Penulis: Nehya Munjiba*
Dalam menafsirkan sebuah ayat, diharuskan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Alqur’an. Salah satunya adalah ulum Alqur’an, dan Israiliyat adalah salah satu cabang ilmu yang ada di dalamnya.
Secara universal, Israiliyat dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kaum Yahudi dan Nasrani, baik itu dari Kitab, atau hanya informasi dari mulut ke mulut.
Sedangkan Kisah Israiliyat berarti kejadian atau kisah yang terjadi pada Nabi dan orang-orang terdahulu dari kaum Yahudi dan Nasrani baik itu bersumber dari kitab ataupun hanya sekedar ucapan-ucapan.
Kaum Yahudi memiliki pengetahuan dari kitab Taurat, sedangkan kaum Nasrani memiliki pengetahuan yang berasal dari kitab Injil, keduanya disebut ahli kitab. Sementara itu, isi dari kedua kitab tersebut telah dimuat dalam Alqur’an.
Alqur’an adalah kitab suci umat Islam yang harus dipahami isi kandungannya sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan. Di dalam Alqur’an terdapat banyak kisah tentang nabi dan rasul, bahkan umat zaman dahulu.
Namun karena Bahasa Alqur’an sangat ringkas dan menggunakan Bahasa yang tinggi, seringkali kisah-kisah tersebut belum bisa dipahami secara lebih jelas.
Sedangkan dalam Taurat dan Injil, terdapat kisah-kisah yang diceritakan secara lebih gamblang dan terperinci. Karena itulah seringkali ada yang mempertanyakan bagaimana cerita selengkapnya yang ada dalam kitab Taurat dan Injil sehingga muncullah kisah Israiliyat.
Para sahabat seringkali mengambil kisah Israiliyat dari ahli kitab, namun dengan mengkoreksinya lebih dulu, dan itu pun tidak banyak.
Sedangkan pada masa sesudahnya banyak mufassir yang mencari kisah-kisah yang masih dipertanyakan kepada ahli kitab, sehingga lebih banyak kisah Israiliyat yang masuk namun tanpa ada koreksi terlebih dulu mengenai cerita-cerita yang mereka ambil, padahal diantara kisah Israiliyyat terdapat beberapa yang tidak benar.
Kemudian di beberapa kitab tafsir tidak dituliskan sanad secara tegas sehingga tercampurlah kisah Israiliyyat dalam tafsir tanpa tahu antara periwayat yang sahih dan tidak.
Dengan demikian, ada beberapa dampak negatif yang bisa terjadi karena pengaruh Israiliyat yakni dapat merusak akidah kaum muslim karena terdapat unsur syirik dan adanya tuduhan perbuatan buruk oleh Nabi.
Israiliyat juga dapat memalingkan manusia dari maksud dan tujuan yang terkandung dalam Alqur’an, dapat merusak citra agama Islam karena Israiliyyat mengandung gambaran seolah-olah Islam adalah agama yang penuh dengan kebohongan.
Hal tersebut adalah dampak negatif dari kisah Israiliyat yang tidak sejalan dengan agama Islam. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kisah Israiliyyat juga memiliki dampak postif.
Untuk menanggapi kisah Israiliyyat, menurut Al Dzahabi bahwa kisah Israiliyat yang sesuai dengan ajaran Islam maka boleh disebarkan dan diriwayatkan. Sedangkan untuk kisah yang tidak sejalan dengan ajaran Islam atau mengandung unsur-unsur kekerasan dan tidak masuk akal maka dilarang untuk meriwayatkannya.
Kemudian selain keduanya, ada pula kisah yang dibiarkan oleh syariat dalam arti tidak melarang ataupun menerimanya, sehingga hukumnya adalah Tawaquf yaitu tidak membenarkan dan tidak pula menyalahkannya.
Ada beberapa kitab tafsir Alqur’an yang diduga terdapat banyak kisah-kisah Israiliyat di dalamnya yakni:
- Jamiul Bayan fi Tafsiril Quran. Tafsir ini disusun oleh Ibn Jarir al-Thabariy (224- 310 H).
- Jamiul Bayan fi Tafsiril Quran. Tafsir ini disusun oleh Ibn Jarir al-Thabariy (224- 310 H).
- Tafsir al-Kasyaf wa al-Bayan. Penulis tafsir ini Ahmad ibn Ibrahim al-Tsa’labi al-Naisaburiy.
- Tafsir Ma’alimuttanzil. Tasfir ini ditulis oleh Syaikh Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud bin Muhammad Al-Baghawiy.
- Tafsir Lubabutta’wil fi ma’aniy at-Tanzil. Ditulis oleh ‘Aladdin al Hasan, Ali ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Amr ibn Khalil Al-Syaibaiy (678-741 H).
- Tafsir Al Quran Al Azhim. Tafsir ini populer dengan sebutan Tafsir ibn Katsir.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya