Keislaman

Takhalli Mengosongkan Diri Dari Nikmat Dunia

2 Mins read

Takhalli pengosongan atau pencarian. Usaha pengosongan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat dicapai dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha menundukkan dorongan hawa nafsu. Menurut kaum Sufi, kemaksiatan itu pada dasarnya dapat dibagi dua yaitu maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah segala perilaku yang tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mulut dan mata. Maksiat batin adalah segala perilaku yang tercela yang diperbuat oleh anggota batin yaitu hati. Imam Al Ghazali menyebut sifat-sifat yang tercela ini dengan sifat-sifat Muhlikat (kerusakan) yaitu segala tingkah laku manusia yang dapat membawa pada kebinasaan.

Istilah ini juga disebutnya sebagai suatu kehinaan (razilah). Karena itu dia menamakan marah dengan razilah al-gadab ( kehinaan marah), dengki dengan razilah al-hasad ( kehinaan dengki), dan lain sebagainya. Dalam tasawuf akhlaki, pembicaraan tentang sikap atau kelakuan yang tercela lebih didahulukan daripada pembicaraan tentang sikap atau kelakuan yang terpuji karena hal ini termasuk usaha Takliyah ( pengosongan diri dari sifat-sifat tercela tersebut) sambil mengisinya (Tahliyah) dengan sifat-sifat terpuji.

Oleh para sufi, membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela dipandang penting karena sifat-sifat itu merupakan najis maknawi (najasah ma’nawiyah). Adanya najis-najis itu pada diri seseorang tidak memungkinkan orang tersebut untuk dekat dengan Tuhan, sebagaimana kalau dia mempunyai najis zati (najasah suriyah) yang tidak memungkinkan untuk mendekati atau melakukan ibadah yang diperintahkan Tuhan, karena Tuhan Yang Maha Suci tidak dapat didekati orang yang tidak suci.

Dalam hal menanamkan rasa benci pada kehidupan duniawi serta mematikan hawa nafsu, kaum Sufi berbeda pendapat. Sekelompok sufi yang moderat berpendapat bahwa rasa kebencian terhadap kehidupan duniawi cukup sekedar jangan sampai lupa pada tujuan hidupnya dan tidak perlu meninggalkannya sama sekali. Demikian pula dengan kematian hawa nafsu itu, cukup dengan sekedar menguasainya melalui pengaturan disiplin kehidupan. Golongan ini tetap memanfaatkan hal-hal yang bersifat duniawi sekedar untuk memenuhi kebutuhannya dengan mengatur dan mengontrol dorongan hawa nafsu yang dapat mengganggu stabilitas akal dan perasaan.

Dengan pola hidup serasi dan seimbang, sufi kelompok ini merasa menemukan kebebasan untuk menempatkan Allah sebagai inti dari segala citanya. Kesibukannya terarah pada pengabdian kepada Allah dan selalu berpegang pada garis kebijaksanaan yang relevan dengan tujuan hidupnya.

Sementara itu, ada pula kelompok sufi yang berkeyakinan bahwa kehidupan duniawi benar-benar sebagai “racun pembunuh” kelangsungan cita-cita sufi. Dunia adalah penghalang perjalanan. Karena itu, nafsu untuk mencintai dunia haruslah dimatikan dari diri manusia agar dia bebas berjalan menuju tujuannya yaitu mencapai kenikmatan spiritual yang hakiki. Bagi mereka, untuk mencapai keridhaan Tuhan, tidak sama dengan kenikmatan-kenikmatan material. Pengingkaran pada ego dengan meresapkan diri pada kemauan Tuhan adalah perbuatan utama. Dengan demikian nilai moral itu betul-betul agamis karena tiap-tiap tindakan dia sejajarkan dengan ibadah yang lahir dari motivasi eskatologis.

Jika dia atau hati telah dihinggapi oleh penyakit atau sifat-sifat yang buruk, maka dia harus diobati. Obatnya adalah menunjukkan sebab-sebab penyakit itu, menginsafkan akan akibat-akibat yang berbahaya, melatih membersihkannya dan membalikannya pada keadaan fitrahnya, saya mengisinya dengan sifat-sifat yang baik dan yang dapat menumbuhkan amal-amal yang baik pula. Usaha-usaha kearah itu, dengan segala upaya sungguh-sungguh, tentu akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik yang oleh Imam Al Ghazali dinamakan Munjiyat yaitu tingkah laku yang dapat menyelamatkan dan membahagiakan pelakunya.

77 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
Keislaman

Kedudukan Akal Dalam Pemikiran Islam

5 Mins read
Kuliahalislam-Akal merupakan daya berpikir yang ada dalam diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa serta mengandung arti berpikir, memahami dan…
KeislamanTokoh

Sunan Kalijaga Mengislamkan Jawa Dengan Seni

5 Mins read
Kuliahalislam- Sunan Kalijaga merupakan seorang wali dari suku Jawa asli. Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid (R.M Syahid), putra dari Ki Tumenggung…
FilsafatKeislaman

Kasyf Terbukanya Rahasia Ketuhanan

4 Mins read
Kuliahalislam.com- Kasyf merupakan suatu tingkatan tertinggi dalam tasawuf. Bagi orang yang mengalaminya akan terbuka hijab ( dinding atau tabir) yang mengantarai rahasia…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights