KeislamanPendidikan

Sejarah Berdirinya Pesantren Di Indonesia

5 Mins read

Kuliahalislam.com-Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. Kata pesantren atau Santri berasal dari bahasa Tamil yang artinya “Guru Mengaji”.

Sumber lain menyebutkan bahwa kata itu berasal dari bahasa India yaitu “Shastri” dari akar kata “Shastra” yang artinya buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Di luar pulau Jawa, lembaga pendidikan ini disebut dengan nama lain seperti Surau di Sumatra Barat, Dayah di Aceh dan Pondok di daerah lain.

Perbedaan Pesantren dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya adalah para santri atau murid tinggal bersama dengan Kyai atau guru mereka dalam satu kompleks tertentu yang mandiri sehingga dapat menumbuhkan ciri-ciri khas Pesantren seperti : adanya hubungan yang akrab antara santri dan kyai, santri taat dan patuh kepada kyainya dan ketiga, para santri hidup secara mandiri dan sederhana.

Keempat, adanya semangat gotong royong dalam suasana penuh persaudaraan. Serta kelima, bahwa santri telah hidup disiplin. Agar dapat melaksanakan tugas mendidik dengan baik biasanya sebuah Pesantren memiliki sarana fisik yang minimal terdiri dari sarana dasar, yaitu Langgar dan Masjid sebagai pusat kegiatan, tempat tinggal Kyai dan keluarganya,pondok tempat tinggal para santri dan ruangan-ruangan belajar.

Ada dua versi pendapat mengenai asal-usul latar belakang berdirinya pesantren Indonesia. Pertama, pendapat yang menyebutkan bahwa Pesantren berakar daripada tradisi Islam itu sendiri itu tradisi tarekat. Pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum Sufi.

Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Hal ini ditandai oleh terbentuknya kelompok-kelompok organisasi tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir dan wirid-wirid tertentu.

Pemimpin tarekat itu disebut Kyai yang mewajibkan pengikutnya untuk melaksanakan suluk selama 40 hari dalam 1 tahun dengan cara tinggal bersama sesama anggota tarekat dalam sebuah masjid untuk melakukan ibadah-ibadah di bawah bimbingan Kyai. Untuk keperluan suluk ini, para Kyai menyediakan ruangan-ruangan khusus untuk penginapan dan tempat memasak yang terletak di kiri dan kanan masjid.

Baca...  Khutbah Jum’at: Akhlak Terhadap Allah SWT

Di samping mengajarkan amalan-amalan tarekat, para pengikut itu juga diajarkan kitab-kitab agama dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan agama Islam. Aktivitas yang dilakukan oleh pengikut-pengikut tarekat ini kemudian dinamakan pengajian. Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pengajian ini tumbuh dan berkembang menjadi lembaga pesantren.

Kedua, pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren yang diadakan oleh orang-orang Hindu di Nusantara. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia, lembaga pesantren sudah ada di negara ini. Pendidikan Pesantren pada masa itu dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan ajaran agama Hindu dan tempat membina kader penyebar Hindu.

Tradisi penghormatan murid kepada guru yang pola hubungan antara keduanya tidak didasarkan kepada hal-hal yang sifat materi juga bersumber dari tradisi Hindu. Fakta lain menunjukkan bahwa Pesantren bukan berakar dari tradisi Islam adalah tidak ditemukannya lembaga pesantren di negara-negara Islam lainnya, sementara lembaga yang serupa dengan Pesantren banyak ditemukan di dalam masyarakat Hindu dan Budha seperti di India, Myanmar dan Thailand.

Pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaan dan perkembangannya setelah abad ke-16. Karya klasik Jawa seperti Serat Cabolek dan Serat Centini mengungkapkan bahwa sejak permulaan abad ke-16 Indonesia telah banyak dijumpai pesantren yang besar yang mengajarkan berbagai kitab klasik dalam bidang fiqih, teologi dan tasawuf dan menjadi pusat-pusat penyiaran Islam.

Berdasarkan data Departemen Agama tahun 1984-1985, jumlah pesantren di Indonesia pada abad ke-16 sebanyak 613 buah tetapi tidak diketahui tahun berapa Pesantren itu didirikan. Demikian pula berdasarkan laporan pemerintah Hindia Belanda diketahui bahwa pada tahun 1831 di Indonesia ada sejumlah 1.853 buah lembaga pendidikan Islam tradisional dengan jumlah murid 16.556 orang.

Namun laporan tersebut belum memisahkan antara lembaga pengajian dan lembaga pesantren yang terbatas pada yang terdapat di pulau Jawa saja. Baru setelah ada laporan penelitian Van Den Breg pada tahun 1885 diketahui bahwa dari sejumlah 14.929 lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia, 300 diantaranya merupakan lembaga pesantren.

Pada masa berikutnya lembaga Pesantren berkembang terus dalam segi jumlah, sistem dan materi yang diajarkan. Pesantren-pesantren terkenal pada masa pemerintah kolonial Belanda diantaranya adalah Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Wonikoyo di Probolinggo, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Termas di Pacitan, Pesantren Tegalsari, Pesantren Gontor dan Pesantren Jamseran di Solo.

Baca...  Dakwah, Pilar Esensial dalam Menjaga Keutuhan Sosial

Pesatnya perkembangan Pesantren pada masa ini antara lain disebabkan hal berikut. Pertama, para ulama dan Kiai mempunyai kedudukan yang kokoh di lingkungan kerajaan dan Keraton yaitu sebagai penasihat Sultan. Oleh karena itu, pembinaan pondok pesantren merupakan perhatian dari para raja dan sultan. Bahkan beberapa pondok Pesantren didirikan atas dukungan Keraton seperti Pesantren Tegalsari di Jawa Timur yang digagas oleh Paku Buwono II.

Kedua, kebutuhan umat Islam akan sarana pendidikan yang mempunyai ciri khas keislaman juga semakin meningkat sementara sekolah-sekolah Belanda pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu. Ketiga, hubungan transportasi antara Indonesia dan Mekkah semakin lancar sehingga memudahkan pemuda-pemuda Islam di Indonesia menuntut ilmu ke Mekah. Kembalinya ke tanah air, mereka biasanya langsung mendirikan pondok pesantren di daerah asalnya dan menerapkan cara-cara belajar seperti yang dijumpai di Mekah.

Pesantren Pada masa ini ada yang memiliki kekhususan tertentu yang membuatnya berbeda dengan Pesantren lainnya, biasanya karena kekhususan disiplin ilmu yang diajarkan oleh kyainya. Adapun yang diajarkan adalah ilmu hadits dan fiqih, ilmu bahasa Arab, Ilmu tafsir, ilmu tasawuf dan lain-lainnya.

Perubahan penting yang terjadi dalam kehidupan Pesantren adalah ketika dimasukkannya sistem madrasah. Hal ini dianggap sebagai imbangan terhadap pesatnya pertumbuhan sekolah-sekolah yang memakai sistem pendidikan Barat. Dengan sistem Madrasah, Pesantren mencapai banyak kemajuan yang terlihat dari bertambahnya jumlah pesantren. Dengan masuknya sistem madrasah, jenjang jenjang pendidikan di pesantren juga ikut menyesuaikan diri dengan jenjang madrasah.

Dalam perkembangan selanjutnya banyak pesantren yang menyediakan sekolah umum dengan kurikulum sekolah umum yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pesantren memiliki 4 elemen dasar yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan berada pada satu kompleks tersendiri. Pertama, Pondok. Dalam tradisi Pesantren, Pondok merupakan asrama di mana para santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan Kyai. Pada umumnya kompleks Pesantren dikelilingi dengan pagar sebagai pembatas yang memisahkannya dengan masyarakat umum di sekelilingnya. Ada pula yang tidak berbatas.

Baca...  KH. Abdulloh Ma'sum Jauhari: Sosok Gondrong Yang Mempersatukan Ulama

Bangunan pondok pesantren berbeda-beda baik kualitas maupun kelengkapannya. Ada yang didirikan atas biaya kiainya, didirikan atas kegotongroyongan para santri, dan sumbangan warga masyarakat atau sumbangan pemerintah. Tetapi dalam tradisi Pesantren, ada kesamaan yang umumnya itu Kyai yang memimpin pesantren biasanya mempunyai wewenang dan kekuasaan mutlak atas pembangunan dan pengelolaan pondok.

Kedua, Masjid. Dalam struktur pesantren, Masjid merupakan unsur dasar yang harus dimiliki Pesantren karena dia merupakan tempat utama yang ideal untuk mendidik dan melatih para santri, khususnya di dalam mengajarkan tata cara ibadah, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kegiatan keagamaan masyarakat.

Ketiga, pengajaran kitab-kitab klasik. Dalam tradisi pesantren, pengajaran kitab-kitab Islam klasik lazimnya memakai metode-metode berikut. (a). Metode Sorogan yaitu bentuk belajar mengajar dimana Kiyai hanya menghadapi seorang santri atau sekelompok kecil santri yang masih dalam tingkat dasar. Tata caranya adalah seorang santri menyodorkan sebuah kitab di hadapan Kyai kemudian Kiyai membacakan beberapa bagian dari kitab itu lalu murid mengulanginya di bawah tuntunan Kiyai. (b). Metode Wetonan atau Bandongan adalah metode mengajar dengan sistem ceramah. Kiyai membaca kitab di hadapan sekelompok santri tingkat lanjutan dalam jumlah besar pada waktu-waktu tertentu seperti sesudah salat berjamaah. (c). Metode Musyawarah adalah sistem belajar dalam bentuk seminar untuk membahas setiap masalah yang berhubungan dengan metode pelajaran santai di tingkat tinggi.

Pada umumnya Pesantren mengajarkan kitab-kitab Islam klasik seperti ilmu nahwu, ilmu saraf, Ilmu tafsir, ushul fiqih, fiqih, hadis, tauhid, tasawuf dan cabang-cabang ilmu keislaman lainnya. Keempat, Santri. Jumlah santri dalam sebuah Pesantren misalnya dijadikan tolak ukur atas maju mundurnya satu pesantren. Semakin banyak santri maka Pesantren dinilai semakin maju. Santri ada dua macam yaitu Santri Mukim yaitu Santri yang selama menuntut ilmu tinggal di dalam pondok yang disediakan oleh pesantren. Kemudian ada Santri Kalong yaitu santri yang tinggal di luar kompleks pesantren.

 

 

186 posts

About author
Redaktur Kuliah Al Islam
Articles
Related posts
KeislamanTokoh

Rohana Kudus Tokoh Pergerakan Wanita Indonesia

3 Mins read
Kuliahalislam.com. Rohana Kudus (lahir di Kotagadang, Bukittinggi, Sumatra Barat, 20 Desember 1884 dan wafat di Jakarta, 17 Agustus 1972). Ia merupakan perintis…
Keislaman

Ziarah Makam Sunan Pandanaran : Biografi dan Jejak Spiritual di Tanah Jawa

4 Mins read
Ziarah makam sunan Pandanaran: biografi dan jejak spiritual di tanah Jawa. Pada hari itu saat menuju makam sunan Pandanaran penulis berangkat tidak…
OpiniPendidikan

Perkembangan Pendidikan Berbasis Kurikulum Cinta

4 Mins read
Akhir-akhir ini, saya sering merenung tentang sistem pendidikan yang sedang kita jalani. Setiap hari, para siswa berlari dari satu pelajaran ke pelajaran…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights