Khutbah Jum’at kali ini bertema “Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.” Mengajak kepada umat Islam agar selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam keadaan apapun. Berharap di akhirat kelak akan mendapatkan syafaatnya.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
sekarang sudah memasuki Rabi’ul Awwal. Adalah bulan di mana baginda Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Ibnu Katsir di dalam kitab Al-Bidayah wa Al-Nihayah menyitir sejumlah pandangan para ulama yang menjelaskan keragaman pendapat mengenai kapan Nabi dilahirkan.
Ada yang berkata Nabi Muhammad dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal pada Tahun Gajah. Tetapi sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Nabi lahir pada hari Jum’at tanggal 18 Rabi’ul Awwal. Ulama yang lain lalu berkata bahwa Nabi tidaklah lahir pada bulan Rabi’ul Awwal, melainkan pada bulan Muharram.
Ada juga yang berkata pada bulan Sya’ban dan Ramadan. Namun, kata Ibnu Katsir di dalam kitabnya Al-Bidayah wa Al-Nihayah, pendapat yang lebih kuat yang bisa dijadikan pegangan oleh umat Islam seperti yang dijelaskan oleh hadis Nabi sendiri, yaitu pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal pada Tahun Gajah.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal inilah awal mula yang memotivasi umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Walaupun penting dikatakan bahwa perayaan maulid Nabi seperti yang terselenggara di abad ke-20 dan abad 21 tidak pernah ditelandani oleh Nabi sendiri, tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat dan tidak pernah dititahkan oleh para tabi’in.
Alih-alih tidak pernah diteladankan oleh Nabi sendiri, namun orang yang pertama kali menginisiasi dan merintis perayaan maulid Nabi adalah Shalahuddin Al-Ayyubi, ketika terjadi Perang Salib, dalam hal ini ketika umat Islam berperang hampir saja dikalahkan oleh pasukan Salib orang-orang Kristen.
Dan untuk memotivasi pasukan Salib, tidak jarang orang-orang Kristen menurunkan dan menumpas semangatnya pada perayaan Natal atau perayaan Hari Kelahiran Nabi Isa di dalam fase umat Islam, Yesus Kristus di dalam orang-orang Kristen.
Sementara itu, umat Islam tidak memiliki tradisi untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Atas dasar itu, maka Shalahuddin Al-Ayyubi berinisiatif untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara di isi cerita-cerita peperangan yang dilakukan oleh Nabi yang disebut dengan “Al-Maghazi”. Adalah kisah bagaimana cara taktik dan strategi Nabi ketika berperang sehingga Nabi bisa menang di dalam Perang Badar, walaupun di Perang Uhud umat Islam dikalahkan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Al-Maghazi adalah puisi yang bercerita tentang peperang Nabi Muhammad SAW yang terus memotivasi umat Islam, bahkan setiap perjumpaan-perjumapaan dikisahkan peperangan Nabi. Inilah yang memotivasi umat Islam untuk tidak surut melawan pasukan Salib yang digelorakan oleh orang-orang Kristen saat itu.
Sejak masa Shalahuddin Al-Ayyubi inilah, setelah ratusan tahun Nabi wafat, ratusan tahun setelah periode sahabat dan tab’in kemudian dirayakan maulid Nabi. Hingga pada perkembangan selanjutnya Al-Bushiri menulis sebuah kumpulan puisi di dalam kitab Al-Barzanji, dan maulid di isi dengan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Di dalam Al-Barzanji banyak dikutip puisi indah sebagai bukti kecintaan Al-Bushiri kepada Nabi Muhammad SAW
دعا إلى الله فالمستمسكون به # مستمسكون بحبلٍ غير منفصم
Artinya: “Beliau mengajak menuju keridhaan Allah Swt. Maka siapapun yang berpegang teguh padanya, berarti ia berpegang pada tali yang takkan pernah putus.”
فاق النبيين في خلقٍ وفي خُلقٍ # ولم يدانوه في علمٍ ولا كرم
Artinya: “Beliau melampaui para nabi-nabi terdahulu baik ketampanan maupun budi pekertinya. Dan para nabi-nabi itu takkan menyamai Rasulullah saw, baik dalam ilmu maupun kemuliannya.”
Kata Al-Bushiri, tidak satu pun Nabi yang melewati ketampanannya Nabi Muhammad SAW sekalipun Nabi Yusuf, karena ketampanan Nabi Yusuf AS hanya separuh dari ketampanan Nabi Muhammad SAW.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Tidak hanya mengungguli dari soal ketampanan fisik jasmani saja, Nabi Muhammad SAW juga mengungguli dari segi akhlak dan budi pekerti. Itu sebabnya, di dalam Alqur’an Nabi mendapatkan pujian langsung dari Allah SWT dinyatakan:
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Al-Bushiri memulai penyelenggaraan yang baru di dalam merayakan maulid Nabi. Semula di isi dengan Al-Maghazi (mengenai peperang Nabi), kemudian di isi dengan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW.
Waktu berjalan, pada abad 19 umat Islam mulai disibukkan dengan persengketaan pendapat internal umat Islam. Ada yang berkata bahwa maulid Nabi bid’ah, karena itu harus ditolak. Sementara yang lain berpendapat boleh, meskipun maulid Nabi tidak pernah dicontohkan oleh Nabi sendiri, akan tetapi maslahat dan manfaatnya jauh lebih besar.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Terlalu angkuh dan sombong rasanya jika kita tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW karena Allah SWT sendiri membaca shalawat kepada Nabi. Dalam Alqur’an ditegaskan:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ ۗ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: 56).
Selagi perayaan maulid Nabi di isi dengan pembacaan shalawat dan untuk menegakkan syiar Islam, maka semestinya sudah tidak ada persoalan dan tak perlu dipersoalkan. Lebih dari itu, sebagai ekspresi kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAw kita mengikuti ajaran-ajaran yang telah ditegakkan dan dijalankan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah SWT
Mari kita jadikan kehadiran Rasulullah di bulan maulid ini sebagai rahmat bagi kita semua. Rahmat karena, kita memiliki peluang untuk membuktikan cinta dengan selalu tunduk dan patuh terhadap apa yang telah diajarkan dan dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW. Amin.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّاۤ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًا. وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَاَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ