahunan.

Al-Mansur juga berhasil mengatasi usaha pemberontak di wilayah Khazar tempat kediaman suku bangsa Slav, asal usul bangsa Rusia putih di kawasan Utara Kaukasus yang mencoba merebut wilayah Georgia dan Armenia.

Pada tahun 759 dia membasmi gerakan Rawindiah, suatu kelompok yang berkecenderungan sebagai Syiah Abbasiyah, fanatik kepada keturunan Abbas. Berbagai macam kerusuhan lainnya yang muncul pada masa pemerintahannya dapat diatasi. Semua pemberontakan itu berhasil ia padamkan menjelang tahun 760.

Dialah sesungguhnya pembangunan dinasti Daulah Abbasiyah. Sebagai pendiri dan pembangun Dinasti Abasiyyah, ia tetap waspada dan tanpa segan-segan dan dengan sikap tegas ia bertindak keras bahkan membunuh pemimpin-pemimpin kelompok yang dipandang berbahaya yaitu pertama, sisa keluarga Bani Umayyah, dinasti yang ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah dan kedua kaum Syiah yang sebelumnya bersekutu dengan dinasti Abbasiyah untuk menumbangkan Dinasti Umayyah tetapi merasa tidak puas karena tidak ikut serta dalam kekuasaan daulah Bani Abbasiyah.

Sebagai pembangun, dia ingin melihat jauh ke depan sebuah Khliafah Abbasiyah yang memiliki pilar-pilar peradaban yang kokoh. Dia mendirikan sebuah ibukota menggantikan ibukota Hasyimiyah pada tahun 145 H/ 762 M. Pada mulanya kotak itu diberi nama dengan Madinah as-Salam ( kota perdamaian) tetapi kemudian yang dia pakai adalah nama persianya yaitu Baghdad ( pemberian Allah).

Pembangunan kota Baghdad menyerap tidak kurang dari 4.883.000 dirham bahkan melibatkan 100.000 orang arsitek, tukang, buruh yang didatangkan dari Suriah, Iran, Irak dan daerah lainnya. Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi adalah salah seorang tokoh terpenting diundang dalam peresmian ibukota Baghdad. Tokoh itu pula yang meninggal dalam penjara Khalifah al-Mansur pada tahun 150 H karena telah membuatmu murka akibat penolakan Imam Abu Hanifah terhadap beberapa kali permintaan Khalifah al-Mansur agar dia mau menjadi hakim tinggi kerajaan.

Pada masa Khalifah Al Mansur dimulai gerakan penyalinan literatur Iran, India, Yunani dan Suryani secara besar-besaran. Jurjis bin Bakhtisyu, mahaguru ketabiban di perguruan Jundishapur dan Kristen beraliran Nestorian diangkatnya sebagai tabib istana.

Di bidang ilmu pengetahuan, penyusunan cabang-cabang ilmu baik umum maupun agama mulai dilakukan. Cendekiawan cendekiawan yang hidup pada masanya antara lain Malik bin Anas atau Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan as-Sauri, Imam Sibawihi, al-Kisa’i dan lainnya.

Juga pada masanya berlangsung kegiatan pengumpulan dan penyaringan hadis karena di sini terjadi banyak pemalsuan Hadits. Begitu pula Ilmu Tafsir semakin menunjukkan berkembang pada masanya. Semua perkembangan dan kemajuan tersebut ditopang oleh sikap hidup al Mansur yang dikenal sederhana dan tidak terbius oleh kemegahan kekuasaan yang ada di tangannya. Pada tahun 159 H/775 M, dalam perjalanan untuk menunaikan ibadah haji ke kota suci Mekkah, di Bir Maimun menjelang kota Kufah, karena suatu penyakit dia wafat setelah memerintah selama 22 tahun. Dia dimakamkan di Mekah.

128 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanNgaji Jawahirul Qur’an

Gus Ulil Ngaji Jawahirul Al-Qur’an: Menyelami Surah Al-Fatihah

2 Mins read
Sudah mafhum bahwa istilah-istilah batu mulia, seperti al-jauhar (permata), al-yaqut (ruby), dan az-zabarjad (zamrud), digunakan dalam kitab Jawahirul Qur’an untuk menggambarkan kekayaan…
Keislaman

Hakikat Syukur Ala’ Imam Al-Ghazali

2 Mins read
Syukur, meskipun secara umum dianggap sebagai sebuah lafal yang sederhana dan remeh, sejatinya merupakan konsep yang sangat mendalam dan menantang untuk diamalkan…
KeislamanSejarah

Tarajim Corak Penulisan Biografi Rasulullah

4 Mins read
Tarajim jamaknya dari tarjamah artinya biografi. Tarajim merupakan salah satu corak penulisan tarikh ( historiografi) Islam yang sangat populer dan sangat dominan….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Esai

Nur dalam Al-Qur’an: Dari Leksikal ke Spiritualitas

Verified by MonsterInsights