Filsafat Islam abad pertengahan mengalami masa keemasan pada abad ke-8 hingga abad ke-12. Filsafat Islam ini di pengaruhi oleh interaksi tradisi filsafat Yunani, Persia, dan India. Pemikiran yang berkembang terfokus pada beberapa aspek pemikiran termasuk pemikiran metafisika, teologi, dan ontologi.
Dengan menggunakan metode logika dialektika dari Aristoteles, plato, dan Helenistik. Dengan tujuan agar bisa mencapai pemahaman secara mendalam mengenai eksistensi Tuhan, alam semesta, dan memperkuat keyakinan melalui pemikiran rasional. Banyak orang yang menggunakan filsafat ini sebagai alat pendekatan diri ke Tuhan dengan metafisik.
Berikut nama-nama filsuf Islam pada abad pertengahan
Al-Farabi, banyak mengajarkan hierarki daya-daya jiwa pada diri manusia dan manusia itu memiliki 5 tahapan kemampuan penginderaan yaitu pertumbuhan, penginderaan, bernafsu, menghayal, dan berfikir. Manusia mampu menerima berbagai macam ilmu pengetahuan yang terpahami sebagai potensi aktual yang dapat di sinar oleh intelek aktif.
Al-Kindi, banyak mengajarkan ilmu-ilmu dalam berbagai macam bidang apalagi dalam ilmu pengetahuan dia memiliki pengaruh yang sangat besar, karena Al-Kindi ini sangat menekankan pada pentingnya kehidupan menggunakan akal dalam membentuk dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Islam.
Ibn Rusyd, memiliki pemikiran yang sangat keren ia pernah berpendapat bahwa filsafat dan agama itu saling melengkapi dan memiliki tujuan yang sama dalam mencari kebenaran meski dengan metode yang tak sama(rasionalitas dengan wahyu tidak bertentangan).
Peradaban Islam mengalami banyak kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya, dan politik. Dan para filsuf Muslim pertengahan ini mampu menjadikan filsafat sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sementara itu, Filsafat Islam modern muncul pertama kali pada abad ke-19 yang pemikirannya terfokus pada metafisika, teologi, dan ontologi. Pemikiran-pemikiran ini berfokus pada isu sosial, etika, politik, dan budaya.
Sebenarnya pemikiran islam modern ini sangat dipengaruhi oleh ide-ide para Filsuf Barat mengenai tentang pencerahan demokrasi, hak asasi manusia, dan nasionalisme. Karena pada masa ini para tokoh Islam ingin memajukan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan besar terhadap bidang sosial dan politik untuk menjawab tantangan modernitas dan mempertahankan identitas dunia Islam.
Beberapa nama ini merupakan tokoh dalam Islam modern yaitu
Muhammad Abduh, ia memandang pendidikan sebagai kunci utama agar umat Islam mengalami kemajuan dengan membangun Universitas Al-Azhar sebagai tempat pembelajaran. Selain itu ia juga berkontribusi dalam bidang politik bahkan sampai bidang sosial keagamaan pula.
Jamal al-Din Al-Afgani, ia memelopori Pan-Islamisme dan Anti-Kolonialisme dalam kehidupan umat Muslim. Al-Afgani mampu integrasi ilmu pengetahuan dan menolak sekularisme diantara agama dan politik. Pandangan itulah yang mampu membentuk reformasi Islam dan mampu menjadi inspirasi umat Muslim.
Muhammad Iqbal, ia memadukan pemikiran konsep spiritualisme Islam dengan menggunakan gagasan mengenai konsep khudi dan dinamisme yang mampu mendorong umat Muslim untuk mandiri dan mampu mengambil tanggung jawab.
Para tokoh ini menggunakan metode mendekatkan filsafat dengan menggunakan metode analisis sosial dan historis yang cenderung lebih kritis terhadap tradisi pengaruh klasik untuk mengupayakan konteks kontemporer yang menekankan pada pentingnya pembaruan pemikiran umat Islam agar lebih relevan. sebenarnya tokoh Islam memiliki tujuan agar dapat memberdayakan umat Islam dalam menghadapi kolonialisme, imperialisme, dan ketertinggalan teknologi di era globalisasi ini.
Analisis pemikiran modernisme Islam dan kritik atas tradisionalisme
Dikarenakan perubahan zaman yang sudah mengalami banyak perubahan umat Islam berusaha memperbarui pemikiran-pemikiran lama masyarakat agar bisa maju sesuai dengan berkembangnya zaman modern ini.
Modernisme Islam muncul sebagai respon tantangan modernitas, modernisme Islam mendukung perubahan agar bisa lebih maju. Hal ini lah yang mendorong rasional manusia memajukan pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan teknologi.
Namun terlepas dari itu modernisme juga tetap menggunakan etika positif dengan menggunakan norma moral. Dalam proses re interprestasi etika dijadikan sebagai alat penganalisis dalam memahami sebuah teks, selain itu etika juga digunakan sebagai dialog antar budaya dan agama untuk menciptakan pertukaran ide.
Kritik modernis terhadap tradisionalisme merupakan suatu perdebatan intelektual yang masih berkembang hingga sekarang. Permasalahan ini berpusat pada isu-isu otoritas agama dan pendidikan agama,modernis menganggap bahwa pendekatan tradisional terlaku kaku dan kurang terbuka terhadap perubahan. Karena hal itu ada beberapa golongan Muslim yang berseteru. hal seperti inilah yang mampu menghambat kemajuan sosial dan intelektual islam.