Respon anak muda terhadap politik Indonesia sangat beragam, tergantung pada latar belakang dan pengalaman individu, anak muda zaman sekarang tidak bisa lepas dari gadget melalui gadget gen z bisa mengakses media sosial melalui dari media sosial inilah gen z bisa melihat dan menganalisi bagaimana politik Indonesia berlaku.
Banyak gen z yang lebih kritis terhadap pemerintih dan politisi, gen z sering menganalisi kebijakan publik dan transparansi terutama terkait isu korupsi, lingkungan dan hak asasi manusia, gen z juga sering sekali menyampaikan ketidak puasannya terkait isu korupsi, HAM, pendidikan, melalui media sosial.
Tak jarang gen z gerang dengan tingkah laku pemimpin yang tidak mementingkan rakyat dan malah mementingkan diri sendiri, media sosial menjadi alat utama bagi gen z untuk berdiskusi dan mencari dukungan tentang isu-isu politik di Indonesia melalui media sosial yakni platfrom seperti Twitter, Instagram, TikTok, dan masih banyak platfrom media sosial lainnya, melalui platfrom ini gen z biasanya menyebarkan informasi politik secara keratif.
Meningkatkan kesadaran politik pada gen z dapat dilakukan melalui pendekatan yang sesuai dengan karakteristik gen z seperti memanfaatkan media sosial melalui platfrom apapun, diskusi terbuka dan interaktif, pendidikan politik di sekolah dan juga kampus, aksi sosial dan kampanye lapangan, pemanfaatan figur publik dan influenser dan akses informasi yang netral.
Beberapa cara diatas dapat membantu gen z dalam meningkatkan kesadaran diri terhadap politik di era globalisasi ini. Menanggapi politik di Indonesia gen z semakin sadar dan aktif dalam berpartisipasi untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia.
Dan juga lebih sadar akan hak untuk berbicara, berkumpul, memilih dan ikut proses politik lainnya. Jika kita sebagai generasi penerus mengerti akan politik bisa membuat perubahan. Anak muda yang memahami politik bisa lebih mudah mengikuti gerakan sosial, demo, dan kampanye untuk isu-isu penting seperti koruspi, ketidakadilan, kecurangan dan masih banyak lagi.
Generasi Z (Gen Z) di Indonesia menunjukkan kesadaran politik yang meningkat, terutama menjelang Pemilu 2024. Mereka merupakan kelompok pemilih pemula yang mendominasi pemilik suara, sehingga peran mereka sangat penting dalam membentuk masa depan politik Indonesia.
Meskipun demikian, kesadaran politik Gen Z tidak selalu termanifestasi dalam bentuk partisipasi formal seperti pemilu atau kegiatan partai politik. Mereka lebih cenderung terlibat dalam isu-isu sosial yang memiliki dampak langsung pada kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan hidup, pendidikan, dan hak-hak asasi manusia.
Faktor- Pendidikan Politik: Pendidikan politik yang efektif dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi politik Gen Z.
Media Sosial: Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk opini dan perilaku politik Gen Z.
Konteks Sosial: Lingkungan sosial dan budaya juga mempengaruhi kesadaran politik Z.r yang Mempengaruhi Kesadaran Politik Gen Z:
Tantangan dan Peluang, meningkatkan kesadaran politik dan partisipasi Gen Z dalam proses demokrasi. Mengatasi hoax dan disinformasi yang dapat mempengaruhi opini dan perilaku politik Gen Z.
Membangun kultur demokrasi yang kuat dan berkelanjutan di kalangan Gen Z. Dengan demikian, kesadaran politik Gen Z di Indonesia memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan politik yang lebih baik.
Cara meningkatkan partisipasi gen z dalam berpolitik yang pertama, pendidikan politik di sekolah, kedua kampanye kesadaran politik, ketiga menggunakan media sosial efektif, keempat membangun komunitas politik pemuda, lima mengajak Gen Z berpartisipasi dalam proses demokrasi.
Sikap positif gen z terhadap politik Indonesia:
1. Aktivisme online: Gen Z aktif berdiskusi politik di media sosial.
2. Keterlibatan pemilu: Gen Z antusias dalam pemilihan umum.
3. Kritis terhadap informasi: Gen Z waspada terhadap hoax dan disinformasi.
4. Penggunaan teknologi: Gen Z memanfaatkan teknologi untuk mengakses informasi politik.
5. Advokasi hak-hak: Gen Z peduli dengan isu-isu sosial dan hak-hak asasi.
Sikap negatifnya:
1. Apati politik: Sebagian Gen Z merasa tidak peduli dengan politik.
2. Ketergantungan pada influencer: Gen Z terpengaruh oleh opini influencer.
3. Kurangnya pengetahuan politik: Gen Z kurang memahami proses demokrasi.
4. Skeptisisme terhadap politik: Gen Z meragukan efektivitas sistem politik.
5. Konflik generasi: Gen Z memiliki pandangan berbeda dengan generasi sebelumnya.