Opini

Relasi Antara Ajaran-ajaran Dasar Kristen dan Islam

8 Mins read

Agama Kristen dan Islam merupakan dua agama terbesar di dunia yang memiliki akar sejarah yang sama, yakni dari tradisi monoteistik Abrahamik. Keduanya berkembang di wilayah Timur Tengah dan membawa ajaran yang menekankan keesaan Tuhan, ibadah, serta nilai-nilai moral dan etika sosial. Meskipun terdapat banyak kesamaan dalam prinsip-prinsip fundamentalnya, kedua agama ini juga memiliki perbedaan mendasar dalam aspek teologi, terutama dalam konsep ketuhanan, keselamatan, serta peran Yesus Kristus atau Nabi Isa AS.

Perbandingan antara ajaran dasar dalam Kristen dan Islam menjadi penting tidak hanya dalam kajian akademik keagamaan, tetapi juga dalam membangun dialog antaragama yang lebih konstruktif. Dalam konteks dunia modern, pemahaman yang lebih mendalam terhadap persamaan dan perbedaan kedua agama ini dapat menjadi jembatan untuk menciptakan toleransi, keharmonisan sosial, serta penguatan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Tulisan ini akan membahas hubungan antara ajaran-ajaran dasar dalam Kristen dan Islam dengan menyoroti aspek-aspek utama seperti konsep ketuhanan, peran Yesus Kristus, keselamatan, ibadah, serta nilai-nilai etika sosial. Dengan pendekatan komparatif ini, diharapkan pembahasan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang bagaimana kedua agama tersebut berinteraksi secara teologis dan sosial dalam kehidupan umat beragama.

Trinitas

Istilah “Trinitas” berasal dari kata Inggris “triunity” merupakan gabungan dari kata “tree” yang berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi kata ini digunakan untuk menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas tetapi juga menekankan keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam Trinitas. Sebuah definisi yang baik tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi” (Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 1, hal. 72).

Memang, tidaklah mudah membuat definisi dari Trinitas, hal ini dikaitkan dengan perlunya keseimbangan penekanan dari keesaan (ketunggalan) dan ketigaan (kejamakan) Allah. Penekanan yang berlebihan pada keesaan atau ketigaan dapat menyebabkan kekeliruan dan kesesatan. Alkitab jelas menunjukkan adanya “ketunggalan Allah” dan juga menunjukkan adanya “kejamakan Allah”. Karena itu, dua sikap ekstrim yang keliru yang harus dihindari, yaitu:

Pertama, sikap ekstrim yang terlalu menekankan “kejamakan dalam diri Allah” dan mengabaikan “kesatuanNya”. Sikap ini mengakibatkan menjadi “Tritheisme”, yaitu kepercayaan kepercayaan kepada tiga Allah. Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan Allah, berarti mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.

Kedua, sikap ekstrim yang menekankan “kesatuan Allah” dan mengabaikan “kejamakan dalam diri Allah”. Kita tidak bisa hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan lalu mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak. Ini keliru dan menyebabkan “Monoteisme Unitarian”. Karena kalau kita melakukan hal itu, lalu apa yang akan kita lakukan dengan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah? Membuangnya? Mengabaikannya? Ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang mempercayai Alkitab sebagai Firman Tuhan!

Ajaran Allah Trinitas merupakan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan ayat-ayat Alkitab yang menyatakan ketunggalan dan kejamakan Allah tersebut. Jika kita mau menerima doktrin Allah Trinitas, maka kita bisa mengharmoniskan kedua kelompok ayat tersebut. Kalau kita menolak doktrin Allah Trinitas, ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi (pertentangan) dalam Alkitab yang tidak mungkin bisa diharmoniskan.

Yakub B. Susabda dalam buku “Bergaul dan Mengenal Allah” menyebutkan tiga alasan mengapa pengenalan akan Allah Trinitas ini penting, yaitu:

Pertama, Allah orang Kristen adalah Allah yang hanya mau dikenal dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa, tetapi mengenak keesaanNya saja tidaklah menyelamatkan. Seluruh rencana keselamatan Allah hanya daat dipahami dan diimani dalam hubungan dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diriNya yang progresif, rencana dan cara kerjaNya.

Baca...  Krisis Ormas Islam dalam Perbedaan Sudut Pandang 

Allah ingin kita mempercayai dan mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan dan mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan yang diperkenanNya, tetapi ia menginginkan kita mengenalNya sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan keunikanNya masing-masing. Alkitab menegaskan bahwa bahwa Allah tidak mungkin dapat dikenali diluar dari apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17; Bandingkan Yohanes 14:6; 15:16).

Kedua, iman kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman Kristen yang membedakannya dari iman semua agama-agama lain. Tanpa pengenalan akan Ketrinitasan Allah, perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agama lain akan menjadi kabur.

Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat kesatuan serta toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas ini hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan agama-agama lainnya. Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada Allah Trinitas tidak ada keselamatan(1Yohanes4:2-3).

Ketiga, pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita menerimanya (Gunawan n.d.).

Satu sisi, Islam menegaskan tauhid (keesaan Tuhan) secara mutlak, sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Ikhlas (112:1-4), yang menolak konsep keesaan Tuhan yang memiliki unsur kejamakan. Dalam perspektif Islam, Allah adalah satu dan tidak beranak maupun diperanakkan.

Meski demikian, kedua agama sama-sama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Baik dalam Kristen maupun Islam, Tuhan diyakini sebagai sumber kebenaran yang menjadi pusat kehidupan manusia.

Penebusan Dosa

Umat Kristen mengatakan bahwa Allah mempunyai seorang anak-anak tunggal. “ Anak Allah” ini menitis ke dalam rahim Siti Maryam. Teoat pada waktunya, “Anak Allah” ini lahir dalam rupa seorang manusia. Ketika sudah dewasa ia memperlihatkan mukjizat-mukjizatnya. Kemudian kaumnya menyiksanya dan pada akhirnya membunuhnya dengan memanteknya di atas salib. Demikianlah “Anak Allah” ini menitis, mati, dan setelah mati masuk ke dalam neraka dan tinggal di sana selama tiga hari.

Kemudian, ia bangkit dari kematiannya dan sekarang bersemayam di langit di sebelah kanan Allah. Sekalipun tidak berdosa, ia harus menanggung rasa sakit dan mengalami kematian demi keselamatan umat manusia sehingga karena penderitaannya maka dosa-dosa manusia tertebus. Sekarang umat manusia tidak berdosa lagi dengan syarat mereka harus percaya kepada Yesus, sebab Yesus telah memikul di atas pundaknya sendiri dosa-dosa sekalian umat manusia. Demikianlah apa yang di maksud oleh ajaran Kristen Mengenai penebusan dosa.

Menurut kepercayaan umat Kristen, semua anak-cucu Adam berdosa. Adam dan Hawa diusir dari surga karena mereka telah melakukan dosa dan karena itu seluruh anak-cucu mereka mendapat warisan dosa dan oleh karena itu pula, mereka semuanya lahir dengan membawa dosa. Oleh karena itu, “anak Allah” dititiskan ke dalam rahim Siti Maryam tanpa melalui bibit jantan, yaitu, Siti Maryam hamil tanpa dijamah seorang laki-laki supaya tidak mewarisi dosa Adam seperti halnya nasib kebanyakan anak-cucu Adam (Sadiq 1882, 1).

Sebaliknya, dalam Islam, setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah (suci) dan tidak mewarisi dosa Adam. Konsep keselamatan dalam Islam menekankan amal perbuatan, keimanan, serta rahmat Allah. Allah memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk bertobat dan mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa mereka. Keselamatan dalam Islam tidak bergantung pada penebusan dosa oleh pihak lain, melainkan pada hubungan langsung antara manusia dan Tuhan melalui ibadah, doa, dan perbuatan baik.

Baca...  Lunturnya Marwah Diskusi Pada Diri Calon Akademisi

Ibadah Kristen

Hoon berkata bahwa ibdah kristen adalah penyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya. Tahun-tahun terakhir ini telah muncul minat kuat mengenai hubungan ibadah kristen dan keadilan (worship and justice). Hal ini tidaklah dianggap sesuatu yang baru oleh orang Kristen (White 2002, 7).

Sejak gerakan quaker pada abad ke-17, telah ada kesadaran kuat di antara para sahabat bahwa ibadah tidak boleh mengesampingkan seseorang karena alasan jenis kelamin, warna kulit, atau bahkan kedudukan budak. Memang, orang-orang quaker berpegang teguh pada kesederajatan yang berasal langsung dari pemahaman tentang apa yang terjadi dalam kominutas yang beribadah (White 2002, 20).

Penanggalan atau kalender atau waktu merupakan satu hal yang sangat penting bagi Kristen, karena dengan waktu Allah dapat disingkapkan dan juga dengan sentralitas waktu Allah dapat dikenal. Sentralitas waktu dalam kekristenan direflksikan dalam ibadah Kristen. Ibadah ini, seperti bagian-bagian kehidupan lain, distrukturkan dengan mengulang ritme minggu, hari, dan tahun. Tambahan pula, ada sesuatu siklus waktu kehidupan yang direfleksikan dalam ibadah Kristen.

Pada  pertengahan abad ke-2, seorang apologet Yustinus Martir berbicara kepada para pengikutnya orang-orang kafir sekitar tahun 155, bahwa kami semua menngadakan pertemuan bersama pada hari Minggu karena hari itu adalah hari pertama, saat Allah mengangkat kegelapan dan menciptakan alam semesta, kemudian Yesus Kristus penyelamat kami bangkit dari kematian pada hari yang sama.

Hari Minggu adalah hari ibadah bagi orang-orang  Kristen tetapi belum berarti hari beristirahat. Hal itu dibuat oleh Kaisar Konstantinus pada tahun 321. “Semua hakim, pemduduk kota dan pengrajin akan beristirahat pada hari penghormatan matahari. Tetapi penduduk desa boleh tanpa ragu bekerja di pertanian.” Minggu telah semakin terbentuk menjadi struktur waktu ibadah gereja.

Lukas berbicara tentang orang-orang Farisi yang berkata: “Aku puasa dua kali seminggu” (18:12). Tetapi Didache, berkata kepada orang Kristen dengan serius “Puasamu tidak boleh sama dengan orang-orang munafikitu. Mereka berpuasa pada hari Senin dan Kamis, tetapi kamu harus berpuasa pada hari Rabu dan Jum’at” (White 2002, 41).

Pada akhir abad pertama atau awal abad ke-2, Didache menasihati orang Kristen untul berdo’a Do’a Bapa tiga kali sehari. Orang lain mencari aturan-aturan dalam Alkitab ury sendiri sebagai cara-cara membuat praktis perintah Alkitab untuk “tetaplah berdo’a” (1 Tes. 5:17). Mazmur 55:18 telah menyarankan “petang, pagi dan tengah hari”, dan Daniel telah berdo’a tiga kali sehari (Dan. 6:11) (White 2002, 117).

Pada awal abad ke-6, Benediktus menyiapkan pola Barat yang definitif, yang diberlakukan sampai beberapa bulan setelah vatikan II. Skema do’a harian dan do’a malam itu adalah (White 2002, 123–24):

  1. Pujian senja (Vespers)- pada akhir hari kerja
  2. Ibadah penutup (Compline)- sebelum waktu tidur
  3. Do’a jaga (Nocturnus atau Vigils atau Martins)- selama tengah malam
  4. Pujian pagi (Laudes)- pada menjelang pagi
  5. Ibadah baca (Prime)- tidak lama setelah fajar merekah
  6. Ibadah ketiga (Terce)- selama pagi
  7. Ibadah tengah hari (Sext)- pada tengah hari
  8. Ibadah sesudah tengah hari (None)- selama sore hari

Pada jam-jam ini sering ditambahkan ibadah kecil untuk menghormati perawan Maria, ibadah untuk orang-orang yang telah mati, suatu litani (do’a yang diucapkan secara begantian) tujuh Mazmur oenyesalan dan 15  Mazmur yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan.

Baca...  Konsep Forgiveness Perspektif Hannah Arendt dan Agama Islam

Sementara dalam Islam, hari Jum’at menjadi hari utama untuk shalat berjamaah (Shalat Jumat), yang memiliki nilai spiritual lebih besar dibandingkan hari-hari lainnya.

Selain itu, baik Kristen maupun Islam mengenal doa harian. Kristen memiliki pola doa seperti “Doa Bapa Kami” dan ibadah harian dalam tradisi Katolik dan Ortodoks, seperti Laudes (doa pagi) dan Vespers (doa sore). Dalam Islam, ada shalat lima waktu, yang menjadi kewajiban harian bagi setiap Muslim.

Puasa juga merupakan bagian dari kedua tradisi ini. Umat Kristen memiliki tradisi puasa dalam masa Prapaskah dan puasa lainnya berdasarkan doktrin gereja. Sementara itu, dalam Islam, puasa utama adalah puasa di bulan Ramadhan, yang diwajibkan bagi semua Muslim dewasa yang mampu.

Pernikahan Kristen

Pernikahan Kristen merupakan wujud dari perjanjian (covenant) bukan sebagai kontrak. Kemudian tujuan dari pernikahan tersebut ialah untuk melahirkan anak-anak, untuk dididik takut dan berserah kepada Tuhan serta memuji Allah, pernikahan ditakdirkan untuk pemulihan dosa dan untuk menghindari perzinahan. Kemudan tujuan lainnya ialah untuk persekutuan yang saling mendukung, membantu dan menghibur, supaya yang seraong memiliki seorang lain, baik dalam kelimpahan maupun kekurangan (White 2002, 289–90).

Pernikahan merupakan kehendak Ilahi. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia, laki-laki dan perempuan. Kemudian Kristus mengutip kejadian 2:24  “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”. Tuhan berfirman “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.

Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia” manusia itu memberi nama kepada segala ternak,  tetapi bagunya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur, ketika ia tidur, Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, kemudian menutup tempat itu dengan daging.

Dari rusuk yang diambil Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. Kemudian manusia itu berkata “ inilah dia, tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan”. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibumya untuk bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Balun 2011, 21–22).

Islam juga menganggap pernikahan sebagai mitsaqan ghalizan (perjanjian yang kuat) sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (An-Nisa’: 21). Dalam etika sosial, kedua agama mengajarkan pentingnya keadilan, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama. Baik Islam maupun Kristen menekankan nilai-nilai kebaikan, seperti memberi sedekah, membantu fakir miskin, dan berbuat kebajikan kepada sesama manusia.

Secara keseluruhan, ajaran-ajaran dasar dalam agama Kristen dan Islam memiliki titik temu dalam aspek monoteisme, ibadah, etika sosial, dan nilai moral, meskipun terdapat perbedaan fundamental dalam konsep ketuhanan, keselamatan, dan status Yesus Kristus. Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan perkembangan teologi masing-masing agama dalam sejarahnya.

Namun, meskipun ada perbedaan, kedua agama sama-sama mengajarkan pentingnya keimanan, pengabdian kepada Tuhan, serta cinta kasih kepada sesama manusia. Dengan memahami persamaan dan perbedaan ini, diharapkan dapat tercipta dialog antaragama yang lebih harmonis, serta memperkuat semangat toleransi dan penghormatan antarumat beragama.

Daftar Pustaka

Balun, Bernard S. 2011. Perkawinan Katolik. Yogyakarta: Lamalera.

Gunawan, Samuel T. “Allah Orang Kristen (Ajaran Tentang Allah Trinitas Dalam Alkitab).” e-Artikel: Situs Artikel Kristen Indonesia. http://artikel.sabda.org/allah_orang_kristen_ajaran_tentang_allah_trinitas_dalam_alkitab (March 10, 2025).

Sadiq, Mufti Muhammad. 1882. Penebusan Dosa Dalam Agama Kristen. IV. Bogor: Yayasan Wisma Damai.

White, James F. 2002. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

 

18 posts

About author
Dosen STAI Syubbanul Wathon Magelang
Articles
Related posts
Opini

Guru Joget TikTokan Tanda Tidak Bermoral

3 Mins read
Sekarang kita dapati banyak guru yang joget-joget riya di media sosial TikTok bahkan para guru tersebut ikut berjoget dengan murid-muridnya yang dibawah…
OpiniPendidikan

Pendidikan Formal dan Nonformal, Definisi dan Urgensi dalam Kehidupan

2 Mins read
Pemahaman umum yang beredar di masyarakat perihal pendidikan hanya sempit pada proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah, universitas atau pondok pesantren. Ini…
EsaiOpini

Dari Ideologi Menuju Profesionalisme: Strategi Instruktur Madya IMM Menghadapi Dinamika Perkaderan Kontemporer

20 Mins read
Perkaderan dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan jantung dari pengembangan organisasi yang bertujuan menyiapkan kader-kader unggul, tidak hanya dalam ranah intelektual, tetapi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×
Artikel

Lentera di Tengah Malam Tarawih

Verified by MonsterInsights